22

1.6K 160 25
                                    

"Namjoon... hiks... hikss-"

Tubuh Namjoon memanas melihat siapa wanita yang hampir dilecehkan pria asing tadi, nafasnya tercekat ditenggorokan, matanya tak bisa berkedip menatap wajah sembab wanita yang ada dihadapannya ini.

"J-jisoo?"

.

.

.

.

.

"Kau sudah merasa baikan?"

Yang ditanya hanya diam seperti patung, menatap meja putih dihadapannya dengan tatapan kosong.

"Hey!"
"Kau baik-baik saja?"
Namjoon menggoyangkan tubuh Jisoo, mencoba menyadarkan Jisoo dari lamunannya.

Sudah terhitung kurang lebih 10 menit Jisoo berhenti menangis, tapi setelah itu ia seperti boneka hidup yang duduk di meja bersama Namjoon.
Tatapan memandang ke bawah, mata sembab, hidung dan wajah yang memerah, dan kedua tangannya yang masih memegang teh hangat.

"Jisoo-ya! Jangan seperti ini"
Namjoon mencoba berbicara selembut mungkin dengan wanita yang ada dihadapannya sekarang, ia tahu, Jisoo pasti masih terkejut dengan kejadian tadi.

"Maaf, aku merepotkanmu"

Akhirnya Jisoo mengeluarkan suaranya, walaupun sangat lirih, Namjoon lega.

"Jangan dipikirkan, sekarang, bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?"
Namjoon menggeser kursinya supaya lebih dekat dengan Jisoo.

"Hm, terima kasih"
Jisoo menjauhkan dirinya sedikit dari Namjoon. Merasa sangat canggung.

Ingatan akan kejadian itu kembali lagi, kejadian yang ingin ia lupakan, kembali lagi, dan ia hampir mengalaminya lagi.
Sekarang ia sedikit merasa takut dengan laki-laki manapun. Dan Namjoon, entah ia merasa malu dengan pria ini, mungkin karena kejadian tadi.

"Tolong jangan melamun lagi, Jisoo"

"Namjoon-ah?"

Namjoon melebarkan matanya memandang Jisoo, akhirnya setelah sekian lama, ia bisa mendengar panggilan itu lagi.
Pria itu tersenyum menanggapi panggilan dari sang wanita.
"Iya?"

"Kau... emm.. maksudku... apakah diriku sudah sangat buruk dimatamu?"

Namjoon mengerutkan dahinya merasa bingung akan hal yang sedang ditanyakan oleh Jisoo.
Disisi lain, Jisoo merutuki dirinya sendiri yang kelepasan bertanya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Karena kejadian tadi?"

"Ya.. seperti itu"
Jisoo semakin menundukkan kepalanya.

"Jika aku menjawab 'iya', bagaimana?"
Namjoon menaikkan satu alisnya.

"Kau boleh menjauhiku"

"Menjauhimu? Sekarang saja kita sudah menjauh soo-ya, mau seberapa jauh lagi?"
Namjoon menegakkan tubuhnya, pandangannya lurus menatap teh hangat yang ada di genggaman Jisoo.

"Aku terlihat sangat rendah, kotor seperti itu"

Namjoon menggeleng
"Tidak, lagian pria itu tidak berhasil menyentuhmu"

"Tapi-"
Jisoo menghentikan perkataannya.

Ia ingin menceritakan masa lalunya sedikit kepada Namjoon, tapi ia tak bisa.
Ia ingin menceritakan masa lalu yang membuatnya takut dekat laki-laki, tapi ia tak bisa dan tak mungkin melakukan hal itu.
Lalu harus bagaimana?

"Kau tak tahu apapun Namjoon"
Jisoo memandang mata coklat Namjoon sambil berucap lirih.

Entah, sudah berapa lama Jisoo tak melihat wajah tampan ini, mata coklat kesukaannya ini, dan dimple manis kesukaannya.

Our Love || Namjoon × Jisoo || NAMSOO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang