15.

21.1K 2K 54
                                    


Merasa di perhatikan Kyline menoleh ke  samping.

Mengapa aku tidak bisa membaca raut wajahnya?

Aistan yang melihat Kyline sedang memperhatikannya dirinya juga membuat ia gemas melihat wajah polosnya.

Lantas Aistan menyentil kening Kyline. "Jangan ngeliatin begitu, kalo baper mau tanggung jawab?"

"Baper?" Gumam Kyline.

Aistan lupa Kyline asing dengan kata-kata yang dipakainya.

"Gausah dipikirin nggak penting." Aistan membalikan kepala Kyline untuk menghadap depan lagi melanjutkan menonton pertunjukan atraksi-atraksi menarik.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit lamanya mereka menonton pertunjukan itu. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, mereka sepakat untuk pulang sekarang agar tidak larut malam saat sampai di dunia Immortal.

Kyline sebenarnya sedikit sedih, ia masih ingin lebih lama berjalan-jalan di dunia manusia.

"Nggak nyesel kan jalan-jalan di dunia manusia?" Aistan menolehkan kepalanya ke arah Kyline.

Senyuman manis terukir di bibir mungil Kyline. "Makasih ya ais-"

"Aku suka panggilan itu, panggil aku begitu nggak usah pake embel-embel tan." Aistan melangkah masuk ke dalam mobilnya.

Kyline mengerutkan keningnya, lalu ikut masuk ke dalam mobil, ia menoleh ke arah Aistan. "Ais?" Tanya Kyline.

"Iya, kenapa?" Aistan menoleh ke arah Kyline ketika melihat raut wajahnya seperti orang bingung.

"Gapapa." Kyline malas berdebat dengan lelaki di sebelahnya, ia sudah lelah.

Kyline tiduran di sandaran kursi, ntah kenapa di dunia manusia ia jadi gampang tertidur. Nafas Kyline sudah mulai teratur, tandanya ia sudah memasuki alam mimpinya.

Sedangkan Aistan sedari tadi masih belum menjalankan mobilnya, ia enggan mengalihkan pandangannya dari wajah Kyline. Sudah lima belas menit lamanya Aistan memandangi wajah Kyline.

Banyak pikiran berkecamuk di kepala Aistan, dari awal mula ia bertemu Kyline sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat.

Sebenarnya pertama kali Aistan duduk di sebelah Kyline sewaktu di kelas academy, ia sudah merasakan aura yang berbeda dari wanita itu, seolah-olah ada tameng yang menghalangi auranya.

Di hutan Aistan sengaja memancing kemarahan Kyline untuk melihat seberapa besar kekuatannya, sebenarnya ia sudah melihat dari ekor matanya Kyline mengeluarkan tombak itu tanpa mantra sama sekali dan itu cukup menarik bagi Aistan.

Aistan tersenyum miring saat tombak itu melaju sangat cepat ke arahnya, tanpa perlu membalikan badannya tombak itu sudah hancur berkeping-keping. Ia hanya perlu menjentikan jarinya saat tombak itu hampir menancap di punggungnya.

Setelah kejadian itu Aistan semakin penasaran dengan wanita itu, seolah dewi fortuna selalu berpihak kepadanya, mereka tertinggal di lapangan.

Aistan tau sebenarnya Kyline bisa saja kembali ke kelasnya, tapi dia lebih memilih ikut bersamanya, dari raut wajahnya Aistan tebak Kyline juga penasaran dengan dirinya.

Tapi belum saatnya Kyline mengetahui dirinya,

Aistan berkedip sekali, lantas tiba-tiba mereka sudah ada di depan rumah Aistan.

Me And My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang