35.

18.9K 1.9K 19
                                    

"Cihh! Sombong sekali!" Manuel berdecih memandang Aistan, tidak dipungkiri ia sedikit terkejut melihat aura penguasa yang menguar dari tubuh makhluk di depannya.

Aistan meneliti wajah 'pemimpin iblis' dihadapannya. Tergambar jelas di wajah Aistan senyum jenaka yang memiliki banyak arti.

Tidak ada yang tau pemikiran seorang Aistan seperti apa.

Aistan jarang sekali menemukan iblis seperti Manuel dan Aistan sangat tau sifat iblis seperti apa, 'Arogan dan jarang memunculkan dirinya terang-terangan dihadapan umum.' Karena dalam dirinya juga mengalir darah iblis. Perlu diketahui, Aistan sedikit menyukai sesuatu yang manarik, sama seperti saat ia pertama kali bertemu dengan Kyline.

Dan saat ini Aistan sedikit tertarik dengan keberanian 'pemimpin iblis' yang dengan terang-terangan menunjukan ketidak sukaannya terhadap dirinya.

Aistan mengarahkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan sisinya, seketika puluhan iblis yang mengepungnya lenyap dengan api hitam yang keluar dari jari telunjuknya, menyisakan tiga iblis dihadapannya yang membulatkan mata terkejut. Di sekitar mereka hanya menyisakan tanah lapang yang tandus sejauh mata memandang, tidak seperti sebelumnya yang masih terdapat berbagai jenis hewan peliharaan iblis dan pohon-pohon disekitarnya.

Aistan maju selangkah untuk lebih mendekat ke arah tiga iblis itu. "Kalian harus berterima kasih padaku, karena hutan ini belum rata sepenuhnya menjadi tanah."

Mereka bertiga masih terkejut dengan api hitam yang keluar dari jari Aistan tadi. Perlu di ingat, hanya kaum iblis berpangkat tinggi yang bisa mengeluarkan api hitam dari tubuhnya.

"Kau membunuh kaummu sendiri?!" Manuel menatap geram ke arah Aistan yang sedang berdiri dengan tenang.

Aistan mengedikan bahu tidak peduli. "Mereka semua pantas mati."

"KAUUU!!" Manuel berlari untuk menerjang Aistan, tapi ketika sudah sampai tiga langkah di hadapan Aistan dengan tiba-tiba iblis itu langsung berlutut memegangi kepalanya.

"Jangan memancing singa yang sedang tertidur untuk bangun, kau harus siap menerima amukannya hingga puas...agar tertidur lagi." Suaranya sangat rendah, tapi menggema ke seluruh hutan.

"AHKKKKK!! KAU APAKAN KEPALAKU SIALAN?!" Manuel memegangi kepalanya yang seperti ditusuk ribuan jarum didalamnya.

Aistan tidak memperdulikan teriakan iblis yang sedang berlutut dihadapannya, lalu pandangannya beralih ke arah dua iblis yang masih membeku. "Inikah pemimpin kalian?darah iblis yang mengalir di tubuhku tidak selemah ini."

"Apa yang kau inginkan?" Alastor memandang Aistan dengan geram, ia sebenarnya tau Aistan bisa saja langsung membunuh mereka bertiga jika dia mau, tapi Aistan tidak melakukannya.

"Hmm, kau cukup pintar untuk se-ukuran bangsawan Altaro. Sepertinya orang tuamu tidak akan menyukai ini, jika aku membunuh salah satu keluarga mereka lagi."

Alastor membulatkan matanya terkejut mendengar perkataan Aistan, Apakah ini sesosok yang bisa membuat sifat arogan dari bangsawan bermarga Altaro lenyap? Alastor tau keluarganya sangat memuja sesosok dihadapannya.

"Bisa kau hentikan menyiksa Tuanku dulu?!" Shin berbicara dengan nada lirih kepada Aistan, ia tidak kuat mendengar suara Tuannya yang berteriak kesakitan.

"Ah itu mudah, jika kalian mau tunduk dibawahku."

Aistan berjalan mendekat kearah Alastor dan Shin. Setiap langkahnya mengeluarkan aura yang mematikan, seketika mereka berdua berlutut dengan tubuh gemetar.

Aura apa ini?!

Shin pernah mendengar seseorang mengatakan tentang makhluk yang disebut-sebut mampu meratakan Benua Teria semudah membalikan telapak tangannya. Jadi inikah makhluk yang disebut-sebut itu?

Me And My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang