20.

20.6K 1.9K 12
                                    


Setelah menidurkan Kyline, Aistan berjalan dengan langkah tenang nya di sepanjang koridor academy.

Sudah hampir jam sepuluh malam, koridor academy sudah sepi.

Aistan ingin mencari seseorang yang mengharuskannya turun tangan sendiri ke tempat ini, lebih tepatnya ke 'academy' ini.

Di pertengahan jalan langkah Aistan terhenti karena melihat makhluk yang berdiri tepat di hadapannya.

"Sedang apa kau disini?"

Di depan Aistan berdiri seorang wanita yang sangat cantik dengan pakaian terbukanya, belahan dadanya tampak terlihat. Membuat kaum pria manapun tidak sanggup memalingkan wajah darinya.

Mata bernetra hijau itu mengerjap.

Wanita bermarga Altaro itu tersenyum sensual lalu membungkuk hormat. "Saya kebetulan lewat, lalu tertarik karena mencium aroma anda. Saya mohon pamit, Your majesty." Wanita itu menghilang menyisakan kelap-kelip di hadapan Aistan.

Aistan melanjutkan langkahnya melewati jejak aroma yang sangat memabukan bagi kaum pria setelah kepergian wanita itu, tapi tidak bagi Aistan.

Hingga di rasa sampai, lantas ia berhenti tepat di depan pintu dengan ukiran rumit menghiasinya.

Belum sampai Aistan melangkahkan kakinya melewati pintu, suara seseorang menyambutnya. "Kamu tidak seharusnya berada disini." 

"Tujuanku adalah menemukanmu, karena kamu disini, maka disinilah aku sekarang." Aistan berjalan ke arah sofa lantas duduk dengan tenang. Matanya sangat tajam menatap seseorang di hadapannya.

"Setelah kurang lebih seratus tahun kamu tidak keluar dari tempat itu, kamu merasa harus menunjukan diri sekarang?" Seseorang di hadapan Aistan terkekeh dengan merdunya.

Aistan tersenyum miring mendengar perkataan itu. "Terus terang saja, aku kemari setelah mendengar kau membuat ulah di academy ini."

"Ahh, setelah lima tahun aku bermain di academy ini, kau baru menemuiku sekarang?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Sudah berapa penyihir di academy ini yang menjadi makananmu?" Aistan bertanya dengan suara rendahnya.

"Hmm...Sekitar dua ratus penyihir, mungkin?" Bulu mata lentik itu mengerjap dengan lucu, seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang barusan ia ucapkan.

"Kenapa academy ini yang menjadi incaranmu?" Aistan menatap tajam seseorang yang sedang duduk dihadapannya.

"Hanya ingin bersenang-senang." Seseorang yang sedang mempoles kukunya itu tampak acuh dengan aura yang dikeluarkan Aistan.

"Aku bisa memberikanmu makanan yang lebih berkelas dibanding murid academy yang ada disini!"

"Aku ingin mencicipi darahmu, maka aku akan kembali."

"Adena De Orfeus!"

"Ahh sudah lama sekali aku tidak mendengar seseorang menyebutkan nama lengkapku." Wanita itu terkekeh lalu berjalan mendekat ke sofa depan Aistan, lantas duduk dengan kaki disilangkan.

"Jangan konyol Dena!"

Adena mengedikan bahu acuh, nampak tidak peduli dengan ucapan Aistan.

Me And My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang