54.

19.1K 2.1K 453
                                    


"Mungkinkah ini tempatnya?" Pria bermanik hitam mengerjap menatap pria di sebelahnya yang sedang memperhatikan sesuatu di hadapannya dengan serius.

"Iya kurasa ini tempatnya, kau lihat dinding selaput tipis itu?"

Pria bermanik hitam di sebelahnya langsung mengalihkan pandangannya ke depan, ia memicingkan matanya dengan tajam, lantas terlihat sebuah dinding transparan yang sangat bening.

"Iya aku melihatnya, pelindung itu tidak main-main. Di era seperti ini sangat jarang ada yang bisa membuat pelindung setipis dan sekokoh itu." Pria bermanik hitam menggelengkan kepalanya pelan.

Sedangkan pria di sebelahnya langsung mengangguk setuju. "Tidak mengherankan selama ratusan tahun ini keberadaan dia tidak pernah di ketahui makhluk manapun."

"Abrar, Bagaimana cara kita menemui putri itu?" Ia menolehkan kepalanya ke arah rekannya yang sedang memejamkan matanya erat.

"Kita tidak bisa menembus pelindung itu, pelindung itu tidak hanya di buat oleh satu orang saja, aku melihat beraneka ragam kekuatan yang melindungi bangunan itu." Abrar menghela napas pelan.

"Lihat ke atasmu." Pria bermanik hitam menolehkan kepalanya ke langit, menatap burung-burung yang berlalu lalang menuju bangunan di hadapannya tanpa terluka sama sekali.

Sontak Abrar ikut mengalihkan pandangannya ke atas, lantas ia menyipitkan matanya ketika melihat burung itu masuk ke dalam pelindungnya tanpa menggunakan kekuatan apapun.

"Kurasa pelindung itu tidak berlaku untuk hewan-hewan yang berlalu-lalang disini." Abrar terkekeh pelan yang terkesan di paksakan.

Pria bermanik hitam memutar bola matanya kesal. "Kau panglima kerajaan Napela! Lantas kau tidak berani untuk melewati pelindung itu?! Abrar asal kau tau wilayah ini merupakan wilayah kerajaan Napela!"

Abrar melirik ke sampingnya dengan datar. "Apa kau tau dia bukan penyihir biasa? Ntah makhluk apa saja yang berada di dalam sana."

"Oh ayolah! Kau tidak sepengecut itu bukan?"

Abrar membalikan tubuhnya lantas bersandar di bawah pohon rindang dekat bangunan di hadapannya, ia memejamkan matanya. "Kita harus memiliki rencana yang matang untuk masuk ke tempat itu jika tidak ingin mati konyol."

Pria bermanik hitam mendengus. "Kita tidak berniat jahat di dalam tempat itu. Hanya ingin bertemu dengan putri dari Ratu Lavender."

Abrar menatap rekannya dengan malas. "Kau tidak mendengar rumor tentang Guardian dia yang mengerikan?"

"Oh ayolah itu hanya rumor. Kita hanya perlu masuk ke dalam lalu menemui putri dari Ratu Lavender dan kembali ke kerajaan, selesai."

Abrar menatap rekannya dengan tajam. "Lalu kembali dengan keadaan tanganmu hilang sebelah? Begitu maksudmu?"

Pria bermanik hitam memutar bola matanya. "Kau terlalu berlebihan. Ku dengar putri dari Ratu Lavender sangat baik hati."

"Memang sangat baik hati. Tapi saat dia tau kita utusan Raja Helios apa dia masih mau berbaik hati dengan kita?!" Abrar berkata dengan nada sarkasnya.

"Lalu mau sampai kapan kita disini?" Pria bermanik hitam menyandarkan kepalanya di pohon.

"Sampai ada yang keluar dari-" Dengan tiba-tiba Abrar menarik tangan pria di sampingnya, lalu ia berjalan ke arah belakang pohon.

"Sstt, ada yang ingin keluar dari tempat itu." Abrar berbisik pelan ke arah rekannya yang sedang meronta-ronta karena tangan Abrar yang membekap mulutnya.

Me And My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang