3. Teman Baru

161 13 0
                                    

Setelah kejadian tabrakan antara Zara dan Stella. Akhirnya mereka menjadi teman sebangku. Karena memang kebetulan keduanya belum memiliki teman sebangku.

Stella, dia tuh cerewet, petakilan dan jika berteriak suaranya bisa melebihi toa. Memiliki postur tubuh tinggi, kulit putih dan rambut pirang.

Tringg ...

Tringg ...

Tringg ...

Bel pulang berbunyi. Seluruh siswa siswi SMA Jaya Bangsa mulai berhamburan keluar. Termasuk Zara dan Stella. Mereka tengah berjalan menyusuri koridor kelas 10.

"Oh ya, lo pulang sendiri?" tanya Stella.

"Ngga, gue pulang bareng abang gue. Katanya dia hari ini mau jemput." Jawab Zara. Lalu setelah mereka sampai di depan gerbang SMA Jaya Bangsa, tak lama sebuah mobil menghampiri mereka dan munculah seorang wanita paruh baya.

Jika dilihat dari penampilannya, wanita itu cukup rempong. Terbukti dari perhiasan yang menempel di tangan dan lehernya, juga pakaiannya yang terkesan rame. Tapi sepertinya wanita itu penuh perhatian dan kasih sayang.

"Yuk, sayang." Ajak wanita itu pada Stella, tatapannya beralih pada Zara yang menampilkan wajah bingung, "kamu temennya Stella ya?" tanyanya.

"Ohh iya tante, saya temennya Stella." Zara tersenyum.

"Yaudah, gue duluan ya ra." Stella memasuki mobil yang ditumpangi oleh ibunya.

"Iya, hati hati ya Stell, tante."

"Okeee!" ucap mereka berdua kompak sambil menjalankan mobil tersebut.

Zara menggelengkan kepala melihat itu. Ibu dan anak itu sehati, sama kompaknya, sama juga rempongnya wkwk.

Tak lama setelah itu, sebuah mobil menghampiri Zara, dan terdapat Angga didalam sana. Akhirnya mereka pun pulang.

Sampai dihalaman rumahnya, mereka melihat mobil yang tak asing lagi dimata mereka.
Ya, itu mobil papa Zara dan Angga. Keduanya langsung turun, mereka cemas dengan ibunya. Takut kejadian kemarin terulang hari ini.

Saat masuk, mereka tak menemukan siapa siapa. Mereka berdua berjalan menaiki tangga dan seketika pandangan mereka beralih pada sebuah kamar. Ya, itu kamar kedua orang tuanya. Mereka berdua masuk karena pintu tak tertutup rapat.

Disana terdapat Stepanus yang sepertinya sedang memasukkan pakaiannya ke dalam sebuah koper yang lumayan besar, juga Ella yang menarik narik lengan Stepanus, matanya bercucuran air mata.

Zara dan Angga menghampiri kedua orang tuanya itu. Zara memegang pundak Ella dan menjauhkannya dari Stepanus, sedangkan Angga menahan lengan Stepanus untuk berhenti memasukkan pakaiannya kedalam koper.

Tetapi usahanya gagal, Stepanus berhasil memasukkan pakaiannya kedalam koper. Stepanus menutup kopernya yang sudah rapi. Tatapannya beralih pada Angga yang tak kunjung melepaskan cekalannya pada lengan Stepanus.

"Papa mau kemana sih?!" tanya Angga.

"Tak perlu kalian urusi papa! Tak perlu kalian pedulikan papa! Urusi saja wanita jalang itu!" Stepanus menyebut Ella dengan sebutan jalang, juga menunjuk Ella dengan jari telunjuknya tepat pada wajah Ella.

"APA MAKSUD PAPA BILANG KALO MAMA ITU WANITA JALANG HUH?!" Zara sudah dikuasai oleh amarah. Siapa yang tak marah jika wanita yang paling berjasa dihidupnya disebut jalang seperti itu.

"DIA!!" tunjuk Stepanus pada Ella, " DIA MENGHIANATIKU! DIA BERMAIN DENGAN PRIA LAIN DIBELAKANGKU!" lanjutnya.
Ella hanya menggeleng, matanya masih terus  bercucuran air mata.

ZaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang