13

56 9 1
                                    

Kini, Zara, Alfino, Stella, Aldi, Genta, dan Leo berada di bandara. Mata mereka menjelajah ke setiap sudut bandara.

"Tuh!" Alfino menunjuk salah satu kafe yang ada dibandara. Alfino dkk melangkahkan kakinya masuk kedalam kafe dan menghampiri Pancha.

"Eh bro, udah nyampe?" tanya Pancha, ia membawa sebuah Drink Coffe Vanilla Latte ditangannya.

"Yaiyalah, klo belum kite kite gabakal ada disini bloon!" Sahut Aldi.

"Lho? Ini Zara kan? Stella juga? Ngapain ngikut?" Tanya Pancha.

"Anjir ngusir nih, udah berani lo ya sama gue sekarag," ucap Stella.

"Kapan gue gak berani sama lo?"

"Alah! Tarung yuk ah!" Ajak Stella.

"Yuk! Dimana? Hotel? Kost? Rumah? Ato ... disini aja?" Sahut Pancha.

"Musem goblok!" Satu pukulan mendarat di lengan Pancha.

"MESUM!!" Aĺfino dkk menjawab bersamaan, mungkin karena memang mereka sehati, ya gak?

"Tenaga lo itu ... haduh cemen banget!" Ejek Pancha.

Stella tak terima, ia lantas memukul mukul lengan Pancha lebih keras lagi, tapi usahanya itu gagal, karena Pancha tak sekalipun merasa sakit.

"Cape ah gue," Stella menyerah, sedetik kemudian ia mengambil alih Drink Coffe Vanilla Latte dari Pancha dan menyeruputnya hingga tandas.

"Whatt?! Vanilla Latte guee ...." ringis Pancha.

"Udahlah, lo kan horkay, masih mampu beli lagi kan?" Aldi mengusap punggung Pancha pelan.

"Iya juga sih, tapi-"

"Ah elah, pesen aja nape!"

"Okelah, oke!" Ketus Pancha. Ia berlalu meninggalkan teman temannya dan memesan kembali Vanilla Lattenya.

***

Setelah mengantar Pancha ke bandara, Alfino, dkk pulang. Karena mereka hanya menumpangi satu mobil saja, jadi Alfino mengantarkan teman temannya masing. Dan kini tinggal Zara sendiri yang harus Alfino antar pulang.

"Fin, gue laper ... makan yok!" Ujar Zara.

"Dirumah kan bisa,"

"Tapi gue pengin makan diluar ... yaa ... ayolah fin ... yaaa," rengek Zara.

"Lo sengaja kan pengen makan bareng gue,"

"Idih ogah banget gue,"

"Ngaku aja,"

"Ogah gue makan sama lo, mending gue makan dirumah aja kalo gitu," Zara memalingkan wajahnya menghadap jendela, tangannya ia silangkan di dada.

"Oh bagus dong, gue ga perlu cape cape buat nganter lo makan, kan lo bisa dirumah,"

"Fin! Tai lo, berak, eek!" Tindas Zara.

"Ya elo kan tadi bilang, lo bisa makan dirumah,"

"Tapi gue maunya diluar Alfino....,"

"Ya berarti lo sengaja mau makan bareng gue," ujar Alfino.

"Ya elo pede!"

"Yaudah kalo gamau,"

"Fino! Gue mau makan diluar! Tapi bukan berarti gue sengaja mau makan sama lo!" Ketus Zara.

"Dirumah aja, males gue,"

"Lah? Fin... ayolah..." Alfino hanya menaikkan pundaknya.

Tapi tak lama kemudian mobil yang Alfino dan Zara tumpangi berhenti di sebuah rumah makan Padang.

ZaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang