7. Nazzar again?

103 10 2
                                    

Seorang pria duduk di kursi kayu yang ada di halaman belakang rumahnya sambil menyeruput sebuah coklat panas yang ia buat sendiri. Otaknya dipenuhi seorang gadis cantik yang entah kenapa akhir akhir ini membuat dirinya tak bisa berhenti memikirkannya. Gadis yang masuk dalam fikirannya secara perlahan masuk kedalam hatinya.

Tiba tiba seorang wanita paruh baya menepuk pelan pundaknya dan berkata, "Zar, kenapa?"

Pria itu menoleh lalu tersenyum dan menggeleng, "ehm, ngga kok bun, Nazzar gapapa,"

"Serius?" selidik Rahma, bunda Nazzar.

"Dua rius malah," sahut Nazzar, "ehm, bun?" Lanjutnya.

Rahma mengangkat alisnya, "apa, hm?"

"Bun, bunda pernak suka gak sama adik kelas?" tanya Nazzar dengan tampang serius.

Rahma berfikir sejenak, "ehm, kayaknya pernah deh," Rahma menatap selidik ke arah Nazzar, "kenapa? Kamu suka ya sama adik kelas?" goda Rahma sembari mencolek dagu Nazzar dengan satu tangannya.

"Eng -- enggak kok bun, ah bunda ini ada ada saja, Nazzar mana ada suka sukaan, cinta cintaan, ribet." Sahut Nazzar.

"Jujur aja napa, lagian kan ini bundamu, yang melahirkan mu, membesarkanmu, yang kamu sayangi juga. Bunda perlu tau semua tentang kamu. Kamu kan anak bunda, jagoan bunda, yakan?" Rahma menyentil hidung bangir Nazzar dengan satu telunjuknya.

"Ah apaan sih bunda nih ada ada aja," sergah Nazzar, lalu bangkit dari duduknya, "bun, masuk yu, udah malem. Gak baik buat kesehatan bunda kalo trus diem diluar gini." Ajak Nazzar pada sang bunda.

Rahma pun bangkit dengan meraih tangan putra satu satunya dan berjalan masuk kedalam rumah.

***

Seorang gadis berambut sebahu berjalan kesana kemari. Tangannya menggenggam sebuah ponsel yang terus ia tempelkan pada telinga untuk menghubungi sang mama yang sampai sekarang belum juga pulang kerumah, padahal jam di dinding sudah menunjukan pukul 21.35. Gadis tersebut ialah Zara. Sudah lebih dari sepuluh kali ia menghubungi Ella akan tetapi semua panggilannya tak dijawab sama sekali.

"Ya Tuhan ... mama ... ayo dong angkat telponnya ...." Zara nampak gelisah. Ditambah Angga tidak ada dirumah, entah kemana semua penghuni rumah ini.

Zara sempat berfikir negatif, tapi detik berikutnya ia menepis kuat kuat pikiran itu. Ia mencoba terus berpikir positif. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk dan menunggu mamanya di sebuah sofa berukuran lumayan besar di ruang tamu.

Satu jam menunggu, ia kembali menghubungi Ella, akan tetapi jawabannya tetap sama, tak ada jawaban sama sekali dari sebrang sana. Ia pun memutuskan untuk keluar mencari Ella sendiri, ia terlalu khawatir dengan keadaan ibunya sampai nekat keluar rumah pada jam seperti ini.

Ting!

Tiba tiba sebuah pesan whattsap dari nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya.

+6281...
Save whattsapp gue ya ra

Cp y?

Gue, Nazzar.

Oh, oke.


Tiba tiba terlintas di benaknya untuk meminta bantuan pada Nazzar. Meski ia sedikit tak enak pada pak ketos itu, tapi mau bagaimana lagi, ia terpaksa harus melakukan ini semua.

ZaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang