9. Hari Tersial Sedunia

89 10 0
                                    

   Seorang gadis tengah berdiri di hadapan cermin dan wastafel yang ada di toilet perempuan di sekolah. Siang ini terasa sangat panas. Hari ini pula sudah terhitung ia mengerjakan 3 kali ulangan harian dengan mata pelajaran yang berbeda.

Bayangkan saja, di tengah panasnya matahari siang ini ia harus berfikir keras. Setelah membuat otaknya lama bekerja, ia ingin kembali menyegarkan otak dan pikirannya dengan cara mencuci muka.

Pertama, ia membasuh mukanya dengan air  lalu membuka sabun pencuci muka dan memakaikannya pada wajahnya dengan memijatnya pelan, kemudian membilasnya dengan air.

Ia menatap dirinya di cermin yang cukup besar itu. Pikirannya sedikit fresh setelah membasuh mukanya. Ia mengeluarkan tisu yang ada di saku seragamnya lalu ia mengeringkan wajahnya dengan tisu tersebut.

Setelah cukup kering, ia kembali mengayunkan kakinya keluar toilet. Saat di ambang pintu keluar ia tak sengaja menubruk seseorang.

"Ck, lo jalan pake mata apa--"

"Lo!"

"Lo!"

Teriak keduanya berbarengan saat salah satu diantara mereka melihat siapa orang yang ditabraknya.

"Ngapain sih lo jalan gak pake mata apa?! Dasar cowok nyebelin!" ujar gadis tersebut, siapa lagi kalau bukan Zara.

"Lo kali! Jalan maen nyelonong nyelonong aja! Dasar cewek gila," ujar Alfino tak mau kalah.

"Yaelah, lo yang nubruk gue, gue korbannya!"

"Kaga kaga! Justru elo yang nubruk gue kutil!" Kata Alfino seraya mendorong salah satu bahu Zara dengan satu jari telunjuknya dan melenggang pergi meninggalkan Zara yang menampilkan muka merah padam.

Zara geram, "HEH! AWAS AJA YA LO! SEENAKNYA NYELONONG NYELONONG GITU! GAK SOPAN TAU! DASAR COWOK GAK ADA ETIKA! GAK ADA TATA KRAMA! TUNGGU PEMBALASAN GUE!!!" teriak Zara dengan lantang.

Alfino mendengar semua celotehan yang Zara lontarkan meski ia terus melangkah kedepan tak menengok sedikitpun ke arah belakang. Tanpa Zara lihat, Alfino menaikkan kedua sudut bibirnya tipis. Sepertinya lucu jika Zara tengah marah dan menggerutu seperti itu, nyatanya ia sampai gemas sendiri.

Lain dengan Zara yang sedari tadi tubuhnya dikuasai kekesalan kepada Alfino. Jika ada 100 spesies mahluk seperti Alfino disini, Zara bisa mati berdiri jika seperti itu, untungnya hanya ada satu yang ia kenal. Kenapa juga ia harus diperkenalkan dengan dengan mahluk semacam itu.

"Baru aja gue nyegerin otak gue tadi ... gara gara lo nih ahhh ...! ALFINO LO BIKIN GUE KESELLLL!!!" Zara menghentakkan kakinya ke lantai, ia sungguh kesal pada pria itu. Dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kelasnya lagi.

***

Zara berjalan menyusuri trotoar, sore ini sedikit lebih panas dari kemarin. Abangnya, Angga tak menjawab telponnya ketika ia hendak meminta jemput pada Angga, puluhan bahkan ratusan pesan yang ia kirimkan kepada Angga pun tak kunjung dibalas. Mungkin Angga tengah sibuk, jadi ia memutuskan untuk berjalan kaki, sekalian olahraga katanya. Tapi mana ada olahraga sore begini.

Zara berjalan dengan malas, matanya tertuju kepada pedagang bakso yang ada di sana. Ia sangat tergiur dengan kuah bakso yang harum menyengat yang sampai pada indra penciumannya. Ia berjalan mendekati grobak bakso tersebut.

"Mas, baksonya satu porsi dong,"

"Bentar ya neng, ini yang laen juga pada belum, harap antri ya neng," ujar penjual itu dengan ramah.

"Oh iya, mas."

Zara merogoh saku seragamnnya, saat ia mengeluarkan selembar uang, ia kaget. Sakunya hanya menyisakan uang 10 ribu rupiah. Ia baru ingat tadi pagi sebagian uang sakunya ketinggalan, sedangkan harga bakso perporsinya adalah 15 ribu rupiah. Yah, uang yang ia punya kurang untuk membayar bakso.

Zara menghela nafas berat, mengapa hari ini rasanya sangat sial sekali. Ia memutuskan untuk menghampiri sang penjual bakso yang sedang sibuk melayani para pembelinya.

"Mas," panggil Zara dengan suara lirih.

"Iya, neng?"

"Mas, maafin saya ya, saya gajadi beli bakso nya," sahut Zara dengan wajah memelas.

"Lah? Kenapa neng? Kelamaan nunggu ya? Tapi perasaan neng baru datang tadi,"

"Iya mas, saya memang baru datang, uang saya kurang buat beli baksonya ...."

"Yah si eneng, gimana sih? Mau beli bakso tapi gak ada duit." Ujar penjual bakso itu seraya pergi dari hadapan Zara dan kembali melayani para pembelinya.

Zara berjalan menjauhi gerobak bakso tersebut, ia berjalan gontai. Ia sangat malas, perutnya sangat lapar, sedangkan berjalan menuju rumahnya membutuhkan tenaga yang cukup banyak, apalagi bagi Zara yang tidak terbiasa berjalan cukup jauh seperti ini.

"Kenapa sih nasib gue sial banget hari ini ... pertama  sebagian uang saku gue ketinggalan di rumah, dua, ngerjain 3 kali ulangan harian dengan mata pelajaran yang berbeda, tiga, ketemu sama si cowok resek yang bikin emosi, dan keempat, saat gue lagi laper gue lupa kalo gue gaada duit, rasanya gue pengin nangis aja deh ...." Zara bermonolog, tak peduli orang orang disekitar menatap dirinya aneh. Ia hanya melontarkan isi hatinya saja.

Saat akan berbelok, di sisi kanannya terdapat genangan air, mungkin disebabkan oleh hujan kemarin malam.

Pratt!

Zara mengeram tatkala sebuah motor melaju dengan cepat melalui genangan air hujan tersebut hingga air genangan kotor itu mendarat tepat pada rok abu abunya. Kenapa nasib sial selalu bertuju padanya? Ia kesal setengah mati, ini kesialan nomor lima yang dialaminya hari ini. Apa harus hari ini di tandai saja dalam kalender dengan catatan 'hari tersial sedunia'?

Zara menepuk nepuk roknya yang kotor. Sekarang Zara hanya pasrah, emosi pun tak ada gunanya. Iyalah, orang pelakunya udah jalan duluan tanpa sepatah kata pun, atau setidaknya meminta maaf padanya. Ia pun segera melanjutkan perjalanannya agar cepat sampai tujuan,yaitu rumah.

***

Waktu menunjukkan pukul 19.05, Zara duduk di sebuah kursi yang disediakan di luar supermarket untuk pengunjung. Ia menatap sebuah motor sport yang terparkir rapi di parkiran supermarket.

"Itu kan motor yang bikin rok gue kotor!" Pekiknya dalam hati, kira kira siapa pemilik motor itu. Jika ia bertemu dengan orang itu, lihat saja ia tidak akan melepaskannya, enak saja sudah membuat kesalahan tak berani bertanggung jawab atau minimal minta maaf gitu. Zara terus menunggu sang pemilik motor itu dengan kesal karena ia kembali teringat perlakuan yang diperbuat oleh sang pemilik motor tersebut.

Tak lama seorang pria ber hoddie putih dibaluti celana jins hitam panjang menghampiri motor yang sudah Zara tandai. Melihat itu Zara dengan segera menghampiri sang pemilik motor yang sekarang memunggunginya.

Zara menepuk punggung pria itu dengan keras hingga menimbulkan suara yang tidak kecil, "heh! Lo kan yang buat rok sekolah gue kotor dijalan sore tadi!"

Pria itu tak menoleh sedikitpun, ia tengah disibukkan oleh kresek belanjaannya yang sedari tadi sedikit ia obrak abrik, seperti tengah mencari sesuatu. Zara kesal setengah mati, sudah diperingati bukannya nyaut malah diam tak peduli.

"Lo punya telinga kan?!" tanya Zara dengan setengah berteriak, akan tetapi pria itu masih tetap pada pendiriannya, yaitu memunggunginya.

"Lo gapunya mulut apa gimana sih?! Gak punya telinga juga?! Atau leher lo gabisa digerakin?! Nyaut ngga! Denger ngga! Noleh ngga! Apa sih yang lo bisa?!" celoteh Zara dengan kesal. Bisa bisanya seorang Zara di perlakukan seperti ini, apalagi oleh seorang pria, gak banget deh.





Hai gaess!! Don't forget follow and vomment!

Tekan bintang dibawah sama komen aja lama amat, harus diingetin dulu ... :(
You know? Aku ngetik ini tuh sambil ngantuk:( gak kasian apa?:( tega bener:(

Sebelum baca chapter baru, tinggalkan vote dan komen di chapter ini!

Bubay

ZaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang