"Jangan kebanyakan nunduk, nanti mahkotamu jatuh." Dengan refleks Nazzar menyunggikan senyum tipis dan melenggang pergi meninggalkan Zara yang masih bengong sendirian disana.
Tak lama kemudian ia sadar dan melanjutkan larinya yang sempat tertunda, semoga saja ia tidak telat masuk kelas. Tapi sepertinya dewi fortuna tidak menghendakinya, sesampainya di depan kelas, sebelum membuka pintu kelasnya ia mendengar suara seorang guru yang sepertinya sedang menerangkan sesuatu.
Zara gelisah, tubuhnya bergetar, ia takut jika guru yang ada di dalam kelasnya itu marah. Tanpa ia sadari seorang pria memperhatikan gerak geriknya dari kejauhan. Lalu pria itu menghampiri Zara. Zara terkejut saat Nazzar kini berada di sampingnya, belum sempat ia bertanya Nazzar sudah mendahuluinya masuk terlebih dahulu.
Setelah Nazzar mengucapkan salam saat masuk, ia menghampiri sang guru yang mengajar dan sedikit berbincang. Tak tahu apa yang diucapkannya pada sang guru yang ada di dalam kelasnya, tiba tiba Zara dipersilahkan masuk kedalam kelasnya.
Saat melangkah masuk kedalam kelas, berpapasan dengan Nazzar Zara menyirit bingung, wajahnya menunjukan tanda tanya, tapi Nazzar hanya meresponnya dengan menaikkan kedua pundaknya dan melengos begitu saja. Zara pun duduk dan terfokus pada materi yang dijelaskan oleh guru pelajarannya.
***
Zara dan Stella melangkahkan kakinya menuju kantin karena bel istirahat sudah berbunyi.
"Ehh, lo tadi kenapa bisa ada sama si ketos handsome itu?" tanya Stella yang tengah mengemut permen loli bermerk Milkita.
Sebelum Zara menjawab seseorang mendahulu pembicaraannya."Beliin anak sembarangan?!" Sergah Aldi dengan suara keras yang tiba tiba berada di samping mereka, ia menunjuk permen loli yang sedang Stella emut. Tak hanya Aldi, Alfino, Genta, Phanca dan Leo pun berada di belakangnya.
"Baru pulang dimarahin! Ngajak berantem?!" sergah Stella tak kalah keras sembari mencondongkan tubuhnya terutama pada bagian dada, kedua tangannya diarahkan kebelakang dan menanggahkan kepalanya.
"Apaan sih kalian, tiba tiba nongol cam setan aja lo semua!" Teriak Stella.
"Badan lo gak digituin bisa gak sih?" tanya Genta.
"Apa?! Masalah?!" Stella malah semakin mencondongkan tubuhnya.
"Dada lo itu bikin gagal fokus," ucap Leo dengan santainya. Refleks Stella menegakkan kembali badannya dan menutup bagian dadanya dengan tangan yang di silangkan.
"Yaampun, gue terhura sumpah! Leo si dingin yang irit bicara cekatan juga kalo soal begituan!" ucap Pancha dengan nada kaget. Ia menutup mulutnya yang melongo dengan satu tangannya agar lebih mendramatisir.
"GUE BARU NYADAR SUMPAH!!" teriak Genta, ia mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
"CING DEMI!!!!" ucap Aldi sembari menyentil nyentil telinganya kedepan dengan jari telunjuk berulang ulang kali.
Disaat sahabat sababatnya heboh, Leo malah memasang mukanya datar. Masa bodo pikirnya, emang faktanya seperti itu kan? Ia tak berbohong.
"Dasar watados!!" ujar Pancha, ia menggeleng gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Apaan tuh?" tanya Zara, akhirnya ia membuka suara setelah sedari tadi ia hanya menyimak.
"Wajah tanpa dosa!" jawab Pancha dengan mengacungkan jari telunjuknya pada Leo.
"Udahlah, kenapa jadi ribut? Tujuan kita kantin bukan malah ribut." Sergah Alfino.
"Ehh, wait wait, kenapa lo diem aja? Gak biasanya lo diem kek gitu," ujar Aldi dengan wajah menyelidiki, setelah beberapa detik, " LO SARIAWAN YA??!" lanjutnya sembari menunjuk Alfino dengan jari telunjuknya. Semua menatap Alfino dengan tatapan selidik.
Alfino hanya membalasnya dengan menaikkan bahunya dan pergi melenggang meninggalkan mereka. Leo, Genta, Pancha, Zara dan Stella pun mengikuti Alfino. Mereka meninggalkan Aldi seorang diri disana.
"Heh! Lo pada mau kemana?!" tanya Aldi dengan suara lantang, "njing! gue ditinggal! Eh astaghfirullah ... kasall bodo." Lanjutnya.
teman temannya tak mengubris pertanyaannya. Aldi mengusap wajahnya, "YaAllah, hambamu ini selalu terdzolimi ..., heyy! Ck, tunggu gue!!!" Aldi berlari menyusul keempat sahabatnya dan dua gadis yang bergabung dengan sahabatnya.
***
Nazzar mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran. Tak lama kemudian bola matanya menangkap sosok yang ia cari. Seseorang itu sepertinya tengah menunggu angkutan umum tiba. Ia menancapkan gas motornya untuk segera menghampiri seseorang tersebut. Belum sampai tempat tujuannya, seseorang itu menoleh padanya.
"Kak!" Teriak Zara, tangannya melambai lambai ke arah Nazzar. Ya, seseorang yang dimaksudnya adalah Zara Acilla Williams.
Melihat itu, Nazzar langsung menghampirinya."Eum ... kak," ujarnya sambil menunduk.
"Ck, kebiasaan."
"E-- eh i-- iya kak, maaf," Zara memposisikan wajahnya tepat di depan Nazzar. Nazzar menaikkan sebelah alisnya guna bertanya apa gerangan Zara memanggilnya.
"Kak, boleh gak gue nebeng anter pulang sama lo?" tanya Zara ragu. Belum sempat Nazzar membuka suaranya, mulut Zara sudah mengeluarkan suara lagi, "gue-- gue bukan ada maksud apa apa ya kak, lo-- lo jangan mikir gue kek cabe yang ngemis minta cowok anterin pulang," ujarnya, Zara menarik nafas.
"Gue minta anter lo tuh karena abang gue gak bisa jemput, kalo nunggu angkutan umum kek nya gabakal ada deh, lagian kan ini udah sore."
"Alah, alesan lo." Ucap Nazzar.
"Suerr dehh ...!" Zara mengacungkan jari telunjuknya serta jari tengahnya membentuk huruf V. Nazzar tampak menimang nimang, tak lama kemudian ia menyodorkan sebuah helm pada Zara.
"Nih, pake." Titah Nazzar, Zara pun segera menerima helm itu dan memakainya. Tanpa komando dari Nazzar, Zara naik ke jok motor yang sama dengan Nazzar.
"Pegangan." Nazzar menoleh pada Zara melalui spion motornya.
"Hah? A --apa? Pe --pegangan?" Zara gelagapan, entah mengapa ia gugup setengah mati.
"Nanti jatuh."
Dengan gugup akhirnya Zara mencengkeram hoddie yang dipakai Nazzar. Melihat itu, Nazzar menghela nafasnya.
"Ck, lingkarin tangan aja gak becus, gimana nanti kalo meluk," ucap Nazzar seraya menarik kedua tangan Zara untuk dilingkarkan pada pinggangnya. Nazzar melihat wajah Zara yang memerah karena malu.
"Baru juga pegangan," Nazzar terkekeh geli membuat Zara semakin dibuat malu oleh dirinya. Dan perlu diketahui, ini pertama kalinya Zara melihat sang ketos yang terkenal dingin terkekeh dengan menampilkan deretan giginya yang putih bersih itu membuatnya semakin terlihat tampan.
Dan detik itu juga rasanya Zara ingin menghilang saja dari bumi. Ia tak kuasa menahan malunya saat ini. Dan anehnya Zara merasa salah tingkah. Ya ampun apaan ini .. kenapa dirinya mendadak menjadi seperti ini.
Tak lama kemudian Nazzar menancap gas motornya.Setelah sampai di depan rumah Zara. Zara turun, ia membuka helm dan menyerahkannya pada Nazzar.
"Gue bisa kok jadi ojek pribadi lo," ucap Nazzar lirih.
"Hah? Apa?" tanya Zara kaget.
"Engga, lupain." Ujarnya dengan muka datar.
"Mampir?"
"Gausah lain kali aja," ucap Nazzar dibalas anggukan. Nazzar menyalakan mesin motornya, sebelum menancap gasnya ia kembali menoleh, ia menatap dalam kedua bola mata Zara, setelah cukup lama ia mengalihkan tatapannya.
"Gue pamit." Ucap Nazzar seraya menancap gas motornya dan pergi menjauh dari pekarangan rumahnya.
Hai gaessss! Dont forget follow my account and vote plus comment!
See u:*
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zara
Teen FictionZara, si gadis cantik yang rapuh karena keluarga yang berantakan. Kemudian dipertemukan dengan dua orang pria tampan yang satu merupakan pria dingin, sedangkan satu lagi? Pria itu merupakan pria yang terkenal playboy di sekolahnya. Apakah Zara aka...