Dua Puluh Satu

2.3K 355 83
                                    

Sudah berminggu-minggu Sehun dan Jongin tidak pernah tidur bersama. Papa Kim yang lebih sering di rumah membuat kegiatan mereka lebih terbatas. Dan entah kebetulan darimana, Papa Oh menjadi lebih sering di rumah juga akhir-akhir ini.

Sehun yang biasanya sering menginap di apartemen atau di rumah Johnny dan Mingyu setiap hari Sabtu, kini tidak bisa dilakukannya. Untuk membeli obat Jongin pun ia harus pergi sendiri dengan bermodalkan resep yang lama. Hidup Sehun berubah suram dalam sekejab.

Saat ini Sehun sedang berada di gazebo dekat perpustakaan bersama Jongin. Mereka hanya membeli sedikit makanan ringan dan minuman di kantin untuk mereka nikmati disini. Karena Jongin sudah membawa bekal yang dibuatkan Mama Kim untuknya.

"Yang." Bisik Sehun setelah menelan suapan Jongin.

"Hm?"

"Udah enam bulan?" Sehun masih berbisik.

Jongin melihat Sehun yang menunjukkan angka enam dengan jarinya. "Kurang lebih segitu."

"Udah lumayan keliatan tau Yang."

"Terus?"

"Kita harus bilang ke bokap nyokap."

Jongin mendesah dan meletakkan sendoknya di dalam kotak makan. "Ngomongnya gimana?"

Sehun melihat ke sekitar untuk memastikan areanya cukup sepi, dan ia tersenyum setelahnya. Perpustakaan sekolahnya jarang sekali di kunjungi, kecuali jika ada guru yang berkepentingan disana atau murid yang di beri perintah untuk meminjam beberapa buku paket untuk pelajaran, dan juga beberapa siswa siswi pintar yang datang kesana. Terlebih, ruang perpustakaan ini terletak di paling ujung. Jadi, gazebo yang di tempati Sehun dan Jongin jauh dari pendengaran orang lain.

"Gue mau ngomong ke bonyok gue dulu ntar."

"Nanti?" Jongin mendelik.

"Iya nanti. Pulang sekolah."

"Yakin?"

"Kapan lagi Yang? Perut lo udah lumayan gede."

Jongin mengernyitkan keningnya cemas, "Terus gimana?"

"Ya gue ngejelasin dulu ke bonyok gue. Abis itu gue ke rumah lo. Gimana?"

"Aduh gue deg-degan." Jongin menautkan alisnya sambil menepuk dadanya pelan.

"Mau gimana lagi. Kita gak bisa nyembunyiin terlalu lama."

Jongin menggigit bibir bawahnya; pikirannya melayang ke masa tiga bulan mendatang. Dan dalam sekejab Jongin mencengkram tangan Sehun, membuat lelaki sipit itu terkejut.

"Masa gue lahiran pas Mau UNAS sih."

"Lah iya ya." Netra Sehun membesar. "Mana abis ini kita mau Ujian Semester lagi." Sehun menepuk jidatnya.

"Gue gak mau ketahuan temen-temen." Rengek Jongin.

"Ya gak usah di kasih tau. Perut lo juga gak gede-gede amat kok. Gak bakal ketahuan."

Jongin beringsut mundur lalu menyandarkan punggungnya pada pinggiran gazebo. "Gue lagi bayangin ekspresi Papa sama Mama."

"Udah gak usah dipikirin, kan gue yang ngomong."

"Ya mana bisa gue gak mikir zeyeng!"

Sehun nyengir, "Seenggaknya gue berusaha buat bikin lo gak kepikiran banget Yang. Kesian anak gue, stress ntar."

"Anak gue juga." Selak Jongin.

"Iya Ratu." Balas Sehun tunduk.

"Terus gimana?" Tanya Jongin lagi sambil menggigiti kukunya.

Crazy Relationship [Hunkai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang