Dua Puluh Tiga

2.5K 383 100
                                    

Maaf klo ada typo. Males edit.

.

.

.

Hari libur kali ini Jongin hanya di rumah. Bermain game, menonton film, bercerita, atau bahkan mencuci mobil dengan Namjoon di halaman rumah. Ia tak berani keluar rumah untuk menemui Sehun di saat situasi rumahnya masih cukup panas. Terlebih Ibunya yang juga masih mengacuhkannya selama beberapa hari. Beruntung bagi Jongin, Yuri tak mencoba mengusirnya lagi seperti hari dimana ia mengakui kehamilannya.

Sebenarnya Sehun sudah berulang kali berkata jika ia akan ke rumah Jongin, karena ia tidak mau orang tua kekasihnya itu berfikir ia pengecut. Namun pemuda Tan itu menolaknya, beralasan jika orang tuanya masih dalam perasaan tidak menentu. Ia takut Sehun malah babak belur. Yah, meskipun Jongin tidak yakin Siwon akan melakukan hal itu pada Sehun. Karena Siwon adalah sosok Ayah yang tegas tanpa main tangan.

Jongin meminta Sehun untuk menunggu sedikit lagi, hingga Jongin benar-benar yakin orang tuanya sudah dalam perasaan yang dapat dikontrol. Dan berakhir dengan ia yang hanya bertemu Sehun di sekolah, dan lebih banyak menghabiskan waktu mengobrol melalui panggilan telepon.

"Abang!"

Jongin tersentak mendengar suara Ibunya, dan segera terbangun dari ranjang Namjoon yang memang ia tempati sejak beberapa hari yang lalu. Netra hitamnya membesar saat pintu kamar Namjoon terbuka; jantungnya berdegup kencang melihat Ibunya muncul dan berdiri di ambang pintu.

"Abang.. lagi mandi." Ucap Jongin takut-takut.

Yuri menatap Jongin sekilas sebelum mengalihkan pandangannya pada pintu kamar mandi disana sembari menjelajahi kamar putra sulungnya, lalu menutup pintunya kembali tanpa menggubris perkataan Jongin tadi.

Pemuda Tan itu menghela nafas seraya mengelus perutnya; maniknya memancarkan kesedihan. Ia tidak biasa di acuhkan oleh Yuri apalagi sampai tidak dianggap keberadaanya. Rasanya sangat menyakitkan dan menyesakkan dada, ia bahkan mendapatkan mimpi buruk setiap malam. Benar-benar tidak nyaman dan gelisah setiap saat.

Setelah cukup lama berdiam diri, Jongin memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Di ruang tengah sana ia bisa melihat Ibunya yang sibuk menonton televisi; memang kebiasaan Yuri untuk tidak melewatkan satu pun episode drama. Juga Ayahnya yang duduk di samping Yuri sambil menikmati sepiring puding. Ia mendesah, menyadari jika ia hanya dapat memandangi orang tuanya dalam diamnya.

"Jong."

Jongin terkejut saat Namjoon menepuk pundaknya dari belakang, dan menoleh dengan alis menukiknya. "Ngagetin aja!"

"Elu nya aja yang bengong."

Jongin memperhatikan Namjoon yang nampak segar dengan pakaian santainya, juga surai hitamnya yang sedikit basah. "Lama banget mandinya. Kek cewek."

"Yang penting gue ganteng." Sombong Namjoon mengusak rambutnya, membuat percikan air pada wajah Adiknya.

"Basah Namjoon!" Pekik Jongin memukul lengan Kakaknya.

Namjoon hanya tertawa geli dan mengusap lengannya yang sedikit nyeri, pukulan Jongin lumayan kuat juga. "Lagian lu ngapain sih berdiri di tengah tangga gini?"

"Mau turun lah."

"Ya tinggal turun. Ngapain bengong dulu?"

Jongin tak menjawab dan hanya melirikkan matanya ke arah ruang tengah. Sedangkan Namjoon yang mengikuti pandangan Jongin kini manggut-manggut paham.

"Gabung sama mereka kuy!" Ajak Namjoon melingkarkan lengannya pada bahu Jongin.

"Tapi Bang.."

"Udah ayok!"

Crazy Relationship [Hunkai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang