8

476 18 0
                                    

"Ahh, pulang juga akhirnya. Pegel semua badan gue." Raka memijit-mijit bahunya yang nampak kelelahan.

"Serius deh, kalau pak Rahmat ngejelasin materi, gaje banget sumpah." Laly berdecak kesal.

Selama pelajaran pak Rahmat tadi, tidak ada satupun materi yang dapat otaknya cerna, bahkan sebesar upil Netter pun tidak. Dan yang paling menyebalkannya, guru berkepala botak itu terus menanyai laly dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat otaknya mampet.

"Bener lo." Sambar Chaterine.

"Kalian mau lihat karya seni yang sempat gue abadikan, gak?"
Reano nampak mengambil ponselnya di dalam saku celana, lalu menyodorkannya pada Chaterine.

Anak-anak lainnya mendekat kearah Chaterine lalu melihat isi ponsel tersebut.

Chaterine menatap Reano ragu. "Lo demen pak Rahmat?" Tanya gadis itu takut-takut.

Reano menghembuskan nafasnya panjang. "Alexayangggg, Reano tamvan demennya hanya sama kamu."

"Mulai lagi deh." Cemberut Chaterine.

"Lagian, gak mungkin gue demen pak Rahmat. Gue masih normal." Lanjut pria itu mengambil ponsel dari tangan Chaterine.

Tangannya dengan lihai menggeser-geser layar ponsel berlogo apel digigit kesayangannya.

"Ini yang gue maksud." Reano kembali menyodorkan ponselnya pada Chaterine.

"HAHAHAHA! Gile! Upil nya gede banget. HAHAHAHA!" Chaterine tak kuasa menahan tawanya melihat foto pak Rahmat yang di zoom tepat di hidung lebarnya.

"HAHAHAHA ! Ngakak bener!" Tawa Netter disusul tawa anak-anak bekicot lainnya.

"Hebat lo. Salut gue." Puji Kristin menepuk bahu Reano pelan.

"Ini masih belum hebat." Krisman berucap seakan memiliki rencana yang lebih hebat untuk mengerjai guru Bahasa Indonesia itu.

"Maksudnya?" Tanya Chelsy bingung.

"Kalian tenang aja, biar gue yang urus kali ini."

*****

"Bundaaaaa. Chaterine manis udah pulangggggg!" Chaterine sudah sampai di rumahnya dengan naik ojol dari sekolah. Jika kalian bertanya dimana Nathan, anak bebek itu lebih memilih pulang duluan dari pada menunggu adiknya. Sungguh kejam.

"Berisik!" Ketus seseorang yang tengah menonton diruang keluarga.

"Wahhh... bang Sat ada disini. Ngapain lo bang Sat. Tumben datang?" Dengan kurang ajarnya, Chaterine memanggil sahabat abangnya itu dengan makian.

Dia adalah Satria, sahabat kunyuknya Nathan.

"Bicaranya di jaga sayang." Tegur bunda Lena.

"Ia bun, maap."

Bukan Chaterine namanya jika tidak membuat orang kesal, dan persoalan mengenai cara gadis itu memanggil Satria sudah sangat sering diingatkan bunda sekaligus ayahnya. Tetapi apa daya, berbicara dengan Chaterine sama saja dengan berbicara dengan batu. Keras kepala.

Chaterine duduk bersila disamping Satria dan dalam waktu sepersekian detik, Chaterine merebut cemilan yang ada ditangan Satria.

Satria menatap adik sahabatnya itu kesal."Balikin Cemilan gue."

Mendengar perintah itu, Chaterine menatap Satria sekilas. "Bang Sat mau? Nih..." Chaterine menyodorkan cemilan itu di hadapan Satria dan langsung disambut ceria oleh pria yang satu tahun lebih tua dari nya itu.

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang