23

58 5 3
                                    

Pria itu mengusap wajah kasar. “Tapi kalau gk diganti bisa masuk angin. Huwaaa gila dah gw lama-lama.”

Dilain hati Reano kasihan melihat Chaterine tertidur masih dengan gaun pesta, di lain hati ia juga malu untuk mengganti pakaian gadis tersebut.

Lelaki itu memijit pelipisnya sembari berpikir bagaimana agar Chaterine merasa nyaman saat tidur, dan dirinya juga merasa ‘nyaman’ dari hal tersebut. Sebuah cara terlintas dipikirannya.

Reano segera melangkah keluar apartemen lalu berhenti di depan pintu apartemen tetangganya.

Ting tong... ting tong...

Pria itu memencet bel dari luar, beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki dari dalam apartemen tersebut.

Kriet...

“Eh, Reano. Tumben kesini malam-malam?” Tanya wanita seumuran ibunya yang tak lain adalah pemilik apartemen disebelah apartemen milik keluarga Reano.

“Maaf tante mengganggu, saya mau minta tolong, boleh?” Ucap Reano berharap wanita tersebut dapat membantunya.

“Iya gk masalah. Mau dibantu apaan?” Ujar wanita paruh bayah itu tersenyum ramah kepada Reano.

“Anu.. itu.. tante bisa bantuin gantiin baju teman saya di sebelah. Orangnya mabuk trus ketiduran, nah saya mau ganti sendiri tadi tapi gk sopan tante, soalnya teman saya itu cewek. Tante bisa bantuin saya?” Jelas Reano dengan singkat kepada wanita di hadapannya.

Wanita itu terkekeh. “Iya-iya, tante kesana sekarang.”

“Makasih tante.”

FLASHBACK OFF

“Nah, intinya bukan gw yang ganti baju lo. Sekarang lega kan?”Ujar Reano menjelaskan kejadian yang terjadi kemarin malam.

Chaterine mengelus dada lega. “Fyuhh... untung bukan lo.” Kata gadis tersebut terseyum lega.

Akhirnya otaknya bisa berhenti memikirkan hal aneh tentang kejadian semalam setelah mendengar klarifikasi dari Reano.

“Untung aja malaikat lagi di pihak gw kemarin, kalau enggak mungkin sekarang lo udah...” Pria tersebut berbicara dengan nada jahilnya lagi, membuat Chaterine ingin menikam pria dihadapannya itu.

“Dasar cabul.” Kalimat itu disambut tawa oleh Reano.

Reano menatap jam di dinding ruang tamu. “Gk mau pulang nih, gw antar? Udah sore loh, kasihan tante Lena nungguin di rumah.” Ujar Reano takut ibunya Chaterine merasa khawatir karena putri satu-satunya tidak pulang
ke rumah.

Gadis itu nampak berpikir. “Nanti aja deh, kasihan Ivan lagi tidur masa ditinggalin.” Ucapnnya tulus.

“Hoamm... Ivan udah bangun kok. Hehehe.” Tiba-tiba dari tangga muncul Ivan dengan rambut khas orang yang baru selesai tidur, tak lupa dengan nguapan yang dikeluarkan mulutnya.

Chaterine menghampiri Ivan lalu menggendongnya. “Mau ikut anterin kakak pulang gk?” Tanya Chaterine kepada anak dalam gendongannya itu.

Pertanyaannya dibalas dengan anggukan pasti dari Ivan, tanda anak itu sangat setuju. “Yaudah kamu cuci muka dulu terus kita pergi, okay?”

“OKAY!”

Chaterine menurunkan Ivan, lalu bocah itu langsung berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka.

“Hihihi, jadi gini rasanya punya anak sama istri.” Kekeh Reano menatap Chaterine malu-malu.

Gadis itu menatap Reano jengkel. “Hilih, anak-istri pala kau.”

*****

Twinkel, twinkel, little star~

How i wonder what you are~

Up above the world so high~

Like a diamond in the sky~

Satu bagian dari lagu ‘Twinkel little star’ sudah selesai dinyanyikan oleh ke tiga manusia yang berada didalam mobil sedan hitam yang mengemudi di antara kendaraan lain.

“Wow... suara kak Chaterine bagus banget.” Puji Ivan memberi dua jempol kepada Chaterine.

Chaterine tersipu malu atas pujian itu. “Hahaha... suara Ivan juga bagus banget. Suara Reano aja kalah loh.” Ujar gadis itu memojokkan Reano.

“Hihihi, Ivan hebat dong.” Bangga bocah tersebut menyembulkan kepala dari kursi belakang, lalu memeletkan lidah kepada Reano yang sedang berkemudi bermaksud mengejeknya.

“Idih, nakal. Ivan sama aja kayak Lexa, nakal banget.” Ujar pria tersebut merasa terintimidasi oleh kedua orang yang ia bawa tersebut. Sedangkan Ivan dan Chaterine tertawa mengejek Reano.

Hampir satu jam dijalan, akhirnya mereka bertiga sampai di halaman luas dari rumah Chaterine. Semuanya turun dari mobil, tak lupa Chaterine mengambil tangan Ivan lalu membawanya kedalam rumah.

“BUNDA!!! ANAK MU COMEBACK!” Teriak Chaterine menggelegar kala baru menginjakan kaki di dalam rumah.

Suara dahsyat itu seketika mendatangkan hampir seluruh orang yang tinggal disana ke pada Chaterine. Dari jauh sudah terlihat ibunya Chaterine yang nampak senang mendengar suara putri kesayangannya itu.

“Bjir, suara lo kurang gede dek.” Sindir Jonathan dengan earphone yang melekat di telinga. Sepertinya abangnya itu sedang tidur tadi.

“hilih.”

“Aaaaa... anak bunda pulang juga. Bunda kangen tau.” Baru saja Lena sampai di depan, wanita paruh bayah tersebut langsung mendekap Chaterine erat. Begitu juga dengan Chaterine yang membalas pelukan tersebut.
“Baru juga semalam, udah kangen aja.” Ucap Chaterine dalam pelukan Lena.

Wanita tersebut melepas pelukannya. “Habisnya anak bunda ngangenin sih.” Goda bundanya Chaterine.

“Ih, ngangenin apanya tuh kutil.” Ucap Nathan bergidik ngeri menatap Chaterine.

“Kamplet kau bang.”

“Halo tante, halo bang Nathan.” Sapa Reano.

Bunda Lena kaget akan kehadiran Reano. Dan juga seorang anak kecil yang dibawa Chaterine.

“Anjir! Lo udah punya anak dek?! Astaga gadak akhlak lo.” Kaget Nathan setelah sadar akan kehadiran anak kecil tersebut.

Lena mencubit pinggang Jonathan. “Ngomongnya di jaga.” Tegur wanita tersebut.

“Halo juga nak. Makasih udah nganterin Chaterine.” Ucap Lena membalas sapaan Reano.

“Eum... ini adek kamu yah nak?” Tanya Lena kepada Reano.

“iya tante, anak tetangga di apartemen sebelah saya.” Jelas Reano tersenyum ramah.

“Halo, nama aku Ivan.” Ucap Ivan memperkenalkan diri dengan senyum termanisnya membuat Lena dan Nathan yang melihatnya langsung luluh.

“Makanya jangan banyak bacot doang kalau gk tau faktanya.” Sindir Chaterine kepada Nathan.

Nathan menyengir ria. “Maapkeun abang mu ini.” Ujarnya dengan suara di imut-imutkan.

“BUNDA! AMBILIN KESREK! HUWEK!” Jijik Chaterine terhadap sikap abangnya itu.

HAHAHAHA.

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang