25

56 2 0
                                    

Sebelum baca, aku boleh minta dukungannya gk😗 aku cuman minta vote kalian. Kalau ada kritik juga boleh kasih tau di kolom komentar terimakasih😗😗 selamat membaca 🤗🤗🤗😚🚴

“Chaterine lo gk kenapa-napa?”

Baru saja kaki Chaterine mendarat di lantai kelas, seorang gadis dengan kucir dua menghampiri dirinya. Nampak dengan sangat jelas raut khawatir dari wajah perempuan tersebut.

“Eh, maksudnya?” Tanya Chaterine tidak mengerti dengan maksud gadis dihadapannya itu. Jika yang dia maksud adalah kejadian saat di gudang aula, pertanyaannya sekarang dia tau dari mana?

“Kejadian di gudang aula.” Ujarnya singkat.

Chaterine mematung, entah mengapa tiba-tiba dadanya sesak. “Eum gpp kok. Btw lo tau dari mana Siska?”

Yap! Siska. Gadis tersebut tersentak mendengar pertanyaan itu, gelisah tersirat jelas dari wajahnya. “Gw ke toilet dulu bye!” Dengan tergesa Siska berlari ke luar kelas, meninggalkan Chaterine dengan banyak pertanyaan yang ingin ia ketahui kepastiannya.

Matanya hampir tak berkedip, kakinya berjalan ke arah bangku nya dengan gemetar. Entah mengapa Chaterine merasa ada hal yang Siska sembunyikan darinya. Gadis itu merasa Siska ada hubungannya dengan kejadian dua hari yang lalu saat di gudang aula. Tidak mungkin Siska kan?! Jelas-jelas Chaterine melihat Sella yang menjebaknya. Tapi perasaan apa ini?! Apakah tidak salah jika Chaterine mulai mencurigai Siska? Apakah tidak salah jika ia harus berhati-hati? Ini kata hatinya, Chaterine percaya pada perkataan hatinya, tapi bagaimana jika hatinya keliru memilih keputusan? “Huftt semoga bukan dia.” Chaterine menundukan  kepalanya yang mulai pusing, tanggannya yang menumpu di meja menopang berat kepalanya.

“Lo kenapa? Sakit?” Seseorang menepuk pundaknya membuat gadis itu mendongak secara tiba-tiba.

“Gw ngagetin kah?” Ucap pria yang baru datang itu.

Chaterine tersenyum tipis padanya, sangat tipis, bahkan mungkin tidak bisa disebut sebagai sebuah senyuman. “Eh, Reano. Gpp kok.” Bohong gadis itu menatap kosong ke arah papan tulis.

Reano tau Chaterine berbohong, tapi ia lebih memilih memberi waktu sendiri bagi gadis tersebut. “Kalau butuh teman cerita, gw bisa dengerin kok.” Tangan pria itu mengelus kepala Chaterine lembut. Nyaman. Nyaman rasanya kala tangan besar itu menyapu pucuk kepalanya, entah mengapa Chaterine merasa itu yang ia butuhkan sekarang.

Tak lama setelahnya, tangan Reano berhenti mengelus kepala Chaterine membuat Chaterine menatapnya kesal. Pria disebelahya yang melihat tatapan Chaterine binggung akan tatapn tersebut.

“Lanjutin.” Ujar Chaterine dengan semburat malu dari pipinya, tak lupa dengan bibir yang di manyunkan. Sedangkan Reano masih bingung dengan maksud gadis itu.

Chaterine menghembus nafas kesal. “Hmph!” Dengan cepat Chaterine menarik tangan Reano lalu meletakkannya di atas kepalanya. “Elus lagi.” Ucapnya malu, bahkan kini dirinya tidak berani melihat ke arah Reano.

“Pfftt-“

“Huwaaa, jangan ejek ihh.” Rajuk Chaterine menenggelamkan wajah dengan rambutnya karena malu.

“Iya gw gk ngejek nih. Hahaha.” Pria itu mulai mengelus kepala Chaterine lagi. Terkadang mulutnya mengeluarkan nada-nada yang menenangkan membuat Chaterine semakin dibuat terlena. Ditambah lagi dengan suasana kelas yang sepi membuat dunia serasa hanya miliknya sekarang.

“Bebek kecil tidurlah, tidur yang nyenyak lalalala~” Lagu karangan pria itu membuat Chaterine yang mendengarnya merasa geli. Suaranya memang bagus hanya saja lagu karangannya itu. Bagi Chaterine, pria di sebelahnya ini seperti seorang anak kecil saja. Jika Chaterine tidak sedang badmood, mungkin sudah sedari tadi gadis itu mencubit ginjal Reano sangking gemasnya.

REANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang