2 : Not Happy!

1.5K 233 26
                                    

Hari yang dibenci hayong telah tiba, bukan yang harus ditebak semua orang hari apa yang ia begitu benci. Hari pernikahan, Ya Itu sangat ia benci saat ini, lagi lagi ia harus dipertemukan dengan laki laki yang menghancurkan masa depannya, Park Jimin.

Tapi sekarang, ia harus diikatkan dengan ikatan yang begitu suci, tetapi ini bukan ikatan suci, tapi ikatan penyiksa baginya.

"Hayong, ayo nak, para tamu undangan dan pengantin laki lakinya menunggumu" hayong sedikit terpenjat dari lamunannya, ibunya masuk kedalam kamarnya "nee eomna, aku turun sekarang" hayong mulai turun dari kamarnya bersama ibunya menuju pelaminan bersama jimin.

Saat hayong turun bersama ibunya, para undangan langsung berdiri dari tempat duduknya dan melihat pengantin perempuannya, mereka sangat terpesona dengan kecantikan dan keanggunan hayong sekarang. Tetapi jimin tidak, ia hanya melihat seklias dan tidak terlalu menatap hayong.

Saat hayong berjalan kearahnya, jimin menatap nya datar dari jauh, begitu juga hayong, ia juga menatap datar jimin dari jauh. Dan mereka sekarang berhadapan, mereka menatap kembali selama beberapa detik.

"Park jimin, apakah kau bersedia menjadi suami yang baik untuk Mi Hayong?" tanya seorang laki laki paruh yang membacakan janji suci pernikahan mereka "saya bersedia" jawab jimin yang menoleh ke arah hayong dengan datar.

"Mi Hayong, apakah kau juga bersedia menjadi istri yang baik untuk Park Jimin?" tanya laki laki paruh baya itu kembali "yah.. Saya sangat bersedia" hayong menatap juga jimin dan sebenarnya hatinya sangat tidak bersedia menjadi pendamping hidup laki laki yang berdiri disebelahnya ini.

"Saya resmikan! Bahwa kedua mempelai kita hari ini sudah menjadi pasangan suami istri!" semua orang dibelakang mereka bersorak gembira dengan hubungan yang baru saja terikat diantara mereka.

Jimin hanya tersenyum kepada tamu undangan, tetapi hayong tidak. Ia ingin berteriak, ingin menangis, ingin memukul jimin, tapi tak bisa.

Tapi ia sangat ingat, dia hanya bersama jimin cuma sampai 2 tahun, karna mereka sudah membuat perjanjian kontrak pernikahan.

"Hayong, jimin, semoga kalian bahagia" kata ibu hayong yang menangis terharu melihat anaknya kini telah dewasa "nee eomma, aku akan menjaga Park Hayong sekarang" hayong termohok dengan ucapan jimin, ia mengganti nama marganya dengan nama marga jimin.

"Ah.. Yah, sekarang kau tidak memerlukan nama margamu yang lama, kau memakai marga suamimu sekarang hayong" kata ibunya sambil mengelus heluskan rambut anaknya "nee, aku tau itu" hayong menjawab dengan sangat terpaksa.

Ibu hayong pergi dari hadapan mereka, ibu hayong pergi untuk menemui para tamu undangan yang hadir. "Aku tau kau tidak suka" kata jimin yang tak menoleh ke arah hayong, hayong tak terkejut sama sekali "kalau kau tau, kenapa kau menikahiku?" jawab hayong yang begitu menusuk dibenak jimin.

"Karna ini permintaan terakhir appamu" hayong kembali lagi pada minggu sebelumnya, ayahnya telah tiada, yah... Ini memang keinginannya. Hayong tak menjawab, ia merasa bahwa dirinya sangat tersudut sekarang.

***

Setelah acara pernikahan mereka, jimin membawa hayong kerumahnya hanya untuk melihat. Mereka sedang di berada dalam mobil, tak lama mereka memasuki perkarangan rumah yang sangat mewah.

"Turunlah, kita sudah sampai" kata jimin yang mematikan mesinnya, hayong turun dan ia sangat kagum dengan rumah jimin, rumah yang sangat besar dan megah, tak khayal kalau semua orang juga ingin rumah seperti jimin.

"Ini rumah mu?" tanya hayong yang menginjak teras rumah dan jimin membuka pintu besarnya "nee, dan rumah ini rumahmu juga" hayong juga tidak terkejut, ia memang tau ia akan tinggal bersama laki laki ini.

Hayong dan jimin memasuki rumah, sesekali saat hayong menaiki tangga bersama jimin ia melihat sudut sudut ruang yang dipenuhi fotonya dari sejak kecil, sekolah, kuliah, ia sangat suka dengan senyuman jimin saat ia kuliah, tampak bahagia, dan foto sampai sekarang, tapi dimana foto orang tuanya? Saat melamar saja ia tak membawa kedua orang tuanya.

"Ini kamar mu, kamarku ada disebelahmu" hayong terpenjat dari lamunannya, ia melihat kamar yang disediakan jimin. Ia cukup suka, karna kamarnya hampir sama dengan kamar yang berada dirumah lamanya, masih kelihatan kamar anak ABG.

"Dimana orang tuamu? Kau tak pernah memperkenalkannya padaku" jimin langsung membeku ditempatnya "itu bukan urusanmu" hayong bingung, kenapa dengan jimin. "Besok kau membawa barang barangmu, dan pindah disini" hayong saat bingung dengan jimin yang sikapnya bisa berubah ubah, dari datar, ketus, dan dingin.

"Baiklah, tapi aku besok sekolah" tambah hayong kembali pada jimin "besok aku akan mengantarmu, aku sudah tau dimana kau bersekolah" jimin mengakhiri percakapan dengan perginya jimin, hayong masih diam ditempat, ia mungkin akan selalu kesal pada jimin yang sikapnya berubah drastis.

***

20.39 malam...

Hayong mengemas barang barangnya untuk ia bawa besok dan pindah kerumah jimin, ia meninggalkan beberapa pakaian dirumahnya, supaya bila ia menginap ia tak perlu membawa baju lagi. Hayong juga sudah menyiapkan seragam untuk ia pakai besok dan seragam yang lain ia sudah msngemasinya.

"Semoga 2 tahun ini tidak ada yang tau kalau aku sudah menikah" kata hayong yang terduduk lemas dimeja belajarnya, dan memikirkan nanti disekolahnya. Sebelumnya saat ibunya menyebarkan undangan pernikahan nya, ia meminta agar teman temannya tidak diundang, agar tak ada yang tau kalau ia sudah menikah.

Pernikahan ini hanya diundang kerabat jauh, karyawan jimin, dan teman ibunya saja yang diundang, jujur itu adalah pernikahan yang cukup privasi baginya.

"Hayong" panggil ibunya yang mengetuk pintu dan masuk kekamarnya "hayong, ibu sedih kau akan meninggalkan eomma nak" kata ibu hayong yang memegang erat tangan anaknya "eomma tenang saja, aku selalu pulang untuk menemanimu" hayong memeluk ibunya erat dan mulai menangis.

"Jangan menangis, nanti eomma tak mau ditinggalkan" ibunya menakup wajah anaknya yang pipinya telah basah oleh air mata "nee eomma, aku tak akan menangis" kedua ibu dan anak itu langsung menyalurkan kan pelukan yang membekas disana.

Hayong harus kuat menjalani semua ini sendiri, semoga kedepannya ia bisa lebih dewasa dan menjadi istri yang baik untuk sih brengsek itu.













See you next time!!

Tangible Angel Of A Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang