6 : Let It Be

1.1K 195 11
                                    

Jimin masih terhiang giang mengingat semuanya, dan disinilah dia sekarang, didepan ayahnya yang menatapnya tegas seperti biasa. Ia berada dirumah ayahnya, sebelumnya juga Hayong bertanya ia akan pergi kemana.

Ia duduk bersama ayahnya, satu sofa bersamanya, dan sebenarnya ia rindu ayahnya setelah ibu dan ayahnya berpisah saat ia masih duduk dibangku SMP.

"Bagaimana sekarang keadaanmu setelah menikah dengan istri yang appa pilih?" Sebuah pertanyaan yang menyakut permintaan jaehin dulu "sudah aku bilang aku tidak ingin menikah dengan waktu waktu seperti ini" jimin berdecak dan membuang wajahnya dari ayahnya.

"Bukankah ini permintaan istrimu yang dulu sudah meninggal?" Tanya ayahnya yang tidak ragu untuk bertanya seperti itu, tapi ayahnya tak memikirkan betapa menyakitkan hati jimin untuk mengingat kenangan yang menjadi ingatan untuk seumur hidupnya.

"Nee, itu benar tapi bukan sekarang, aku takut akan terulang kembali, apa lagi dia masih kecil dan dibutuhkan bimbingan dariku" ayahnya tersenyum, akhirnya anaknya berpikiran dewasa juga, sebelumnya saat ia menikah dengan jaehin ia belum memikirkan untuk seperti ini.

"Sebab itulah appa memilih Mi Hayong untuk menjadikannya istrimu, agar kau bisa berfikir yang lebih dewasa" jimin terdiam, bukan tak paham tapi sudah paham kenapa dia merasa layaknya seorang suami yang lebih dewasa dari pada dulu.
"Percuma, percuma kalau itu yang membuat appa merasa bahwa aku bisa melupakan jaehin dan fokus ke istriku sekarang" kesal jimin sekarang.

"Ani, bukan itu karna memang yang appa pikirkan adalah agar kau bisa merasakan memiliki istri kembali" jimin kali ini tak menjawab, ia sudah cukup puas bersama ayahnya kali ini.

"Sayang, kau dimana? Jimin kau disisni?" Tak lama pintu terbuka dan menapakkan seorang wanita paruh baya mendekati ayahnya, wanita itu lagi.
"Aku disini, jimin juga disini" kata ayahnya ramah kepada istrinya yang bisa dikatakan itu adalah ibu tirinya.

"Aku permisi" jimin berdiri dan memberi salam hormat pada keduanya. "Sekali saja, appa mohon padamu" ayah jimin memegang tangan jimin untuk menahannya agar tak menjauh dari ibu tirinya, ibunya itu memang baik tapi ia belum bisa menerimanya "Mianhae" jimin melepaskan tangan ayahnya dan pergi dari tempat itu segera.

"Maafkan aku, dia belum bisa menerima saja" kata ayah jimin pada istrinya "gwenchana, aku tidak apa apa" kata istrinya sambil menghelus heluskan lengan suaminya itu. Sebenarnya ia juga ingin berdekatan bersama anak tirinya itu walau cuma dianggap bibi saja itu sudah cukup baginya.

***

Jimin kembali ke rumahnya pada jam makan siang, tepat pada Hayong yang baru saja memasak. Hayong melihat kehadiran jimin yang menurutnya pasti ia lapar.

"Kau baru pulang? Makanlah, aku baru sudah memasak" jimin melihat Hayong sangat bisa menaruh nasi dan lauk pauknya dipiring dengan mudah, ia kemudian menyodorkannya pada jimin.

Sejenak kembali ia melihat Hayong tadi yang sangat persis dengan kebiasaan jaehin dulu, mengambilkan makanannya dan kemudian menyodorkan kepadanya. Itu memang hal biasa, semua orang juga bisa termasuk dirinya, tapi yang membuatnya berfikir tadi itu adalah kebiasaan jaehin karna hayong yang mulai bisa menjadi istri untuknya.

"Kau tak mau mencobanya?" Jimin akhirnya duduk didepan hayong dan mengambil satu suapan kedalam mulutnya, jimin merasakan makanannya itu sangat enak, ia tak menyangka. "Makanannya tidak enak?" Kata hayong yang belum memakan apapun, tapi ia menunggu jimin untuk menilai. Jimin sedari tadi hanya berwajah datar, bahkan saat merasakan makanan hayong tadi datar, tapi ia suka karna enak.

"Ani, maksudku ini sangat enak, aku terdiam sebentar karna aku hanya kaget karna kau bisa masak rupanya" jimin mengambil satu suapan kembali kedalam mulutnya, kali ini wajahnya menilai makanan tersebut, wajahnya bersinar, hayong lega karna ia berhasil membuat jimin tak lagi merasa sedih karnanya sebelumnya.

"Syukurlah" hayong kemudian mengambil piring untuk dirinya dan mulai makan. Semua hening tanpa ada yang bercakap cakap, karna sibuk untuk mengisi perut masing masing.

8 menit berlalu sudah. Jimin berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkannya tanpa berkutik, hayong yang baru saja selesai makan akhirnya mengambil piring jimin untuk mencucinya.

Hayong terus tergiang giang memikirkan soal tes kehamilan itu, ia kemudian memikirkan dirinya. "Apakah aku akan hamil? Aku tidak mau itu sampai terjadi!" Tegas hayong dan menepis pikiran aneh itu. Ia hanya akan menjaga dirinya lagi karna ia tak mau terjadi apa apa untuk kedepannya, ia juga akan lebih fokus ke universitas impiannya.

***

Keesokan harinya...

Hayong berada diperpustakaan untuk belajar, Hayong sangat fokus untuk belajar sampai ia lupa untuk kekantin dan makan.

Taehyung yang mencari keberadaan hayong hampir menyerah, tapi ia ingat bahwa hayong tidak ada dimana mana, berarti hayong berada diperpustakaan. Tanpa basa basi taehyung berlari ke perputakaan.

Betapa taehyung lega melihat Hayong sedang belajar, ia senang bisa melihatnya, tanpa ragu taehyung mengampiri hayong tanpa ragunya "kau disini rupanya, aku mencarimu kemana mana" hayong kaget dan melihat keatas, ia melihat Taehyung yang berkeringat, sudah bisa ditebak hayong.

"Kenapa kau disini? Aku ingin tak mau diganggu" hayong mengabaikan kedatangan taehyung, tapi Taehyung masih berada didepannya "kenapa kau sekarang berubah? Dulu biasanya kita bersama" kata taehyung yang membuat hayong tak enak.

'Kau tidak tau apa yang terjadi taehyung, Mianhae... aku harus menutupinya' batin hayong yang tak kuasa dengan taehyung yang berharap lebih dari persahabatan, hayong tau sebelum taehyung mengatakannya.

"Kau memiliki masalah? Ceritakan saja, biasanya kau akan cerita" Taehyung duduk disebelah Hayong, Hayong ingin menjauh tapi taehyung menarik tangan Hayong hingga terjatuh kepelukan Taehyung.

Mereka berdua saling menatap lama, begitu juga semua orang yang melihat tindakan taehyung dan hayong, hayong tak bergerak sama sekali, ia cukup menikmati wajah tampan taehyung, begitu Taehyung yang sama seperti hayong.

"Kau akan jujur?" Hayong terpenjat dari lamunannya, ia ingin melepaskan diri pada taehyung, ini sudah kelewatan batas baginya, taehyung tak tau bahwa ia sudah menjadi istri orang lain.

"Lepaskan aku Taehyung" pinta hayong dengan tatapan tajam hayong. "Aku ingin jujur sebelum kau ingin jujur" hayong menghentikan gontaian badannya dan menunggu kalimat taehyung sebelumnya.

"Aku mencintaimu, kau mau menjadi kekasihku?" Hayong terdiam, lebih tepatnya ia terkejut mendengar kalimat taehyung, apa yang ia takutkan telah terjadi, dan ini sangat mengerikan untuknya.





Vomment wajib!

See you next time!

Tangible Angel Of A Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang