Studio band berukuran sedang yang terletak di sudut distrik itu terdengar ramai. Mengintip kedalam tempat itu, tampaklah lima orang pemuda berumur 20an tengah sibuk dengan alat musiknya masing-masing.
Jamming mereka selesai dengan dentingan piano sebagai penutupnya. Walau penuh peluh, aura puas terpancar jelas di wajah kelimanya.
"Cukuplah ya." ujar Saka lalu melepas tali gitar dari pundaknya.
Sementara keempat rekan lainnya memilih langsung selonjoran di lantai sambil mengesap minuman mereka.
"Jae," panggil Brian menatap lawan bicaranya tajam, "Lo miss 3 kali."
Yang barusan ditatap cuma terkekeh tanpa dosa.
"Sorry sorry. Lagi gak fokus."
"Naon?"
Pertanyaan Brian hanya disambut helaan napas dalam dari Jaerand.
"Skripsi lagi nih pasti" terka Wira.
Jae mengangguk dramatis. Membuat keempat rekannya melengos malas.
"Bang Jae mah baru juga ditolak revisi. Lah gua yang ditolak judul sampai sepuluh kali aja selow." hibur Dimas.
Brian terkekeh, "Bangga banget ya lo ngumbar yang begitu."
"Oh jelas." sambut Dimas sembari menarik kerahnya, "Sebuah pencapaian."
Saka menggeleng tak mengerti lantas menoleh ke Jaerand, "Lo nge-stuck dimana? Abis ini kita ke perpus aja. Gua juga mau revisian."
"Ikut dong" timbrung Wira. Saka ngangguk.
Sementara Jaerand, Brian dan Dimas melongo.
"Hah? Gimana gimana?? Lo mau revisian hari ini? Hari Minggu? Hari libur?? Bro????"
"Ya kenapa dah. Emang ada larangannya gak boleh revisian di hari libur, gitu? Enggak kan."
"Yatapi-"
"Guys, I have an offers."
Jaerand baru saja memotong ucapan Brian dengan mata berbinar.
Keempat manusia itu langsung memandangnya bingung, "Apaan?"
"Gimana kalau kita bikin study group? kita bakal ngeband malam doang. Trus siangnya skripsian. Is it wonderful?"
"WONDERPUL PALELU?! Ogah. Males bat gua. Yakali Jae?! ogah asli dah dengernya aja auto mules gua!"
Gak ada yang heran dengan reaksi berlebihan Brian. Entah Brian punya dendam apa dengan skripsi karena doi selalu sensi jika ada yang menyinggung soal itu.
Tapi kali ini gak cuma Brian yang keberatan, Dimas pun bersuara,
"Bukan gimana gimana sih ya, Bang. Kita kan pasti ada kegiatan di kampus dari senin sampai jum'at, kadang sabtu juga. Jadi tinggal hari Minggu doang bisa ngumpul buat ngeband. Dan lo mau make nih hari buat skripsian juga?"
"Kan skripsiannya siang doang, Dim." sahut Wira.
"Tapi malam pun paling produktif juga sampe jam 12 doang. Lu emang mau latian jam 2 pagi? Yang ada bakal digrebek warga lah ntar karna berisik pagi-pagi buta." balas Brian.
Saka mendecakkan lidahnya, "Gua pikir latian 6 jam sehari tuh udah lebih dari cukup, Bri. Kita juga busking pas ada event aja kan bukan setiap hari. Gak perlu lah latian lama-lama banget."
"Iya lo bener, Ka. Tapi 6 jam itu juga belom tentu kita bisa full latian. Gimana kalau ntar ada yang laper? Makan dulu abis 30 menit. Belum lagi kalo ngantuk, kan malem tuh trus-"
"Itu keluhan lo yang sebenarnya kan? Masalah makan dan tidur." tutup Saka.
"NAH ITU LO PAHAM."
Jaerand yang sedari tadi jadi wasit akhirnya menepuk tangan sekali sebagai isyarat meminta perhatian. Sebagai yang tertua ada kalanya Jaerand merasa bijak. Iya, merasa. Bukan dalam artian sebenarnya.
"So guys, maksud gua. Kita kan udah pada semester tua nih. Truth be told aja ya, kalau tahun depan gua belum juga sidang, I'll pack my bags cuz they will kick me out from my own house."
Brian tertawa jahanam, "They say that? HAHA it's explained why you looks so dying today."
"Excuse me fakha? Can I continued my idea instead? Is not done yet." desis Jae.
"Okay okay."
Brian merendahkan kepalanya dengan sebelah tangan terangkat, menahan tawanya.
"Terus, Bang? Gua belum paham." kata Wira. Jaerand pun lanjut menjelaskan.
"Jadi intinya. Gua harus tamat semester ini. Jangan sampai di d.o. Lo berdua juga dalam semester riskan," tunjuk Jaerand ke arah Brian dan Saka. Yang direspon dengan helaan napas keduanya.
Lalu kali ini telunjuk Jaerand terulur ke depan wajah Wira dan Dimas, "Kalau lo berdua sih emang masih ada 1 semester lagi tapi serius, pada mau ngabisin jatah study sampe 14 semester ketimbang lulus duluan?"
Dimas menggeleng, "Enggaklah. Pastinya mau lulus duluan, Bang. Temen-temen semumuran gua udah pada kerja, gua masih aja mondar mandir bawa revisi."
Wira mengangguk menyetujui.
"Makanya gua ngajakin bikin study group. Jujur aja dah gua paling males kalau skripsian sendiri. Kayak gimana ya, gak mood aja. Tapi kalau rame-rame, seru gitu kan? Iya gak?"
Saka menepuk pundak Brian seolah menyakinkannya, "Kalau kita awalnya ngumpul karena passion yang sama, gak ada salahnya kan kali ini kita ngumpul juga buat tujuan yang sama? Mau lulus."
Brian terkekeh, "Lo kalau lagi mode begini suka bikin gua minder serius dah."
Dan dengan satu anggukan Brian, keempat pria lainnya ikut tersenyum pula. Detik itu diresmikan, band Enam Hari selain komunitas untuk bermain musik juga merangkap study grup khusus revisi tugas akhir.
— s k r i p s h i t —
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] SKRIPSHIT
FanfictionKisah kelima mahasiswa tingkat akhir yang berjuang mendapatkan gelar sarjana di tengah konflik kehidupan dan percintaan. written on: Jan 3, 2020 - Mar 15, 2020. © Roxyrough