"Oke, gue selesai."
Brian menutup laptopnya sembari merentangkan tangan di udara.
"Bang, lo baru dateng 15 menit yang lalu dan udah?" timpal Dimas. Brian berdecak.
"Otak gua lagi gak bisa diajak mikir. Kudu ngunyah dulu nih baru bisa."
"Berisik."
Satu sikutan pelan dari Saka membuat Brian mengatupkan bibirnya spontan. Lelaki itu berdecih singkat. Suasana ini paling ia benci. Suasana sepi khas perpustakaan.
Semenjak memulai agenda study group, maka ditetapkanlah perpustakaan wilayah alias puswil sebagai basecamp mereka. Mengingat perpustakaan kampus yang tutup di hari libur dan mereka butuh tempat yang tenang untuk skripsian.
Tapi itu sih usulan Wira. Brian sendiri sempat mengusulkan studio saja sebagai basecamp-nya. Yang kemudian ditolak mentah-mentah oleh Jaerand.
"Yang ada ntar pada megang alat musik masing-masing bukan laptop!" katanya.
Karena itulah dengan sangat terpaksa, Brian berada di tempat ini sekarang. Ya, tolong garis bawahi, 'terpaksa'.
"Wir, lo balikan sama Kinan?"
Telinga Brian langsung tegak mendengar ucapan Jaerand. Dengan sigap dipandangnya Wira yang menjadi pemeran utama dalam gosip kali ini.
"Apaan." elak Wira.
"Gua liat story-nya Kinan. Dia mosting foto tedy bear trus caption 'thanks for today' pake ngetag lu. Apa tuh kalo bukan balikan?" beber Jaerand.
Sekarang fokus Brian dan Dimas teralih sepenuhnya ke oknum Wira. Terimakasih lambe turah Jae.
"Ck, belum."
"BELUM?!"
"Sssshhh!"
Sekali lagi, Saka harus mengeluarkan jurus sikut tajam untuk manusia disebelahnya, Brian. Tapi doi tidak peduli dan lebih kepo dengan berita ini.
"Lo bilang belum? Berarti emang ada rencana buat balikan dong?" tanya Jae.
Wira memilih opsi diam. Malas berbicara panjang tapi ketiga manusia didepannya justru terlihat antusias. Tatapan mereka seolah berkata we-want-you-to-spill-the-tea.
"Wir, lo gak inget kalian putus karena apa? Lo mau ngulang kesalahan yang sama?" Dimas ikut bersuara.
"Apa sih orang gue cuma mampir ke rumah dia doang trus kebetulan beli boneka. Yaudah."
Brian mencibir, "Sekarang mampir doang, besok besok ngapel."
Wira hanya bisa menahan dirinya untuk tidak meledak saat ini.
"Pokoknya gua gak setuju lo balikan sama dia. Jangan, Wir. Udah cukup lah yang kemaren kemaren." tutup Jae.
Dimas mengangguk, "Cewek gak cuma dia, Wir. Move on ngapa."
"Kalo balikan juga belom tentu sampai nikah. Lebay banget lu smua." balas Wira.
Membuat Jaerand membelalakkan matanya, "Jadi lo emang beneran udah balikan??"
Wira kesal. Dikepoin segitunya sama temen-temen dekat itu ternyata cukup menjengkelkan juga.
"Belom gua kataaa"
"Wir, kita cegah lo dari sekarang supaya gak nyampai jenjang pernikahan. Lo paham gak sih alasan lo gak bisa sama dia? Apa perlu gua ingatin lagi? kali aja lo lupa karena bucin yang udah mendarah daging."
BRAK!
Brian menghentikan ucapannya saat Wira dengan tiba-tiba menggebrak meja didepannya. Membuat tak hanya 4 pasang mata yang terkejut tapi seluruh manusia yang ada ditempat itu.
Sadar akan situasi, Saka langsung berdiri dan meminta maaf tanpa suara kepada pengunjung yang lain. Diikuti Jae dan Brian. Sementara Dimas menarik Wira untuk duduk di bangkunya kembali.
Tak lama seorang wanita dengan kacamata tebal menghampiri meja mereka. Tatapannya memandang tajam ke lima pemuda yang ada disana. Tanpa banyak kata, wanitu itu melayangkan telunjuknya tepat di depan wajah Saka, Jaerand, Brian, Dimas dan Wira bergantian. Setelah itu menunjuk pintu keluar.
Mereka baru saja diusir dari puswil dengan tidak elit.
"Heh kampret! Gua pites atu atu lu pada ye bacot bener dari tadi! KEMARI KAGA LU PADA?! WOI!!!"
"Ampun, Ka!"
— s k r i p s h i t —
Ponsel Wira berkedip namun si empu hanya memandangnya. Tak lama layarnya mati diikuti seruan dari ujung lorong,
"Dianggurin dong!"
Wira menoleh dan mendapati seorang gadis bersurai panjang berjalan mendekatinya. Diiringi senyum merekah di paras cantik itu. Seketika membuat Wira meringis kecil. Ada sesuatu yang terasa berdenyut didalam tabung egonya.
"Wiraa, ngambek ya karena aku keluarnya telat? Tadi keterusan bikin laporan jadi lupa waktu. Harusnya mah kamu telponin aku aja bukan cuma nunggu, salah kamu juga sih!" cerocos Kinan sekenanya.
"Jadi salah aku ya?"
Balasan Wira langsung membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Ya enggak maksudnya tuh... Ih iya deh salah aku. Maaf ya?"
Wira tersenyum tipis. Satu sapuan lembut mendarat di puncak kepala Kinan.
"Iya, gak apa-apa kok. Yuk pulang?"
"Gak langsung pulang kan? Lagi pengen bakso nih."
Wira mengecek arlojinya dan seketika Kinan sadar akan situasi.
"Kamu magriban dulu aja, aku tunggu di sini."
Perdebatan singkat segera terjadi didalam pikiran Wira. Hasrat dan prinsipnya saling bertentangan.
"Wir?" tegur Kinan. Wira tersentak.
"Jalan dulu aja, ntar cari mesjid."
Kinan menggeleng, "Gak mau. Selesein kewajiban kamu dulu. Aku bisa nunggu kok, kayak biasanya."
Senyuman diwajah cantik itu muncul lagi. Didetik ini Wira tersadar. Bahwa dinding pertahanannya telah dihancurkan dengan telak. Oleh seseorang yang seharusnya ia lupakan.
— s k r i p s h i t —
Kinanti Fransisca as Wira's ex
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] SKRIPSHIT
FanfictionKisah kelima mahasiswa tingkat akhir yang berjuang mendapatkan gelar sarjana di tengah konflik kehidupan dan percintaan. written on: Jan 3, 2020 - Mar 15, 2020. © Roxyrough