🍋 Hangover Night

581 91 24
                                    

"Ukh! Lepass! I'm out of breath!" protes Wendy sambil memukul pelan lengan Jaerand yang melingkari lehernya.

"I miss you soOo fukin' much."

"Jae, language."

Jaerand hanya tertawa kemudian mengurai pelukan itu dan menatap Wendy penuh cinta.

"Tumben kamu bisa keluar dari kantor jam segini."

Wendy memutar matanya, "Ini weekend, Mas. Kan aku enggak 24/7 di kantor. Anyway, why you didn't tell me that you have a busking today?! I missed your best moment!"

Jaerand tertawa lalu mengunyel pipi gadisnya gemas.

"You always have the best moment of me. Cuz everytime I see you that's my best moment."

"Cringeeee" elak Wendy dengan ekspresi geli.

Jaerand beralih mengandeng sebelah tangan Wendy. Mereka berjalan beriringan menyusuri trotoar. Tanpa tujuan, hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja.

Suasana hening karena tidak ada yang memulai pembicaraan. Dapat Wendy rasa bagaimana Jaerand memain-mainkan jemarinya. Mengusap lembut lalu menyimpannya ke saku pria itu. Membuat Wendy jadi ikutan menempel pada tubuh Jaerand. Berujung dengan saling mengamit lengan.

"Jae,"

"Hm?"

"Let's break up."

Langkah Jaerand terhenti seketika. Dengan perlahan Wendy menarik tubuhnya menjauhi Jaerand. Kini posisi mereka saling berhadapan.

"W-what--"

"Maaf." sela Wendy, "Kamu tau? Gak cuma mama kamu yang nanyain aku soal nikah tapi mama aku juga. And it's getting harder each time."

"You said you can wait for me. You said, that's okay." Jaerand tertawa getir, "Now, why..."

Wendy mengalihkan pandangannya menahan air matanya keluar, "Jae, I also need a time. It's better for us to separated and have some own space for now."

"Why? So you can date any other guy without feeling guilty, huh?"

"Jae!"

Jaerand menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Situasi ini sungguh konyol baginya.

"Aku mau putus biar kamu bisa fokus skripsian. Aku tau selama ini kamu selalu mengesampingkan skripsi kamu buat ketemu aku. Dan itu gak baik, Jae. Gimanapun kamu harus cepat lulus."

Wendy mengatakan hal yang benar tapi egonya Jaerand sedang tinggi saat ini.

"I hope you understand my situation."

Jaerand tertawa sarkas, "Did you understand my situation? This is not the best answer for us. You think I'll be fine after this?"

"Ya. Cuz I knew you so well."

Gila. Jaerand sampai kehilangan kata-katanya. Rasa marah, kecewa, sedih bercampur menjadi satu.

Jaerand menghembuskan napasnya lelah, "Ya udahlah kalau itu mau kamu. Any last word?"

Toh semakin lama ini akan menjadi semakin sulit bagi keduanya.

Wendy menganguk, "I'm sorry, please be happy."

Setelahnya langsung berbalik badan meninggalkan Jaerand. Karena gadis itu tidak dapat menahan dirinya lebih lama untuk tidak menangis. Sementara Jaerand hanya mengisi detik yang tersisa dengan mengusap wajahnya sembari menghembuskan napas kasar.

Tiba-tiba ponsel Jaerand bergetar tanda notifikasi grup chat. Tadinya ia hendak mengabaikan pesan itu, namun capslock Brian membuat Jaerand berubah pikiran dan segera membuka chat itu.

Pejuang Toga (5)

Brian: KE APART GUE SEKARANG
Brian: SAKA IS FUCKED UP.

— s k r i p s h i t —


Jaerand tiba di apartemen Brian dan langsung disuguhi pemandangan Wira dan Saka yang udah teler di atas karpet ruang tamu. Beberapa botol alkohol kosong tampak berserakan disekeliling mereka.

"Gue pikir cuma Saka. Kenapa Wira juga?" tanya Jaerand.

Membuat Brian medecakkan lidahnya kesal.

"Tadinya emang cuma Saka tapi si kampret nih dateng dateng ikutan minum juga sampai wasted begini. Gak paham lagi gua."

"U-uh... kenapa sih harus beda agamaaa! KENAPAAAA?!"

Tiba-tiba Wira berteriak rusuh sambil menggeliat. Hampir aja nyenggol vas bunga kesayangan Brian kalau tidak cepat-cepat diselamatkan lelaki itu.

"KENAPAA BRI KENAPAAAA?!"

"YA MANA GUA TAU SETAN!"

Sekarang Wira beralih menggelayuti kaki Brian. Bikin lelaki itu emosi jiwa.

"Gue sayang dia Briiiiii! GUA SAYANG DIAAAA"

Brian akhirnya berjongkok lalu menutup wajah Wira dengan selimut. Menghentikan kicauan lelaki itu lebih lanjut.

"E-eugh... Iya... Gue suka sama lo.... Please.... Jangan pergi... Kasih gue kesempatan...."

Sekarang giliran Saka yang meracau random walau tidak serusuh Wira.

Melihat itu Brian hanya bisa mengusap dadanya prihatin, "Ya Allah punya temen pada begini amat yak."

Sementara Jaerand tertawa hambar. Lelaki itu lalu duduk dan menyambar sekaleng bir diatas meja. Kemudian meminumnya.

"Saka kenapa?"

"Si Anin dateng ke studio sore tadi setelah lo pergi. Dia dateng bareng pacarnya. Saka kaget lah." jelas Brian.

"Udah gue bilang jangan kelamaan nyimpen rasa. Nyesel belakangan kan." Jaerand berdecak, "Berlaku juga buat lo. Jangan sampai kejadian gini keulang sama lo."

Brian malah terkekeh, "Gak bakal lah, gue mah nyantai. Yang gue gak duga tuh si Saka beneran jadi se-messed up ini cuma gara-gara cinta."

Jaerand gak menimpali dan hanya sibuk menegak minuman ditangannya. Brian yang menyadari itu sudah bir yang ke 3, langsung bertindak cepat merampas kaleng ditangan lelaki itu.

"Wow man, hold up! I think this enough. You getting drunk."

Tapi Jaerand menghalau tangan Brian, "Don't stop me, I just broke up."

Brian terdiam mendengar ucapan Jaerand. Untuk beberapa alasan ia tak lagi menahan Jaerand. Lelaki itu hanya bisa membiarkan sahabatnya melampiaskan perasaannya saat ini.

Sejam kemudian Jaerand sudah sepenuhnya mabuk. Brian memandang ketiga temannya yang udah totally wasted dengan helaan napas.

Tiba-tiba pintu apartemennya terbuka. Dimas muncul dengan tatapan bingung.

"Bang--"

"Kalau lo dateng buat mabokan juga monmaap nih lain kali aja dah. Gua udah punya cukup pasien disini." sela Brian.

Dimas langsung menggeleng cepat. Membuat Brian menjentikkan jarinya, "Bagus. Lolos! Sekarang bantuin gue bawain nih manusia tiga ke dalam kamar."

Di detik selanjutnya terlihat Dimas dan Brian yang sibuk menggotong ketiga rekannya ke atas kasur Brian. Mereka berlima berakhir rebahan diranjang yang sama pula.

"Kok bisa sih pada barengan kena masalah gini. Sama-sama soal cinta lagi." gumam Dimas.

Brian hanya terkekeh, "Lo tau gak istilah love is blueming?"

Dimas menggeleng.

"Katanya cinta itu punya dua sisi, bahagia atau sedih. In which, it can bring happiness like a flower blooming in your heart or the other moment it just makes you feeling blue."


— s k r i p s h i t —




[✔️] SKRIPSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang