Wendy benar soal Jaerand. Lelaki itu bukan tipe yang mudah terpuruk dalam suatu masalah. Ia hanya butuh satu hari untuk menggalau lalu besoknya ia sudah baik-baik saja. Because life must go on.
Sebulan kemudian Jaerand berhasil melaksanakan sidang proposalnya. Bersamaan dengan Wira.
Wira selesai sidang lebih dulu, setelah itu Jaerand. Keempat member sudah menunggu dengan khidmat di luar. 1 jam kemudian Jaerand keluar dari ruangan dengan muka kusut. Para member langsung mengerubungi dengan cemas.
"Gimana, Jae?"
Jaerand mengangkat wajahnya lalu sedetik kemudian, "Lulussss!!!"
"WOAAAAA"
Kelimanya berpelukan dramatis.
"Baru proposal gausah seneng dulu. Masih ada sidang skripsi yang menunggu." celetuk seorang dosen penguji yang tiba-tiba lewat.
Membuat anak Enam Hari buru-buru menunduk sungkan. Tapi setelah dosen itu pergi mereka heboh lagi.
"Tinggal Dimas nih yang belum proposal." sahut Brian sambil merangkul Dimas.
Yang hanya dibalas dengan senyuman kikuk lelaki itu.
"Buru, Dim. Kita bakal bantuin lo kok. Tenang aja." dukung Saka. Diangguki ketiga rekan lainnya.
"Kak Jaeeeee selamat yaaakk!"
Jaerand tersenyum saat melihat Jihan menghampirinya dengan sebuket bunga. Belakangan ini hubungan mereka menjadi cukup dekat.
"Duh makasih ya tunangannya Wira."
"Ih apaan sih baru calon!" elak Jihan.
Entah mengapa gadis itu selalu tidak suka kalau Jaerand menyebutnya begitu.
"Gausah bawa-bawa nama gue bisa gak?" sengit Wira ikutan mangkel.
Yang lain hanya tertawa.
"Pokoknya selamat ya, Jae, Wir. Tinggal sama-sama berjuang nih buat sidang akhir." kata Saka.
"Moga lancar dah kita semua" sambung Brian. Yang langsung diamini semuanya.
Sementara Dimas sedari tadi hanya menghembuskan napasnya berat. Beban di relung hatinya seolah semakin menyesakkan. Tanpa sadar suara batinnya mulai menggumamkan sesuatu,
"Apa gue nyerah aja?"
— s k r i p s h i t —
"Lo suka Wira kan?"
Ucapan Jaerand membuat Jihan tersedak minumannya seketika.
"Enggak! Aku kan suka kakak."
Jaerand tersenyum simpul, "Lo suka gue sebagai bias. Dan kebetulan gue baru putus jadi lo pengen menghibur gue makanya kita jadi dekat. Tapi coba tanyain hati lo yang sebenarnya. Siapa yang beneran lo suka."
Jihan termangu untuk beberapa saat.
"Gue makasih banget karena lo selalu ada pas gue lagi galau tapi lo tau sendiri kan, gue gak mungkin ngelupain Wendy segampang itu."
Jaerand mengusap bahu gadis itu perlahan, "Han, lo berhak bahagia. Dan itu gak akan lo dapet dari gue maupun Wira. Jadi, gue berharap lo bisa ambil keputusan yang terbaik buat lo."
Selepas obrolan hari itu Jihan menjadi benar-benar linglung. Orang yang sebenarnya ia suka? Siapa?
Jihan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dapat ia rasa bulir hujan yang mengenai tubuhnya namun gadis itu tak berniat menghindar. Entah emosi dari mana, kini air mata pun lolos dari dua netranya. Jihan menunduk dan terisak pelan. Sial, kenapa kisah asmaranya begitu sial?
"Han! lo ngapain woi hujan hujanan!"
Jihan mengangkat wajahnya dan langsung berhadapan dengan sosok Wira. Lelaki itu memegang payung dan tampak kaget melihatnya.
"L-lo... nangis? Kenapa--"
"SIALAN! IYA! GUE SUKA SAMA LO!"
Wira langsung terdiam ditempatnya mendengar itu. Sementara isakan Jihan semakin kencang beriringan dengan derasnya hujan.
"Bisa gak..." Jihan tercekat sejenak, "Lo lupain dia dan mulai ngelihat gue...."
— s k r i p s h i t —
"Mau ngomong apa?" tanya Anin.
Saka menghirup udara sebelum melanjutkan niatnya. Ia sudah membulatkan tekat untuk menyelesaikan semuanya hari itu.
"Selamat ya. Sorry gue baru ngucapin sekarang. Kemaren kaget banget sih jadi gak sempet mikir," kekeh Saka.
"Yaelah gue pikir apaan."
Keduanya lalu tertawa ringan.
"Lo juga kudu cari pacar, Ka. Masa sampai sekarang gak ada sih cewek yang lo suka?"
"Ada kok." balas Saka lalu tersenyum, "Dan itu lo."
Anin langsung tertegun mendengarnya. Gadis itu mengerjapkan matanya spontan. Terlalu syok.
"H-hah?"
"Kaget ya?" Saka tertawa, "Maaf, gue telat banget baru bilang sekarang. Tadinya mau nunggu timing yang pas tapi ternyata malah keduluan."
"K-ka... G-gue...."
"Gak apa-apa, Nin. Jangan merasa terbebani sama pernyataan gue. Gue ngomong gini sekarang biar gak nyesel dimasa depan aja."
Saka lalu berdiri dan menoleh sekilas pada Anin yang masih terdiam ditempatnya.
"Tapi tolong ngerti ya kalau ntar gue bakal rada jaga jarak sama lo. Biar move on gue berhasil."
Anin rasanya tak mampu membalas ucapan Saka. Ia hanya menatap lelaki itu dengan nanar.
"Well, gue mau ngomong itu aja sih. Bahagia terus ya, Nin. Thanks for being my bestfriend until now." tutup Saka.
Setelah itu langsung berbalik badan meninggalkan tempat itu dalam langkah mantap. Kali ini helaan napas Saka terasa lebih ringan.
— s k r i p s h i t —
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] SKRIPSHIT
FanfictionKisah kelima mahasiswa tingkat akhir yang berjuang mendapatkan gelar sarjana di tengah konflik kehidupan dan percintaan. written on: Jan 3, 2020 - Mar 15, 2020. © Roxyrough