Hening...
Begitulah suasana rumah bergaya tradisonal itu.Jam menunjukkan pukul 10.00 pagi dengan cuaca yang begitu cerah diluar sana.
Musim semi yang akan segera berakhir seakan melambai dengan udara yang semakin terasa panas dengan hembusan angin yang mengelus lembut kulit.
Sendirian dirumah orang lain, dikamar orang lain. Posisinya masih belum beranjak dari kasur dengan selimut yang masih belum menyingkap dari kakinya.
Manik birunya menatap langit-langit kamar. Peristiwa semalam tiba-tiba saja terlintas dibenaknya, ketika tubuh besar Kyoujurou merangkul tubuh ringkihnya yang bergetar hebat.
Rasa hangat yang diberikan itu tak lantas hilang dengan mentari yang telah bersinar tinggi dilangit sana.
Desiran darahnya bergerak cepat begitupun detak jantungnya. Rasa yang berusaha ia kubur muncul kembali setelah apa yang Kyoujurou lakukan semalam.
Bagaimana ia memeluknya, mengelus halus rambutnya, mengecup keningnya bahkan bisikan lembutnya, semuanya sangatlah nyaman dan menenangkan.
Dilema kembali menghantui, antara kembali ataupun pergi. Bagaimanapun dia mengubah cara pandangnya, (y/n) tetaplah seorang perempuan dengan hati lemah yang tek memiliki pilihan lain.
Sreet “Tadaima”
Terdengar seseorang membuka pintu depan, reflek kakinya melangkah dan menghampiri arah suara yang didengarnya.
Sosok seorang pria dengan surai yang sama dengan Kyoujurou juga setelan jas dan menenteng sebuah koper, tentu saja (y/n) mengenali pria tersebut.
“ah... Oji-san, okaeri” sapanya sambil tersenyum menatap pria didepannya yang terlihat sedikit kaget.
“ah.... (y/n)! sashiburi, kau sudah besar ya?” tangannya beralih mengelus lembut surai pendek (y/n).
Bagaikan nostalgia, keduanya melepas rindu sambil berbincang ringan disertai dua gelas ocha yang (y/n) buat.
Shinjurou: “Oiya, aku membawa oleh-oleh dari Kyoto, silahkan”
(y/n): “Arigatou Oji-san”
Shinjurou: “sudah lama sekali kau tidak datang kemari, Ruka pasti senang melihatmu berada disini, ...
Lalu, apa kabarmu nak?... apa kondisimu sudah membaik?”
Hening sejenak, (y/n) terlihat menundukkan wajahnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Shinjurou.
Ayah (y/n) merupakan sahabat Shinjurou sejak Sekolah menengah. Bahkan setelahnya mereka bekerja sama dalam bidang bisnis yang mereka geluti.
Kepribadian mereka yang saling terbuka membuat tidak ada rahasia apapun diantara mereka, termasuk mengenai penyakit (y/n) yang Shinjurou juga mengetahuinya.
Atmosfir terasa semakin berat dengan (y/n) yang terdiam tanpa mau menjawab pertanyaan pria didepannya.
“Gomennasai (y/n)”
tangan besar Shinjurou menepuk pelan pundak (y/n) yang terlihat murung. Manik birunya menatap dengan seulas senyum yang terkesan dipaksakan.
Pria itu merasa iba, diusia (y/n) yang sekecil itu harus dihadapkan bermacam masalah yang menerpanya. Ditambah dengan kedua orangtuanya yang pergi mendahuluinya.
Sebagai sahabat dari ayah (y/n), Shinjurou selalu memperlakukan (y/n) seperti putrinya sendiri bahkan sekarang setelah sekian lama (y/n) tidak bertandang kerumahnya dia tidak keheranan dengan sosok (y/n) yang berada didalam rumahnya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Kimetsu No Yaiba | My Dear Sunshine | Kyoujurou X Reader
FanfictionRank #1 in #Rengoku : 15/12/2019 Rank #1 in #Sanemi : 15/12/2019 Nee... Kyou-kun, apa kau masih ingat janji yang kita buat didekat sungai itu dulu? Kala mentari mulai tenggelam, kita menautkan jari kelingking kita saling mengikat perkataan itu dala...