"Kapan pertandinganmu dilakukan?"
Ji Li bertanya pada teman yang sedang duduk kesepian di depan api unggun. Air mukanya tidak berubah sama sekali. Lelah dan putus asa menjadi dominasi rautnya.
"Aku akan gagal."
Ji Li yang awalnya bertanya dengan semangat jadi merasa bersalah. Dirinya tidak tahu kalau topik ini, membuat mood sahabatnya semakin memburuk.
"Dia tidak akan berhasil kalau masih tidak percaya diri."
Wang Zi Xuan memberikan komentar. Dari tadi dia hanya menatap pemuda yang murung itu dari jauh. Sepupunya ini, benar - benar menyebalkan. Zi Xuan tahu kalau kemampuan Wang Yibo;sepupunya sudah cukup untuk sekedar masuk ke seleksi perenang nasional. Hanya saja Wang Yibo terlalu tidak percaya diri dan merusak semua hasil latihan dengan kegagalannya.
"Ku peringatkan kau, Wang Yibo. Sekali lagi kau gagal dalam tahap seleksi ini, lebih baik kau lupakan cita - citamu itu dan cari hal baru."
Perempuan muda yang punya wajah cantik itu, meninggalkan mereka berdua. Ji Li dengan muka kaget dan Wang Yibo yang masih tetap dengan muka putus asanya. Setelahnya Ji Li kembali menatap ragu - ragu kemuka sahabatnya itu. Di tepuknya pundak sang sahabat sebelum berlalu.
"Kau tahu kan Zi Xuan cukup kasar. Kuharap perkataannya tak kau pikirkan."
Wang Yibo tinggal sendirian seorang. Pesta meriah ini hanya menjadi hiasan saja baginya. Seluruh hidupnya tengah kosong dan putus asa. Pesta ini bukan apa - apa.
Sebenarnya pesta api unggun ini adalah pesta kelulusan. Hari ini adalah hari lulusnya Wang Yibo, Ji Li, Wang Zi Xuan dan teman - teman mereka. Perayaan yang harusnya bisa membuat Yibo ikut bahagia, ternyata tidak demikian cara kerjanya. Wang Yibo masih sibuk dengan keputus asaannya, memilih untuk meninggalkan pesta, dia butuh suasana dan udara segar. Keramaian yang lain misalnya?
Beruntung tempat pesta kelulusan dirayakan, tak begitu jauh dari jalan raya. Yibo dengan mudah menaiki taksi dan meninggal pesta kelulusannya. Pak sopir yang bertanya pada Wang Yibo hendak kemana, hanya dibalas dengan kata terserah.
Pak sopir jadi bingung dengan kelakuan penumpangnya. Penumpangnya ini tidak beda jauh dengan remaja pada masa kandas cinta. Sepertinya dia butuh sesuatu yang bisa membangkitkan mood. Beruntung, pak sopir punya ide sederhana.
"Hei anak muda. Bagaimana kalau kau ku turunkan di stasiun saja? Di sana biasanya ada pengamen, kau bisa menenangkan hatimu."
Wang Yibo masih terdiam, tak mau memberikan jawaban. Lalu suara Pak Sopir terdengar lagi setelahnya.
"Kemarin aku mendapatkan penumpang yang menceritakan betapa hebatnya si penyanyi. Katanya semua orang terpana dengan suara dan wajahnya. Kau mau mencoba?"
Lirikan dari pak sopir yang memantul melalui cermin di depan, hanya di balas anggukan oleh Wang Yibo.
Tak lama setelahnya taksi yang Yibo tumpangi berhenti di salah satu stasiun. Uang yang hampir Wang Yibo serahkan, ditolak dengan halus oleh si sopir. Dirinya merasa kasihan melihat raut muka Wang Yibo yang seperti tidak ada daya untuk hidup.
"Bawa saja uang itu, dan berikan uang itu pada pengamen yang kau lihat nanti."
Wang Yibo mengangguk lagi, taksi yang tadi ditumpanginya sudah menghilang dan di hadapannya sekarang ada sekumpulan orang yang berbisik - bisik.
"Suaranya bagus, kau tahu."
"Wajahnya juga tampan!"
Mereka berbisik kurang lebih demikian, sebelum suara petikan gitar terdengar. Selanjutnya suara berat seorang pria menghiasi permainan gitar itu.
"Everybody loves the things you do~"
"From the way you talk, to the way you move~"
"Everybody here is watching you~"
"Cause you feel like home~"
"You're like a dream come true~"
Wang Yibo merasa ada yang salah dengan dirinya. Suara yang mengalun indah itu, seperti magnet untuknya. Kaki kaki rampingnya mendekat untuk mendengar lebih jelas nyanyian orang itu. Di balik kerumunan tadi, ada seorang laki - laki dengan muka halus dan sebuah gitar yang dipangku.
Petikan akustik dan suaranya yang serasi menjadi candu para pendengarnya. Mungkin itu juga akan menjadi candu bagi Wang Yibo yang baru saja mendengarnya. Lagu dengan judul When we were young milik Adele, dimainkannya dengan apik. Semuanya bertepuk tangan seusai lirik terakhir dinyanyikan. Semuanya terpesona.
Penyanyi itu tersenyum lucu, menampilkan dua gigi kelinci yang menjadi daya tarik lainnya. Pemuda pemilik suara merdu itu menatap satu persatu penonton, hingga mata coklatnya bertemu dengan mata Wang Yibo. Ekspresinya yang malu - malu, berubah menjadi kebingungan dalam sekejap.
Gitar yang sebelumnya masih dipangku, kini buru - buru dimasukkan kedalam tas yang penuh dengan uang. Pemuda tadi bahkan melupakan kalau para penontonnya belum memberikan bayaran untuk penampilan lagu When we were young. Dirinya segera melarikan diri seusai menatap Wang Yibo.
"Hei tuan Night! Uangmu belum kau terima!"
Perempuan - perempuan yang sepertinya penggemar tetap penyanyi itu, berteriak kebingungan.
"Ada apa dengan tuan Night? Kemarin - kemarin dia menghabiskan malam dengan bernyanyi di sini. Sekarang belum genap pukul sepuluh dan dia melarikan diri seperti melihat hantu."
Perempuan lainnya menyahuti. Penyanyi yang punya nama Night itu benar - benar memiliki penggemar perempuan yang cukup banyak di sini.
Gumaman para perempuan itu, membuat Wang Yibo merasa menyesal telah kemari. Apa dia pernah berbuat salah dengan orang itu? Sampai - sampai dengan satu pandangan saja, laki - laki itu langsung melarikan diri darinya.
"Hah..."
Wang Yibo menghela napas berat lagi.
- - - - - - - - -
Hallo, ini adalah chapter pertama, kuharap kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT SUN [END]
FanfictionAu! Wang Yibo x Xiao Zhan "Aku, kamu, dan kita, bukanlah kata yang bisa berjalan bersama." Terinspirasi dari film dengan judul yang sama. Silahkan dibaca ❤️