Tidak ada percakapan antara si bungsu Wang dan si tunggal Xiao. Keduanya hanya saling mengucap rindu melalui angin yang berhembus. Penyanyi stasiun yang belakangan menghilang karena menghabiskan waktu dengan kekasihnya, sudah dua hari ini manggung dengan lagu kelewat galau. Penggemar yang menyaksikan pun seolah bisa mendengar jeritan Xiao Zhan yang putus asa.
Sedang si muda Wang lebih memilih untuk berdiam diri di kamar selesai latihan. Kalaupun keluar, tempat terjauh yang ia datangi ialah kolam renang di gedung apartemen. Dua hari Wang Yibo menunggu kekasihnya untuk menghubungi terlebih dahulu. Dirinya hanya ingin mendengar permintaan maaf dari Xiao Zhan, karena sesungguhnya untuk marah pada kekasihnya, Wang Yibo tidak mampu.
Namun yang ditemui Wang Yibo selama dua hari ini hanyalah notifikasi kosong. Bahkan ketika dirinya melihat aplikasi yang biasanya ia gunakan untuk bercengkrama dengan Xiao Zhan, pemuda yang lebih tua darinya itu tidak menunjukkan tanda – tanda aktif di social media.
"Hah..."
Pikiran Wang Yibo kini penuh dengan hal – hal negative, perpisahan menjadi topic utamanya. Hubungan yang baru seumur jagung, kini sudah di ujung tanduk. Wang Yibo hanya berharap – harap dengan pasrah. Apakah si bungsu Wang ini harus merendahkan harga dirinya dan menghubungi gege tersayangnya itu, atau harus tetap bertahan pada pendiriannya?
"Yibo!"
Wang Yibo dapat mendengar suara ibunya memanggil nama belakangnya. Si pemilik nama, langsung turun dari kasur dan menyahut sang ibu.
"Ya, Ma?"
Begitu Wang Yibo keluar kamar dan menatap sang ibu, dibelakang perempuan nomor satu dihatinya itu, ada pemuda yang sedang ia pikirkan. Seorang pemuda yang dua setengah hari ini menghilang dari radar social media. Xiao Zhan muncul dihadapannya dengan pakaian tertutup luar biasa.
"Seseorang mencarimu."
Nyonya Wang mempersilahkan Xiao Zhan untuk duduk, sementara dirinya beralih ke dapur untuk membuatkan minuman untuk sang tamu. Kaki – kaki Wang Yibo mendadak beku menatap dua bola mata Xiao Zhan yang tidak tertutup apapun. Atau mungkin sebelumnya tertutup oleh kaca mata hitam yang sudah bertengger di pertengahan lubang leher hoodienya.
Pemuda yang lebih tua darinya enam tahun itu, melepas masker hitam dan topi yang sejak tadi ia kenakan. Berusaha senormal dan setenang mungkin agar Wang Yibo tidak banyak bertanya tentang pakaiannya hari ini.
"Kenapa menemuiku?"
Wang Yibo masih berdiri enam langkah dari sofa yang diduduki Xiao Zhan. Enggan mendekat, juga enggan bertatap muka dengan kekasihnya itu. Apalagi ini masih di rumahnya, Wang Yibo tidak ingin ibunya tiba – tiba berteriak dan mengusir Xiao Zhan kalau tau pemuda itu sudah menjadi pacar anak bungsunya.
"Tidak boleh?"
Xiao Zhan yang menatapnya dari sofa, bertanya dengan nada bercanda. Senyum simpul dan tampannya mungkin bisa melelehkan Wang Yibo yang tampak terbakar.
"Kamu ini, temannya Yibo?"
Ibu Wang Yibo datang dan meletakkan tiga cangkir teh hangat. Bahkan Nyonya Wang juga ikut mendudukan tubuhnya di sofa yang sama dengan yang Xiao Zhan duduki.
"Ehm.. mungkin bisa dibilang begitu.."
"Kenapa jaw-
Wang Yibo yang tadinya ingin membiarkan Xiao Zhan, akhirnya berdiri menghampiri kekasihnya. Alih – alih membiarkan Xiao Zhan dicerca pertanyaan, Wang Yibo sepertinya harus mengalah kali ini. Bukankah Xiao Zhan juga sudah menurunkan harga dirinya dengan datang kemari?
"Aku akan bawa temanku ke kamar, Ma. Kami akan bicara di sana."
"Ada urusan apa sampai kalian butuh ruang privat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT SUN [END]
FanfictionAu! Wang Yibo x Xiao Zhan "Aku, kamu, dan kita, bukanlah kata yang bisa berjalan bersama." Terinspirasi dari film dengan judul yang sama. Silahkan dibaca ❤️