Sabtu minggu pertama bulan Agustus mungkin hari yang paling ditunggu – tunggu oleh Wang Yibo. Semalam ia tak bisa tidur setelah mendengar suara halus kekasihnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Memang sedikit kekanakan, tapi Wang Yibo benar – benar menyukai suara Xiao Zhan.
Setelah berpamitan untuk tidur, Wang Yibo hanya menatap langit – langit kamarnya dan membayangkan masa depannya dengan Xiao Zhan. Mungkin di masa depan Wang Yibo dan Xiao Zhan harus kawin lari daripada menunggu restu dari keluarga Wang. Atau mungkin di masa depan Wang Yibo menjadi perenang handal dan menikahi Xiao Zhan secara diam – diam karena takut media mengincar mereka berdua.
Meski waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, si muda Wang ini tetap berkutat pada pikiran – pikiran yang belum tentu terjadi di masa depan. Menyenangkan diri sendiri dengan mengisi penuh hatinya dengan imajinasi hubungan jangka panjang dengan Xiao Zhan.
"Sial.. Harusnya aku tidur."
Si sulung Wang yang baru saja pulang dari syuting acara mingguannya, meneror pintu kamar Wang Yibo dengan ketuk tak sabaran. Si muda yang akhirnya bisa menemukan kantuk, harus terkejut dengan kehadiran sang kakak. Sepertinya Wang Yibo harus merelakan jam tidurnya, sebelum Wang Zhuocheng mendobrak dan menariknya dari kasur sekarang.
"Selamat ulang tahun, adikku tercinta!"
Wang Yibo yang masih setengah sadar dan setengah tidur, jatuh terjembab ke lantai seusai Zhuocheng menubruknya. Wang bersaudara membuat keributan saat matahari baru mengintip dari peraduan.
"Kau berat, bodoh!"
Wang Zhuocheng rasanya ingin menarik rambut yang lebih muda. Tangan kirinya yang tak membawa apa – apa sudah hampir melayang, sebelum dirinya sadar, hari ini Wang Yibo bisa melakukan dosa apa saja.
"Kau adik tidak tahu diri, sial!"
Demi menahan emosi yang sudah dipucuk kepala, Wang Zhuocheng meninggalkan Wang Yibo yang masih tiduran di atas lantai, beserta kotak berwarna kuning emas yang dari tadi ia pegang. Beruntung saat keduanya jatuh, kotak itu masih bertahan di tangan kanan Wang Zhuocheng, atau sekarang kado untuk Wang Yibo lenyap begitu saja.
"Apa ini, ge?!"
Si muda Wang yang baru saja duduk dan menyadari adanya kotak berwarna emas di sebelah kirinya.
"Bom bunuh diri."
Teriakan Zhuocheng membuat si muda Wang terkikik geli. Mereka tak pernah damai soal apapun itu, tapi Wang Yibo tahu, gege-nya hanya bercanda soal bom bunuh diri. Wang Yibo tahu seberapa besar sayangnya Zhuocheng terhadap dirinya.
Begitu membuka hadiahnya, senyum Wang Yibo mengembang. Tidak banyak isinya, hanya dua barang isinya. Sebuah hoodie yang cukup keren dan sebuah kunci motor. Wang Zhuocheng memang selalu melucu soal hadiah dan Wang Yibo berterima kasih akan hal itu.
"Xie – xie, Ge!"
Kantuk yang tadi sempat datang, langsung menghilang begitu mata si muda Wang menemukan kunci motor di bawah hoodie barunya. Kakinya buru – buru menuju ke kamar mandi dan mencuci muka. Tidak peduli dengan bajunya yang kusut atau badannya yang tidak harum, Wang Yibo berlari untuk menuju ke bayi barunya. Jangan tanya berapa lama Wang Yibo menghabiskan waktu untuk mengendarai kesayangan barunya.
Wang Yibo benar – benar berhenti setelah ada pesan masuk ke dalam smartphonenya. Beruntungnya notifikasi yang muncul, berasal dari laki – laki yang paling ia cintai.
"Kalau kau lupa, tiket dimulai dari pukul enam pagi, cintaku, Wang Yibo."
Senyum si muda Wang tidak bisa menghilang, meski kakinya sudah masuk ke dalam kamar mandi bersiap untuk membersihkan diri. Langka baginya mendengar Xiao Zhan berperilaku extra manis seperti saat ini. Mungkin hari ini memang hari yang paling diberkahi selama hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT SUN [END]
FanfictionAu! Wang Yibo x Xiao Zhan "Aku, kamu, dan kita, bukanlah kata yang bisa berjalan bersama." Terinspirasi dari film dengan judul yang sama. Silahkan dibaca ❤️