Chapter 14 : Moment

2.2K 249 25
                                    

Bertemu di rumah sakit saat itu adalah terakhir kalinya Wang Yibo dapat menatap dan memegang tangan Xiao Zhan secara langsung. Karena setelahnya Xiao Zhan tidak hidup lebih mudah dan ia harus kembali ke sangkarnya. Semua jadi lebih menyakitkan bagi mereka. Untuk bertatap muka pun mereka tidak bisa.

Wang Yibo bukan tidak peduli dengan kekasihnya lagi. Mereka jarang bertatap muka karena Xiao Zhan yang melarang. Katanya, semakin sering Wang Yibo menatap muka Xiao Zhan, semakin banyak keinginan Xiao Zhan muncul untuk bertemu dan mengecup bibir Wang Yibo.

Tuan Xiao pun menjadi lebih protektif terhadap putra tunggalnya, mengingat Xiao Zhan bisa menghilang kapan saja. Bahkan Xiao Zhan tidak pernah keluar kamarnya selama sebulan lebih. Semua diagnosis dokter sudah cukup membuatnya lebih berhati – hati jika ingin hidup.

Kalau saja waktu itu Xiao Zhan tidak serta merta menutupi keadaannya. Mungkin saja kelalaiannya saat bersama dengan Wang Yibo bukanlah suatu kesalahan besar. Putra tunggal tuan Xiao itu bahkan menutupi bercak – bercak kehitaman yang ternyata muncul di sekitaran dada dan punggungnya.

Dokter dengan tegas memberikan peringatan kalau sedikit saja Xiao Zhan kembali terpapar sinar matahari, selesai sudah jalan hidupnya.

"Zhan-ge..?"

Suara Wang Yibo berdengung di ponsel Xiao Zhan. Mereka tengah bercakap beberapa saat yang lalu, hingga Xiao Zhan kehilangan fokus dan membiarkan Wang Yibo berbicara sendiri.

"Ah.. maaf."

Si muda Wang tidak bisa menyalahkan kekasihnya. Ia tahu banyak sekali yang Xiao Zhan pikirkan, terutama masalah hubungan mereka. Wang Yibo sendiri sudah menolak berulang kali atas keinginan Xiao Zhan untuk mengakhiri hubungan mereka. Yibo yakin, mereka masih bisa melanjutkan, meskipun banyak sebab yang menuliskan jalan mereka tidak akan pernah bisa bekerja dengan baik.

"Apa Zhan-ge sedang melamunkanku?"

Wang Yibo bisa mendengar kekasihnya tertawa, walaupun ia yakin itu bukan tawa yang biasanya ia dengar ketika mereka bersama. Tetapi apa dayanya? Wang Yibo hanya bisa berusaha.

"Haha.. tentu saja. Bo-di~ bisakah kau keluar dari kamar dan menuju balkonmu?"

"Hmm? Kenapa?"

Wang Yibo menjawab sambil keluar dari kamar tidur dan menuju ke balkonnya. Bisa ia lihat, suasana begitu cerah dan mereka harusnya bisa berkumpul dan saling mengadu rindu. Harusnya begitu.

"Kau tahu Yibo. Aku bisa melihatmu menatap langit dan suasana di bawah sana."

Wang Yibo sedikit terkejut mendengar apa yang Xiao Zhan katakan merupakan hal yang sama persis ia lakukan saat ini. Yibo bisa jadi merinding, kalau Xiao Zhan ternyata sedang menatapnya dari suatu tempat sekarang.

"Wow, apa kamu sudah beralih profesi menjadi cenayang, Zhan-ge?"

Xiao Zhan lagi – lagi tertawa. Kali ini tawanya sedikit lebih lepas dari sebelumnya dan itu membuat Wang Yibo ikut tertawa lepas setelahnya.

"Sepertinya kau harus tahu fakta ini sebelum aku mati, Bo-di."

Suasana jadi tidak nyaman lagi. Semua yang berhubungan dengan mati membuat Wang Yibo terhenti. Ia tidak suka dengan topik ini. Topik ini terlalu menyakitkan bagi semua orang, termasuk baginya.

"Jangan membalikkan badanmu, Wang Yibo. Aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas."

Wang Yibo terpaku. Xiao Zhan benar – benar tahu pergerakannya. Tidak salah lagi, Xiao Zhan pasti memata – matainya dari kamar pemuda itu. Si muda Wang ini sebenarnya tahu kalau Xiao Zhan pasti bisa melihatnya, karena apartement miliknya maupun Xiao Zhan, saling berhadapan. Hanya saja, Wang Yibo tidak tahu mana tepatnya jendela kamar milik sang kekasih. Semua jendela apartement di depan matanya tampak sama.

MIDNIGHT SUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang