Chapter 2 : Suicide

4.5K 495 16
                                    

"Hah...."

Helaan napas terdengar dari seorang pemuda yang tengah terduduk di pinggiran sungai. Kepulan asap yang keluar dari mulutnya menghilang diterpa angin dingin. Mantel yang ia kenakan, harus ia rapatkan lagi, udara benar - benar menusuk pada pukul dua dini hari.

Siang tadi, tahap seleksi perenang nasional telah dilakukan dan yah... hasil yang sama. Kegagalan harus Wang Yibo terima lagi. Benar kata Wang Zi Xuan, dirinya harus segera mencari cita - cita lain, karena berenang bukan lagi passionnya.

Air sungai yang tampak tenang, membuat hati Wang Yibo tergelitik. Menyerah memang harus dilakukannya sejak dulu. Lagi pula ayah dan ibunya sudah tak memiliki harapan banyak pada Wang Yibo. Mereka sudah tak pernah lagi terlihat saat Wang Yibo akan melakukan tahap seleksi, karena mereka pun tahu, hasilnya akan sama. Pil kegagalan yang menjadi santapan mereka.

Wang Yibo meletakkan kopi hangat yang sedari tadi ia pegang dan sesekali ia minum. Mantel tebal yang ia kenakan, juga ia tinggalkan di samping kopi yang berdiri tegak. Sepatu converse pemberian gege-nya juga ia tinggalkan bersama barang lainnya.

Pemuda bernama Wang Yibo itu ingin mencoba untuk menyerah. Air sungai yang tak berombak, namun terasa dingin itu menjadi pilihan. Kalau dipikir itu sepertinya percuma, karena Wang Yibo seorang perenang kan? Namun Yibo benar - benar ingin mencoba.

"Bunuh diri sepertinya menyenangkan."

Dinginnya air sungai seperti salam perpisahan bagi tubuh Wang Yibo. Tiga perempat tubuhnya sudah terendam air sungai, sebelum teriakan seseorang dan tarikan pada leher kaosnya menggagalkan rencana Wang YIbo.

"HEI! KAU MAU BUNUH DIRI?!"

Byur byur byur

Suara kaki terburu - buru masuk di sungai dan teriakan memekikan tadi membuat Wang Yibo menghela napas untuk kesekian kalinya. Seharusnya jam dua pagi dan sungai yang tenang menjadi pilihan terbaik untuk bunuh diri, kalau saja suara pria yang kini menariknya, menggagalkan rencana itu.

Begitu sampai dipinggiran sungai, tubuh Wang Yibo dilempar begitu saja. Pria itu melepas sweaternya yang basah dan memerasnya kemudian. Baru setelah memeras sweaternya, pria itu menatap Wang Yibo dengan muka kaget.

"Hei! Kau yang menontonku di stasiun kan?! Kenapa kau mau bunuh diri?"

Ah.. Tuan Night ternyata. Yibo tersenyum setelahnya.

"Kenapa kau tidak menyanyi di stasiun lagi? Aku mencarimu berkali - kali, tapi hanya gerombolan perempuan yang aku temui."

Pemuda yang tadi menolong Wang Yibo hanya menarik senyum, kemudian melirik ke arah lain. Wang Yibo bukan arah yang tepat untuk dia lihat. Apa seharusnya tadi dia biarkan saja Wang Yibo bunuh diri ya?

"Baiklah. Lupakan pertanyaanku yang itu, sekarang kenapa kau malah menyelamatkanku dari aksi bunuh diri?"

Pemuda dengan panggilan Night itu langsung berkacak pinggang. Muka ramahnya menjadi jengkel dalam waktu kurang dari sedetik.

"Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kau ingin bunuh diri, bodoh!?"

Wang Yibo hanya menaikkan alisnya sebelah.

"Kau pikir di sini tidak ada cctv? Kau pikir aku yang terekam cctv tidak akan diinterogasi jika kau sampai bunuh diri di sini?"

Tawa dari Wang Yibo keluar seketika. Pemuda yang baru saja menolongnya ini, bertindak seperti ibunya yang suka marah - marah kalau Yibo pulang pagi hari tanpa memberi kabar.

"Kau cukup cerewet ternyata."

Kedua tangan tuan Night yang sebelumnya berkacak pinggang, perlahan turun dan menjadi lurus di samping tubuhnya. Muka sebalnya juga perlahan menghilang, digantikan muka malu.

Night yang sedari tadi berada di depan Wang Yibo, kini memilih untuk berpindah posisi di samping Wang Yibo. Keduanya duduk saling berdampingan dengan arah tatapan yang sama. Air sungai yang kembali tenang, setelah kerusuhan tadi menjadi hal yang menggoda untuk dilihat bagi mereka berdua.

"Aku gagal dalam tahap seleksi perenang nasional."

Wang Yibo bersuara, kemudian diakhiri dengan helaan napas kekecewaan. Sebenarnya dia tidak ingin membagi rasa sakitnya, tapi sepertinya pemuda yang ada di sampingnya ini tidak akan melepaskannya sampai Wang Yibo bercerita.

"Kau masih ada peluang Wa- kawan."

Wang Yibo buru - buru menatap pemuda di sampingnya ini, sepertinya dia mendengar pemuda itu akan menyebutkan marganya. Sedang yang ditatap hanya menunjukkan kekagetan sebentar sebelum rileks kembali.

"Aku sudah melakukan seleksi ini lebih dari sepuluh kali dan semuanya selalu gagal. Bahkan ayah dan ibuku sudah menyerah dengan kemungkinan bahwa aku bisa menang."

Pemuda dengan panggilan Night itu hanya tertawa setelahnya. Dia merasa hidup Wang Yibo terlalu diambil pusing dan terpaku pada satu hal.

"Jika berenang tidak menjadi bakatmu, kenapa tidak mencoba hal lain?"

Kalimat yang hampir serupa. Wang Zi Xuan juga mengatakan hal ini, beberapa hari yang lalu. Bahkan ayah dan ibunya juga tidak memaksa dia melakukan seleksi ini kan? Lalu apa yang Wang Yibo paksakan.

"Kalau aku mencoba hal baru, aku harus mempelajari hal itu dari dasar. Aku belajar dari awal dan melupakan usahaku sebelumnya."

Mata Wang Yibo beralih ke tuan Night yang masih sibuk menatap air sungai dengan senyuman. Setelahnya, Night memilih untuk meletakkan badannya di atas rumput bersama dengan pakaian basah.

"Kau tahu jawabanmu sendiri. Kau hanya perlu berusaha dan percaya diri lagi."

Senyuman malu Wang Yibo menjadi balasannya. Sungguh memalukan berbagi masalah dengan orang asing, yang sebenarnya jawaban itu ada pada diri Wang Yibo sendiri.

Wang Yibo akhirnya mengikuti untuk meletakkan punggungnya di atas rumput, kemudian menatap langit yang masih gelap dan penuh dengan bintang.

"Dan satu hal lagi. Jangan bunuh diri. Banyak orang di luar sana yang ingin hidup. Jadi jika kau menyia - nyiakan hidupmu, lebih baik kau sumbangkan saja umurmu pada mereka."

Kedua mata mereka bertemu, menyorot satu sama lain. Wang Yibo kembali tersenyum lagi. Menemukan orang yang mau mendengar keluh kesahnya terasa menyenangkan.

"Terima kasih."

Kata - kata itu muncul setelahnya.

"Tentu..."

Keheningan menjadi teman mereka, sebelum jam tangan Night berteriak menandakan pukul tiga pagi. Si pemilik jam buru - buru bangun dan mengambil sweater basahnya. Ia harus pulang sekarang.

"Hei kau mau kemana?"

"Pulang."

Saat Night hampir saja melangkahkan kakinya, tangan Wang Yibo dengan tangkas memegang pergelangan tangannya.

"Kau- Bagaimana aku bisa menemuimu?"

"Aku akan kembali ke stasiun untuk tampil esok malam."

Night berusaha untuk melepaskan genggaman pemuda di depannya ini, tapi pemuda itu menggeleng.

"Satu hal lagi."

Tatapan mata Night berubah menjadi tajam. Bisa - bisanya pemuda ini, malah memegang lebih erat lagi pergelangan tangannya!

"Aku Wang Yibo."

"Oke!"

Begitu Wang Yibo melepas pergelangan tangannya, Night melarikan diri secepat yang ia bisa. Setelahnya ia mendengar pemuda dengan nama Wang Yibo itu, berteriak padanya.

"KAU SIAPA?!"

"AKU XIAO ZHAN!"

"Senang bertemu denganmu.", bisiknya kemudian.


- - - - - - - - -

Maaf, tiba - tiba kumunculkan chapter bunuh diri. Kuharap kalian tetap suka dengan cerita ini.

MIDNIGHT SUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang