Salah Median yang memiliki mulut layaknya ember bocor minta ditambal, Stefan menghela napas berulang kali melihat Yuki terus-menerus menggunakan ponselnya sejak Median pulang. Dia tidak marah sih, tapi antisipasinya berlebihan sekali. Stefan memang tidak pernah menyimpan nomor Becca, tapi Yuki sangat hafal nomor cewek itu. Apa pun yang dikirim Becca, Yuki langsung tahu dan membacanya. Betapa pun Stefan mengingatkan, istrinya tetap asyik sendiri mengerjai Becca dengan mengiriminya pesan aneh-aneh. Hmm.
"Yang, lebih dekat ke sini deh."
"Kenapa?"
Mereka sedang tiduran di ranjang berdua, jadi mau sedekat apalagi? Yuki yang merasa respon Stefan terlalu lambat langsung menarik tubuh suaminya itu mendekat, memuluknya, lalu mencium sudut bibirnya. Serius nih Yuki? Kalau begini sih Stefan mau banget. Meski sekarang bukan malam jumat, maka malam senin pun jadi. Stefan lantas segera membawa tubuh Yuki ke dekapannya dan berniat melakukan sesuatu. Sayangnya, doi justru ditolak mentah-mentah oleh si istri yang lebih fokus pada hal lain.
"Sebentar yang, aku mau ngirim ini dulu."
"Ngirim apa?"
Yuki tidak menjawab, wajahnya tampak serius namun berubah menjadi tawa membahana. Ini pasti, Stefan was-was dan langsung merebut ponselnya yang sejak tadi dipegang Yuki. Benar, dugaannya tidak meleset. Di layar ponsel, terlihat isi chat Becca dengannya. Parahnya, Yuki mengirim foto intim barusan ke cewek itu. Untung belum dilihat, Stefan buru-buru menghapusnya sebelum Becca menyadari.
"Kamu jangan ngirim hal-hal kayak gini deh."
"Apaan sih? Lebay. Itu kan cuma foto cipokan doang, bukan bokep."
"Ya tetap saja ini nggak etis yang, apalagi si Becca itu orang lain."
"Iya orang lain, tapi ketemuannya sering."
Salah lagi.
Hidup Stefan ini mirip orea sepertinya, tinggal makan saja kok harus repot-repot diputar, dijilat, dicelupin? Jika begini masih mendinglah si Akio yang punya banyak tema. Tema gelap, tema terang, dan tema nan tapi minta diprioritaskan. So sad. Yuki kelihatan gondok sekarang karena dia langsung beranjak ke kamar mandi tanpa mengatakan apa pun. Mampuslah, tidak dapat jatah kalau begini. Stefan memijat kepalanya yang mulai pusing sambil menata posisi tidurnya. Beberapa menit kemudian, Yuki keluar dari kamar mandi dengan wajah datar.
"Kamu nggak pakai masker yang?"
"Nggak."
"Kenapa? Tumben banget."
"Buat apa maskeran biar cantik tapi punya suami yang nggak jujur." Median asw!
"Yang, aku bukannya nggak mau jujur."
"Terus apa?"
"Ya aku begini karena ngertiin kamu lah." Yuki istrinya ini anti dengan Becca, Stefan cukup sadar diri untuk tidak mengatakan apa pun tentangnya. "Kamu masih ingatkan sama sumpahku?"
Sumpah tidak akan menaruh perasaan ke cewek lain, selingkuh, apalagi kawin lagi. Yuki siap sedia melakukan smackdown jika Stefan terbukti melakukan kesalahan tersebut. Aneh rasanya, akhir-akhir ini istrinya sering mudah emosi. Sudah begitu jika diteliti lebih jelas lagi tubuh Yuki kian membesar di beberapa bagian. Mungkinkah?
"Kamu nggak lagi hamil kan yang?"
"Hamil apanya?! Orang lagi emosi gara-gara kamu malah ngomongin hal lain."
Stefan menciut seketika, Yuki dalam mode marah sangat persis ibu tiri. Mungkin belum waktunya membahas ini, tapi Stefan benar-benar penasaran mengenai spekulasinya. Bisa saja istrinya saat ini positif hamil, tapi dia tidak sadar. Sudah pukul sepuluh malam, seharusnya mereka cepat tidur dan saling berbagi kehangatan. Duh Yuki, jahat banget sama suami. Lagian goblok sih, sudah tahu Becca begitu masih saja diladeni.
Poor you, Pak Polisi.
***
Akio kumat lagi, pagi-pagi datang ke rumah kakak ceweknya dengan perasaan dongkol. Kesal setengah mati, kok bisa Abang iparnya itu masih ngotot menjodohkan temannya yang hitam kayak habis maghrib? Padahal di sini ada Akio yang putihnya mengalahi bayclin. Cewek memang inginnya aneh-aneh, ia sendiri pun jengah menghadapinya.
"Gue nggak masak Ki, lo kalau mau sarapan di sini goreng telur mata sapi sana di dapur."
Pada kenapa sih orang-orang ini?
Akio melirik Stefan yang duduk di meja makan sembari menyendok mi kuahnya yang dicampur dengan nasi, tanpa lauk dan tanpa kerupuk. Sedangkan Yupiter dan Mars duduk di depannya menikmati sereal. Biasanya, kakak ceweknya selalu menyiapkan makanan yang enak. Tapi pagi ini, apa yang dilakukan Yuki membuatnya mengeryit. Wah gila, Ibunya tahu pasti diceramahi tujuh hari tujuh malam. Stefan ini suaminya loh, yang memberi nafkah lahir batin. Yuki tidak sepatutnya menelantarkannya seperti itu.
"Siapa juga yang mau sarapan di sini." Akio percaya diri menolak. "Nih, Mama nyuruh gue ngebawain ini buat lo."
"Apaan?"
"Nasi goreng seafood."
Tupperware berwarna biru laut yang dibawa Akio sejak tadi rupanya berisi makanan enak, Stefan mengelus dada lega akhirnya. Mi kuah saja tidak bisa membuatnya kenyang. Maka begitu Yuki meletakkan tupperware yang diberikan Akio di atas meja, Stefan buru-buru mengambil sendok dan langsung membuka tutup benda kesayangan para bunda itu lalu memakan nasi goreng seafood. Omong-omong, Akio tidak jadi marah sekarang. Marahnya nanti saja ketika dalam mode kumat, tahan Akio.
"Om Kiki, mau berangkat kerja?"
"Iya, kenapa Yupi?"
"Nggak apa-apa, cuma tanya doang."
Dibandingkan yang lain, Yuki sendiri yang paling tidak tertarik dengan pembicaraan Akio. Dia masuk ke kamar mandi yang letaknya di dapur, dan di situasi itu langsung dimanfaatkan Akio untuk mengintrogasi Stefan. "Eh Bang, gue kan sudah bilang nggak usah nyomblangin teman lo sama Becca?!"
"Ya terus?"
"Kok lo goblok sih? Ini gue lagi berjuang, lo jangan patahin semangat gue cok!"
"Ssttt!" Akio ini apa tidak melihat ada si kembar yang sedang memakan sereal di depan mereka? Stefan menahan kesal sekaligus niatan pengen ngemplang Akio. Untungnya, Yuki kembali lagi ke dapur dan membuat Stefan memasang wajah datarnya. "Habis ngapain yang ke kamar mandi?"
"Kepo."
Kok Akio merasa miris ya? Yuki kakak ceweknya duduk di kursi kemudian membuka tudung yang ada di meja, isinya bukan main. Berbeda dari Stefan yang tadi hanya memakan mi instan kuah, Yuki rupanya dengan enaknya memakan ayam rica-rica. Ya gusti istri macam apa itu?
"Weh kak, kok lo enak banget makannya?"
"Suka-suka guelah, orang gue yang beli."
Di rumah ini, Yuki yang paling berkuasa. Jadi cukup rakib atid saja yang menilai, lambemu jangan. Stefan dan Akio hanya bisa berbesar hati menerima, takut Yuki semakin gondok. Begitu pula dengan Yupiter dan Mars yang sejak tadi hanya menjadi penonton.
"Papa habis ini yang ngantarin aku sama kakak Yupi ke sekolahkan?"
"Nggak sayang, hari ini Mama yang bakal ngantarin kalian." Duh, Yuki benaran marah.
Stefan menghela napas berulang kali, kalau sudah begini harus ia terapkan strategi jitu nanti malam. Maklum saja, Yuki hanya bisa dibujuk dengan itu. Sabar, sabar.
To be continue...
03 Januari 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/199513359-288-k512315.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FanfictionSelama menikah dengan Dima Oktara Stefano, banyak hal yang bisa ia dapatkan dari laki-laki itu. Cinta, kasih sayang, dan juga dua anak kembar yang lucu. Yuki yang berusia kepala tiga akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesinya sebagai model...