Berita yang tengah ramai di media masa hari ini, adalah kasus Reynhard Sinaga yang melakukan pelecehan seksual kepada puluhan pria di Inggris. Stefan yang melihatnya di acara televisi sampai hampir terjungkal karena terlalu fokus pada berita tersebut. Aneh-aneh saja para manusia sekarang. Rudal Amerika Serikat memakan korban sepuluh orang, rudal Iran memakan korban delapan puluh orang, sedang rudal Indonesia memakan korban hampir seratus sembilan puluh orang. Astagfirullah dosa. Yuki yang baru keluar dari kamar si kembar hanya meliriknya melalui ekor mata, berusaha tidak peduli. Tapi melihat acara televisi yang ditonton suaminya, diam-diam Yuki juga ikut mencuri dengar.
"Percuma pendidikan tinggi tapi otaknya nggak dipakai, jadinya ya begitu."
"Dia homo?" Yuki kelepasan bertanya.
Sebenarnya ia mondar-mandir di ruang tengah hanya untuk mencari tisu. Stefan yang tahu itu segera menoleh pada Yuki. "Kamu belum tidur yang?"
"Belum."
Yupiter dan Mars sudah berada di kamar, mereka tadi sempat mengobrol lalu akhirnya jatuh tertidur. Selagi Yuki menemani kedua anaknya, Stefan pergi ke dapur dan memasak mi instan kuah. Yuki kini melirik mangkuk di meja depan televisi yang hanya menyisakan sendok dan sumpit, sepertinya enak memakan itu saat hujan begini, sialnya tindakannya langsung disadari Stefan.
"Kamu mau mi kuah juga?"
"Nggak."
Memang paling susah menghadapi wanita ngambek, auto harus pergi mengarungi seribu purnama baru bisa mengerti apa maunya. Stefan memijat dahinya pening, memutuskan beranjak setelah mematikan televisi. Membawa Yuki ke kamar akan jauh lebih baik dari pada seperti ini, harus. Ia lantas merangkul istrinya itu tanpa peduli penolakannya, mengajaknya berbaring berdua di ranjang. Yuki segera berbalik membelakangi Stefan, yang justru karena tindakannya itu malah membuat mereka semakin mesra. Stefan meletakkan dagunya di atas bahu, sedangkan tangannya dengan bebas memeluk perut rata istrinya itu.
"Kamu akhir-akhir ini makin beda loh."
Gombal terosssss!
"Aku punya feeling kamu hamil lagi yang." Tangannya tidak berhenti mengelus perut rata Yuki, bahkan Stefan sesekali sengaja menyentuh bagian payudara. "Nenennya juga makin besar gini."
Yuki mendengus, mencoba melepaskan tangan Stefan di tubuhnya. "Tidur, jangan pegang-pegang."
"Yang ku pegang ini kan istriku, bukan cewek lain. Jadi ya, suka-suka dong."
"Oh, jadi kamu ada niatan megang cewek lain?" Salah lagi. "Oke, kalau gitu tidur di lantai. Nggak usah dekat-dekat aku."
"Eh, bukan gitu yang."
Seluas-luasnya alas, lebih luasan alasanmu.
Jreng. Jreng.
"Benaran, aku ngerasa kamu hamil lagi. Yupi sama Mars bakal punya adik baru, dan aku bakal senang kalau asumsiku ini benar."
Analisis Stefan tentu saja bukan tanpa sebab, ia cukup tahu bagaimana Yuki ketika hamil atau tidak. Istrinya jauh lebih menyeramkan jika perasaan hatinya dalam kondisi sensitif, itu terjadi saat dia tengah mengandung si kembar dulu. Stefan tersenyum melihat Yuki mematung, lalu kembali memeluknya erat. Jika mengingat mereka yang dahulu, Stefan rasanya selalu ingin tertawa sejadi-jadinya. Karena waktu itu ia sangat sibuk dengan akademi dan juga pekerjaannya, Yuki nekat datang ke tempatnya bertugas sembari memakinya yang terlalu mengulur waktu. Katanya, dia tidak mau menjadi perawan tua. Jadi sebelum itu terjadi, atau sebelum Yuki mencari laki-laki lain, Stefan harus segera menikahinya secepat mungkin. Titik!
"Aku mau anak ketiga kita cewek." Yuki tersenyum disela tidurnya mendengar itu.
***
Berkat hujan yang turun hampir semalaman, Maudy tidak perlu repot-repot menyiram tanamannya di pekarangan. Suami dan anaknya Kaka sudah mulai beraktifitas di luar rumah seperti biasa, jadilah hanya tinggal Maudy sendiri duduk di teras sembari membaca koran. Sudah bosan menonton acara infotaiment di televisi yang apa-apa selalu membahas kehidupan para Artis, mulai dari isi rumah hingga isi ATM. Terus maunya apa? Maudy sampai jengah memilah mana tontonan sampah dan mana tontonan yang mendidik bagi Kaka. Masa ada begitu Ibu-ibu kecelakaan yang luka di kepala tapi yang diperban rambutnya. Apa iya otak manusia sudah bergeser ke rambut?
"Moooody!! I'm so happy!!"
Ini apa pula? Masih pagi berteriak macam tarzan. Yuki mulai setres kali, tiba-tiba muncul dari pagar rumah Maudy dan masuk begitu saja dengan wajah sumringah.
"Ada apa Ki?"
"Mo, lo tahu nggak gue kenapa?"
Maudy heran. "Nggak."
"Gue hamil." Di depan Stefan, Yuki gengsi. Jadi ketika suaminya itu pergi bertugas, ia buru-buru memastikan dengan alat tes pack. Yuki pertama mencoba dan hasilnya positif, namun ia masih merasa kurang. Jadilah ia mencoba hingga empat kali, hasilnya pun tetap sama. "Gue hamil Mo."
"Serius?"
"Gue serius."
Ini menjadi kabar baik, bukan untuk Yuki dan keluarganya, Maudy sebagai tetangga sekaligus teman dekat pun ikut bahagia.
Tapi...
"Bu Yuki hamil?"
"Wah, benaran? Anak siapa?" Tolol.
Kocheng oren gembrottttt! Tidak sekalipun Yuki bisa tenang jika ada Ibu-ibu satu itu. Tidak masalah, Yuki selow wae. Ia melirik Maudy untuk diam, urusan ini menjadi urusannya. "Anak Stefan dong, suamiku. Memangnya kenapa?"
"Benar nih anak Pak Stefan? Dengar-dengar katanya kalian mau cerai."
Bajingan! Gosip lagi.
"Heh! Kalau punya mulut tuh dijaga!" Pada akhirnya, Maudy tetap kelepasan berbicara.
"Loh, kok Bu Maudy jadi nyolot?! Bu Yuki saja biasa-biasa saja, situ ngajakin berantem?!"
Tahu deh, jika ada Ibu-ibu berantem maka yang lainnya lebih baik minggir. Maudy bersiap menggampar Rere beserta teman selambe turahnya, tapi Yuki dengan cepat menghalangi. "Sudah pada tua oiii! Jangan berantem, nggak ada yang malu apa?!"
"Biarin saja Ki! Apa-apaan punya mulut digunain nggak benar. Mau gue sobek?!"
"Eh, ukhti! Kerudungmu nggak guna kalau tindakanmu kayak gini!"
"Bodo amat, bacot!"
Yuki tahu seperti apa Maudy. Dia memiliki pembawaan yang kalem, namun sewaktu-waktu bisa menjadi kucing betina yang buas jika dipancing seperti barusan. Bahkan Stefan pernah terkejut mengetahui betapa garangnya Maudy ketika memarahi Kaka, Medusa kalah. Waduh, ada Pak RT lewat. Yuki buru-buru menarik Maudy masuk ke dalam rumah, sedangkan dua Ibu-ibu tadi yang tadinya nongkrong di pagar mau tidak mau segera pergi. Bahaya jika Pak RT tahu, orang-orang sekompleks pasti heboh. Tidak tahu saja Ibu-ibu itu berhadapan dengan siapa, Maudy si mantan atlet Taekwondo.
"Parah lo Mo, nggak ada gunanya tahu nggak lo ngeladeni mereka."
"Sebel banget gue, sekali saja nggak ada senang-senangnya lihat tetangga bahagia."
"Ya maklumin saja, namanya orang kan banyak macamnya. Kalau satu macam, namanya elo Mo." Aneh deh.
"Kok gue?"
"Ya iya elo, ukhti tapi main gampar orang seenak jidat. Gokil abis."
"Gokil ndasmu." Maudy sekarang jadi teringat kehamilan Yuki. "Eh Ki, omong-omong suami lo sudah tahu lo isi?"
"Belum sih, tapi dia dari kemarin sudah nerka-nerka gue hamil."
"Wih keren. Selain jadi polisi, suami lo ternyata berbakat juga jadi dukun."
Betul.
To be continue...
12 Januari 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
Fiksi PenggemarSelama menikah dengan Dima Oktara Stefano, banyak hal yang bisa ia dapatkan dari laki-laki itu. Cinta, kasih sayang, dan juga dua anak kembar yang lucu. Yuki yang berusia kepala tiga akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesinya sebagai model...