Berhubung ini minggu, Stefan berinisiatif mengajak Yuki dan si kembar piknik. Tidak jauh-jauh dari sekitaran kompleks, tepatnya di danau buatan yang dipenuhi pohon dengan dedaunan rimbun di sekelilingnya. Yuki antusias sekali sejak tadi, katanya sekalian mau pamer ke para tetangga yang suka sekali julid. Enak saja menyebar gosip tentangnya dan Stefan yang akan bercerai. Mulut itu Ibu-ibu mau ditampar linggis? Yuki tersenyum simpul setelah mengeluarkan berbagai makanan dari keranjang, kemudian duduk sembari menselonjorkan kakinya di tikar plastik yang menutupi rerumputan.
"Yupi, Mars. Jangan terlalu ke tepi kalau main." Bahaya jika sampai mereka tercebur.
Berbeda dari istrinya yang duduk santai, Stefan terlihat berdiri di dekat pohon dengan memegang roti isi, mulutnya terus mengunyah tetapi pandangannya terus terarah ke Yupiter dan Mars. Ia merasa semakin tua jika mengingat pertumbuhan kedua anak kembarnya yang begitu pesat, rasanya seperti baru kemarin. Kini, giliran Yuki yang menjadi fokus pandangannya. Meski waktu terus bergulir, dia tetap tidak menua termakan usia. Istrinya dari dulu memang cantik, tapi sifatnya kadang membuat Stefan memijat dahi. Semalam mereka akan melakukan ehem, lalu Yuki tiba-tiba meminta berhenti. Dia berkomentar tidak menyukai celana dalam berwarna hitam, jadi Stefan harus menggantinya dengan warna yang lebih cerah, contohnya seperti warna merah. Kan asw!
"Ngapain yang lihat-lihat?"
Memang deh, Yuki jagonya peka.
Stefan terkekeh ringan sambil lalu mendekati istrinya. "Aku mau minum."
"Minum?"
"Ho'oh."
"Mau minum apa? Aku bawa tiga nih. Ada air putih, jus jambu, sama susuku." Lah anjirrr.
"Susumu deh."
"Ya sudah, sini." Astagfirullah human.
Stefan tertawa cukup keras menyadari tingkah Yuki yang tidak ada berubahnya, blak-blakan dan sering mengatakan lelucon dewasa. Dipandanginya beberapa makanan dan minuman yang tertata di atas tikar plastik, Stefan memutuskan mengambil air mineral kemasan lalu meminumnya.
"Besok senin aku mau ke Dokter kandungan."
"Aku antarin."
"Nggak perlu yang, kan kamu kerja. Besok aku pergi sendiri saja atau enggak ya bisa minta temani Mama."
Yuki itu terbiasa ke mana-mana sendiri, Stefan kadang sampai merasa heran.
"Sekali-kali deh ku antar."
"Nggak yang." Ya sudah, Stefan menurut saja.
"Ma! Aku ketemu kodok nih!" Mendengar itu, atensi keduanya langsung teralih pada Mars yang berlari dengan membawa kodok, sedangkan Yupiter ada di belakangnya mengikuti. "Warnanya kuning, keren deh."
"Kuning? Kayak tai dong." Apa kata Median, sifat negatif Yuki telah menular ke Stefan.
"Nih Ma, Mars dapat satu."
"Tadi aku juga mau dapat, tapi kodoknya lompat tinggi banget, terus terbang."
Yakin nih pasti, itu bukan kodok. Yupiter kurang senang dengan nasibnya yang hanya bisa melihat binatang kecil yang dipegang Mars. Namanya juga anak kecil, Stefan dan Yuki hanya bisa saling beradu pandang.
"Mars, kodoknya kasih pegang kakak Yupi."
"Sebentar, mau ku tunjukin ke Mama dulu."
"Papa nggak dikasih tunjuk?"
"Nggak."
Keluarga kecilnya, tidak ada yang lebih membahagiakan selain bisa bersama seperti ini. Stefan memperhatikan interaksi si kembar dengan Yuki yang mengobrol tentang kodok kuning yang ia sebut mirip tai, sesekali ketiganya tertawa. Mars memiliki senyum jenaka karena giginya ompong, tampak lucu. Sedangkan Yupiter lebih dewasa karena dia sulung. Mereka kembar identik, tetapi berbeda dari segi sifat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
Fiksi PenggemarSelama menikah dengan Dima Oktara Stefano, banyak hal yang bisa ia dapatkan dari laki-laki itu. Cinta, kasih sayang, dan juga dua anak kembar yang lucu. Yuki yang berusia kepala tiga akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesinya sebagai model...