Pada kelahiran anak ketiganya ini, Stefan merasa lebih kerepotan dua kali lipat karena Yuki semasa hamil sering meminta hal aneh-aneh. Ada gitu? Tengah malam memintanya menghitung biji salak yang dikupasnya dari siang hingga sore. Yuki memang banyak akal, banyak juga maunya. Untungnya moment merepotkan itu bisa Stefan lalui tanpa hambatan. Yuki melahirkan secara caesar, anak cowok lagi dan bukannya putri kecil yang cantik. Tidak masalah deh, yang penting Yuki dan anak mereka selamat. Stefan tidak berhenti tersenyum ketika memperhatikan Yuki duduk di kursi sembari menggendong Jagatiar, nama si bungsu.
"Yang, kalau ngepel yang benar. Itu tuh di bawa kursi jangan dilewatin." Makin bawel.
Ibunya belasan menit lalu baru pulang, gantian menjaga Yuki yang masih dalam proses pemulihan. Maka dari itu, sementara ini tugas rumah Stefan yang memegang kendali penuh. Kasihan banget, pulang nugas bukannya bersantai malah mengurus rumah. Ibu Yuki katanya akan tiba pukul tujuh nanti, dan sekarang masih pukul lima. Stefan menurut, tapi tidak sengaja kain pelnya malah mengenai kaki Mars. Asw kena mulu!
"Makanya, kan Papa sudah bilang kamu jangan main di situ."
"Yang, jangan ngomel-ngomel." Terosss!
Stefan menghela napas, kemudian langsung meminta maaf pada Mars yang merengek di lantai. Yupiter ada di sana pula, tapi anak itu masa bodoh dan sibuk pada mainannya. Stefan baru akan berdiri, lanjut mengepel lagi. Tahu-tahu bel rumahnya berbunyi dan Yuki segera menyuruhnya untuk bergegas ke depan membuka pintu yang kemungkinan besar adalah teman-teman Yuki, dari pagi mereka sudah gembar-gembor mengatakan bertandang ke rumah. Selagi melangkah ke sana, Stefan mengamati penampilannya sendiri. Kaos penuh keringat, celana pendek yang setengah basah dan juga rambut acak-acakan. Mirip banget kayak pembokat.
Siapa pun orang yang mengetuk pintu di luar, please jangan hujat Stefan.
"Iyaaa, tunggu bentar!" Tidak sabaran sekali. Stefan lantas mempercepat langkah dan buru-buru membuka pintu. "Sia..."
"Surprise!" Anjenggg kaget!
Manusia dari ras apa mereka sebenarnya yang tiba-tiba muncul dengan tingkah seperti itu, Stefan sudah lumayan lama tidak berjumpa. Ada Nastiti, Adek, Yasa, dan juga Pak Yoga. Ehh, Pak Yoga? Yang benar sih?
Stefan mau serangan jantung.
"Woii, setan! Apa kabar lo?!"
Namanya Stefan, bukan setan. Bodo amat sama si Yasa. "Pak Yoga, bapak kok bisa ada di sini? Ke sininya sama siapa?"
"Elo tuh Stef, bukannya nyuruh kita masuk eh malah dibiarin saja kayak gini."
Dulu, panggilan Adek untuknya masih bagus. Tapi sekarang cocoknya dipanggil Mamang. Adek yang sekarang brewokan cuyy, mirip bapak-bapak punya anak lima. Hadehh.
"Ayo, ayo. Masuk saja, silahkan."
Sebenarnya, Stefan penasaran bagaimana bisa Pak Yoga ikut-ikutan komplotan Yuki. Nanti, mereka harus bicara berdua.
"Yuki, apa kabar? Mana nih, pengen lihat Dedek barunya." Berkat teknologi yang kian maju, mudah sekali bagi manusia masa kini untuk bisa saling bertukar informasi.
"Anak gue cowok lagi Ti, ganteng banget mirip suami lo." Malah suami orang lain.
Stefan kembali menghela napas, diam-diam mencuri pandang pada Pak Yoga yang keberadaannya belum diketahui Yuki. "Pak Yoga, bapak ke sini sama siapa?"
"Sama Yasa, dia yang ngejemput bapak di stasiun tadi siang." Dari SMA, bapak Gurunya tidak banyak berubah. "Gimana kerjaanmu? Nggak ada masalah?"
"Aman Pak, tapi jalanan di Indonesia masih tetap macet dan ngerepotin."
Sebagai anggota Satlantas, Stefan dituntut untuk bisa menyesuaikan diri. Ditugaskan terjun ke jalan, ya terjun. Ditugaskan terjun ke tebing, ya jangan. "Nggak masalah, yang namanya pekerjaan tuh harus kamu lakuin dengan sungguh-sungguh. Dibarengi juga dengan niat nyari nafkah untuk anak istri."
Wejangannya sudah beda.
Sekarang Pak Yoga lebih banyak memberi nasihat tentang rumah tangganya.
"Anak bayimu sudah dikasih nama?"
Sementara Yuki sibuk mengobrol dengan teman-temannya, Stefan memilih mengajak Pak Yoga duduk di sofa panjang. "Sudah Pak, namanya Jagatiar."
Kalau sudah dengan Pak Yoga, Stefan akan lupa segalanya. Yuki tidak tahu mengenai itu, teman-temannya yang datang terlalu berisik dan heboh. Yupiter dan Mars sampai melongo setiap kali mendengar suara melengking Titi dan juga tawa Yasa. Tidak datang dengan tangan kosong, ketiganya membawa kado berbungkus hijau berukuran besar yang didapat dari hasil patungan.
"Lucu banget sumpah anak lo Ki."
"Mirip siapa hayooo?"
"Lo bilang mirip suaminya Titi."
"Haha, enggaklah goblok!" Garis wajah dan matanya, siapa lagi. "Jagatiar mirip Stefan."
"Tiga anak lo mirip Stefan, lah elo kebagian apanya Ki?" Adek mulai mengompori.
"Banyak lah, nggak mungkin gue omongin. Ada anak gue tuh." Mars dipangku Yasa, sedangkan Yupiter tetap duduk sendiri di karpet. "Mumpung sudah di sini, makan ayo sekalian. Pasti nih pada lapar."
"Gitu dong peka."
Terhitung hampir setahun belakangan mereka sudah jarang bertemu, seringnya hanya bertukar kabar lewat media sosial. Yuki mengelus rambut Jagatiar yang anteng dipelukannya sekali pun suasana sedang berisik. Ke mana pula Stefan? Jika jahitannya pulih total, ia sendiri yang akan melakukan pekerjaan rumah. Yuki sebenarnya kasihan pada Stefan, tapi mau bagaimana lagi.
"Papa!! Makanannya sudah disiapin kan?!"
Tidak enak memanggil 'Yang' di depan semua orang, Yuki juga heran kenapa ia bisa malu.
"Iya, sudah." Suara Stefan menggema dari ruang tamu, kemudian disusul dengan kemunculannya bersama Pak Yoga. Waduh.
Bapak tua beruban itu kelihatan menggeleng tidak habis pikir, mungkin maksudnya mau mencibir Yuki. Namanya cewek, harus lemah lembut. Bukan teriak-teriak macam kera.
"Ehe..." Yuki meringis tidak tahan.
Oke, waktunya sungkem pada Pak Yoga.
The End.
Chapter 18 sudah ku publish lagi, jadi yang semalam belum sempat baca bisa langsung lihat work aku. Jangan jadi silent readers, vote dan komentarnya ditunggu.
23 Januari 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
Fiksi PenggemarSelama menikah dengan Dima Oktara Stefano, banyak hal yang bisa ia dapatkan dari laki-laki itu. Cinta, kasih sayang, dan juga dua anak kembar yang lucu. Yuki yang berusia kepala tiga akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesinya sebagai model...