Chapter 9

1K 222 51
                                    

Tidak ada gunanya dari sepulang kerja beristirahat untuk menyingkirkan penat, Akio masih merasa kepalanya sangat berat seperti tertimpa sesuatu. Tahu begini tadi ia ikut berendam saja ke pemandian air panas bersama teman kantornya, lumayan dapat menyegarkan tubuh sekalian cari hiburan.

"Mama heran Dek, ngapain kamu tidur pakai helm? Pakai sepatu pula."

Lah jancok! Akio lupa.

Namanya juga setengah beras setengah ketan, setengah waras setengah edan.

"Aduh, pantesan kepala aku sakit banget Ma. Leher jadi kram gini." Akio mengomel sembari melepas helmnya, menaruh benda itu di bawah ranjang. "Jam berapa sekarang?"

"Sudah mau jam enam, buruan bangun gih terus mandi. Di bawah ada Abangmu Zi Yue."

Wei Zi Yue? Tumben-tumbenan kakak sepupunya datang. Dia sudah lumayan lama tidak berkunjung ke rumah karena menetap di Bangkok bersama anak dan istrinya. Bapak-bapak hampir kepala empat, segala urusan duniawi membuatnya lupa jalan pulang. Sebenarnya dibandingkan dengan Yuki, Akio justru malah lebih akrab dengan Zi Yue sewaktu cowok itu masih bujang. Seriuslah, hanya Zi Yue saja yang selalu membantunya di segala keadaan. Masih ingat dong doi! Sewaktu Akio masih menjadi anak STM, Zi Yue lah yang menjemputnya di kantor Satpol PP karena terciduk mabar di warkop bersama teman-temannya yang keseluruhan memakai seragam. Lah Yuki bodo amat, alasan sedang ada jam kuliah.

"Dibilang suruh mandi, malah bengong."

Haduh, cerewet sekali macam manuk!

Akio akhirnya malas-malasan beranjak dari ranjang ketika Ibunya kembali menutup pintu kamar, ya sudah kesempatan. Main ponsel sebentar deh, siapa tahu ada pesan dari gebetan. Dia kembali lagi ke atas ranjang dan duduk di pinggirannya, eh tahu-tahu muncul panggilan masuk dari yayang Bebs.

"Halo, Bec. Ada apa?"

"Mas Kiki lagi sibuk nggak sekarang? Jemput aku dong di rumah temanku?"

Demi gebetan, Akio jabanin. "Sekarang nih?"

"Iya Mas."

"Kirim alamatnya ya kalau gitu?"

"Oke."

Definisi goblok ya Akio ini, mau-mau saja dimanfaatkan meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Kalau kata Sudjiwotedjo. Jika dengan jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, maka dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu. Makjlep! Sejak awal sudah tertarik, kurang lebih hampir setahun belakangan mengenal Becca membuat Akio tidak gentar berjuang. Menyesal dong dia dulu pernah mengajak cewek itu main ke rumah kakaknya, nasib sedang kurang mujur lantaran Becca justru menyukai Stefan yang merupakan Abang ipar. Bad attitude control of tongue, bacot!

Ah, sebodoh deh.

Akio malas mandi dan hanya mencuci muka, kemudian langsung berganti pakaian. Ia sempat berkaca sebentar sambil lalu berlalu keluar kamar, meskipun tanpa skincare pun dia sudah ganteng. Akio selow wae melangkah menuju ruang tengah, langsung bertegur sapa dengan Zi Yue yang tadi ngobrol santai dengan Ibunya. Di dekatnya tampak berserakan beberapa bungkus souvenir sekaligus tas besar yang kemungkinan berisi pakaian cowok itu.

"Mau ke mana Dek?"

"Itu Ma, aku mau ada urusan sebentar."

"Urusan apa? Ini nih sekalian antarin Abang Zi Yue ke rumah kakakmu Yuki."

Lah? Terus Becca?

"Waduh, nanti saja deh. Nggak apa-apa kan Bang Zi?" Matanya bergulir pada Zi Yue yang baru saja melahap camilan.

"Sekarang nggak bisa?"

Nggak bisa banget!

"Pumpung Abangmu di sini, turutinlah."

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang