Chapter 12

975 214 48
                                    

liked by kancutterminator and 5680 others

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

liked by kancutterminator and 5680 others

modelanmumirippeju shining shimmering splendid 😎

Bosan deh yang muncul di beranda foto Akio mulu, tapi kali ini doi tidak sendirian. Stefan mengeryitkan dahi heran melihat postingan terbaru iparnya bersama Becca. Tumben? Gegayaan foto berdua, padahal aslinya cintanya terbelah dua. Sad boy. Selesai dari bertugas, Stefan tidak langsung pulang ke rumah. Ada janji dengan Median sejak jam empat, tapi hingga setengah lima temannya itu tidak juga datang. Ya sudah dari pada gabut, main Instagram sekalian stalking postingan orang-orang. Ketemu dong dia sama postingan Akio. Sejujurnya jika dilihat dari segi manapun, mereka berdua sangat cocok. Akio tipikal laki-laki matang yang bisa mengayomi, sekali pun senewennya terkadang bikin dongkol setengah mati.

"Pak Polisi." Ini apa sih ganggu banget? Stefan yang lagi asyik stalking terpaksa mendongak ingin tahu. "Mohon maaf Pak mengganggu, boleh minta waktunya sebentar?"

Memang dasar turunan Chittapon!

"Lo mau gue bedil Med? Ngaret banget." Satu jam itu sebenarnya bisa Stefan manfaatkan untuk mandi, makan, bahkan kelon sama Yuki. Tahu begini, lebih baik ia membiarkan Median kebingungan sendiri mencari alamat rumahnya. "Ke mana saja lo?"

"Nyokap gue minta diantarin ke Swalayan bentar." Alasan. "Ya sudah yuk, cabut."

"Beliin gue es kopi dulu, baru kita cabut."

Serius? Stefan seperti tengah mengajak baku hantam. Jelas-jelas di mejanya telah tersaji bootleg brulee yang tinggal setengah gelas. "Lah lo kan sudah beli sendiri?"

"Gue maunya lo teraktir Med." Khintil! "Sudahlah cuma es kopi doang juga."

Ini teman? Atau rentenir? Ngeselin deh.

Konsekuensi karena sudah membuat bapak polisi menunggu cukup lama, Median dengan ogah-ogahan mengikuti Stefan berjalan menuju Mbak-mbak kasir. Jika dipikir-pikir, seharusnya mereka bertemu di warkop saja. Lebih murah meriah dan gratis wifi, bukan malah nongkrong di cafe sekelas Starbucks begini. Asw! Namanya juga Stefan, suka gila kadang-kadang. Terpaksa, selembar uang kertas berwarna merah harus ia relakan ke lain tangan. Median menghela napas, sedangkan Stefan tetap memasang wajah tenangnya. Sejak dia masuk ke sini, orang-orang banyak yang sibuk mencuri pandang. Pak polisi ganteng sore-sore nongkrong di Starbucks, lumayan jadi objek cuci mata.

"Yang ikhlas Med, jangan cemberut."

"Ikhlas gue, lahir batin."

Begitu kan enak, Mbak-mbak kasir sampai tertawa kecil melihat interaksi keduanya. Stefan sih tetap kalem menunggu pesanan di counter, tidak sadar justru tingkahnya itu membuat beberapa cewek terpesona. Biasalah, orang ganteng diperlakukan seperti ini. Lah Median, upik abu berdebu tidak ada enak-enaknya dipandang. Jahat! Beberapa menit setelahnya nama Stefan baru disebut, Median lagi-lagi harus bertindak mengambil minuman. Seusai itu, mereka berdua melangkah keluar menuju parkir area. Eitss, inilah awal dari kejadian menjengkelkan hari ini. Stefan menghela napas, berpaling pada motornya sebelum cewek muda yang baru-baru ini seringkali merusak harinya menyadari. Becca, ada di sini dan baru turun dari motor besar warna hitam milik Akio.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang