Chapter 10

1.1K 228 30
                                    

Salah satu hal paling menjengkelkan di muka bumi adalah berada di situasi ini. Asw!

"Upin & Ipin gak gede-gede. Kak Ros sudah gede, gak kawin-kawin. Opah sudah tua, gak mati-mati." (Parody lagu Upin & Ipin)

Ini anak dua siapa sih yang ngajarin liriknya jadi berubah begitu? Akio keki sendiri mendengarkan sedangkan yang lainnya tampak tidak terlalu peduli. Yuki kelihatan kalem menyiapkan lauk untuk suaminya, sesekali dia juga mengobrol dengan Zi Yue. Lah Becca mendadak jadi kambing congek di sini, terabaikan. Menyadari itu Akio meringis sesaat, tidak banyak berkomentar. Biarlah, toh mereka sekarang sedang makan malam bersama. Yuki tadi sempat menggeplaknya lantaran telah membawa Becca ke sini, salah Akio sih gobloknya tidak ukuran. Jelas-jelas Yuki sensitif pada Otan, seriuslah. Bagi kakak ceweknya satu itu, Akio hanya seonggok upil yang seringkali mengotori hidupnya.

"Kok elo ke sini sendirian aja Bang? Nggak ngajak istri sama anak-anak lo?"

Zi Yue meletakkan gelasnya yang kosong lalu menatap Stefan. "Gue ke sini ada bisnis, bukan buat liburan. Nanti lah kalau pas hari besar gue ajak ke sini semua."

"Terus elo ke sini bawa oleh-oleh nggak?" Ini sih pasti Yuki, Zi Yue langsung tersenyum.

"Ada, tapi buat si kembar bukan buat lo."

"Kalau gitu si Kiki nggak usah dikasih oleh-oleh juga Kak, biarin aja jones."

Lah cok?!

"Apa hubungannya oleh-oleh sama jones?" Akio meskipun jomblo tapi doi tidak ngenes dong, setiap hari ketawa-ketiwi menikmati hidup. "Ngawur lo."

Pada dasarnya keluarga mereka bukan tipe orang yang mudah kehabisan pembahasan jika sedang berkumpul seperti ini, terlebih Yuki dan Zi Yue. "Ya kalau nggak mau jones, gebet dong yang di sebelahnya."

Jancok deh.

"Siapa?" Tidak ada yang menunjuk, tapi Becca tahu-tahu membuka suara. "Mas Kiki sama aku tuh sudah kayak kakak adek banget, jadi nggak bisa lah kalau lebih. Kak Stefan juga pasti sependapat sama aku kan?"

So sad, Akio. Kenapa nyambungnya jadi ke Stefan? Panas dingin dong istri seksi di sampingnya gemas ingin menampol.

"Yupiter, Mars. Makannya sudah selesai, sayang?" Savage. Upaya Yuki mengalihkan perhatian Stefan berhasil, uhuyy.

"Sudah Ma."

"Kalau begitu habis ini langsung ke kamar, belajar." Antisipasi jika si kembar mendengar hal-hal yang tidak diinginkan.

"Belajar yang rajin." Stefan menimpali ucapan istri cantiknya seraya mengelus rambut si kembar secara bergantian.

"Siap."

Zi Yue sebenarnya sempat terenyuh melihat keponakan laki-lakinya yang penurut, sejak ia datang pun Mars dan Yupiter langsung mencium tangannya dengan santun. Untung menurun dari Stefan, jika kedua anak itu seperti Yuki sudah pasti dunia akan kiamat.

"Kalau gue lihat, kalian sebenarnya cocok kok." Stefan dan Yuki si Ibu muda seksi santai wae mendengarkan ucapan Zi Yue. "Dicoba saja dulu, siapa tahu jodoh."

"Wah, Afgan."

"Apaan?"

"Jodoh pasti bertemu." Gila kali.

Zi Yue kurang mengerti dengan tingkah laku anak jaman sekarang, sedangkan Stefan dan Yuki hanya bisa menahan tawa. "Jadian gih."

"Nggak bisa Om. Mas Kiki bilang ke aku kalau ada cewek yang dia suka, aku pun juga lagi suka sama cowok lain. Jadi untuk sekarang, nggak mungkin banget kita pacaran."

Ya gusti, Yuki jadi dongkol setengah mati.

***

Baru pukul sembilan Yuki bisa dengan leluasa rebahan di ranjang sembari memainkan ponsel milik Stefan setelah kepergian tiga orang tadi. Yang dua dia welcome, tapi yang satunya malas banget lihat. Etika bertamu bagaimana sih? Harusnya bersikap riang dan banyak senyum. Si Otan sama sekali tidak melihatnya, pura-pura masa bodoh pada Nyonya besar. Lah ini apa pula? Yuki berjengit tiba-tiba melihat foto Becca. Fakyu, tidak bisa dibiarkan! Ia kemudian melihat Stefan yang baru menutup pintu sambil membawa dua gelas susu cokelat.

"Ini apaan, yang?"

Kelihatannya akan terjadi perang, Yuki sudah berpikir yang tidak-tidak. Namun reaksi Stefan sungguh biasa saja ketika Yuki menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan wajah Becca. "Oh itu."

"Itu apa?!"

"Median minta dicariin cewek, terus aku kepikiran saja buat ngenalin Becca. Karena aku nggak punya fotonya, ya sudah deh aku diam-diam foto Becca tadi."

Pertanyaannya, kok Stefan gabut amat?

Yuki masih menatapnya jengkel setelah meletakkan ponsel milik Stefan di atas nakas, sengaja sedikit membantingnya. "Pokoknya aku nggak mau kamu ngelakuin hal yang berhubungan sama Otan, Median comblangin saja sama Simpanse."

"Nih nih, minum susu dulu biar susumu makin isi banyak." Yuki akhirnya menurut saja meminum susu yang diberikan Stefan. "Ingat baik-baik ucapanku, sumpah mati aku hanya mau ngucapin janji suci pernikahan satu kali. Dan itu sama kamu."

Maunya sih begitu, Yuki mengamini. "Kamu kalau beneran ngelanggar, jangan harap bisa ngelihat aku dan anak-anak."

Bagaimana Stefan tidak makin mencintainya jika begini? Yuki yang ngambek terlihat menggemaskan minta dipeluk. Jadi terpikir obrolan di tadi, eh. "Jadi dipijat nggak, yang?"

"Kamu saja yang aku pijat."

"Nggak mau, maunya kamu yang aku pijat."

Bapak polisi Stefan tidak ingat usia? Jika yang menunjukkan ekspresi barusan Yupiter atau pun Mars, semua orang pasti akan mangatakan imut. Lah ini? Aduh, Yuki mau mual. "Yang, mukamu pengen aku tampar deh. Lepas dulu bajumu gih."

Kaos biru dongkernya dengan cepat langsung teronggok di sisi ranjang, Stefan melemparnya kemudian membantu Yuki membuka resliting dressnya. Jika diteliti lebih jauh, payudara istrinya bertambah semakin besar semenjak mereka menikah. Terutama ketika mengandung si kembar, dua bulatan itu rasanya terlalu penuh di telapak Stefan. Tapi doi suka banget.

"Mau dipijat depan atau belakang?"

"Belakang dong, kalau depan apanya yang bisa dipijat? Bego' nih nggak sekolah."

"Susumu kan bisa yang."

Menaik turunkan kedua alis disertai tersenyum nakal, Stefan senewennya sudah keterlaluan. Yuki acuh saja dan memilih tengkurap. "Sini pijat punggung aku."

"Bramu aku lepas sekalian, biar gampang."

Apa pun untuk Stefan, Yuki pasrah saja ketika suaminya itu melepas kaitan branya. Namun sebelum punggungnya terolesi minyak, Yupiter tiba-tiba membuka pintu dan langsung masuk kamar sembari membawa mainan gajah yang dibawakan Zi Yue. Otomatis keduanya gelagapan, asw! Yuki segera menutup tubuhnya dengan selimut, diam-diam kembali mengaitkan branya. Sedangkan Stefan bersikap datar tanpa berniat mengenakan kaosnya lagi.

"Yupi ngapain?"

"Nggak bisa tidur, Yupi mau punggungnya digosokin Papa." Boleh tertawa?

Stefan sebenarnya ingin mengumpat, melihat Yuki menahan tawa membuatnya sebal sendiri. "Sini, biar Mama yang gosokin."

"Nggak mau, Yupi mau Papa yang gosokin."

Tahu begini, tadi Stefan mengunci pintu biar tidak ada yang bisa sembarangan masuk ke kamar mereka. "Udahlah yang, anggap aja gosok-gosok berhadiah."

Berhadiah udelnya!?















To be continue...

Vote dan koment please.

08 Oktober 2019

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang