Adelio merupakan cowok yang selalu menyimpan lukanya sendirian. Ia tidak pernah bercerita tentang luka yang ada di dalam hatinya pada siapapun.
Kehidupannya begitu hitam, tidak ada yang menyenangkan, tidak ada yang memberi warna pada kehidupannya, i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
👑
Lio mengejapkan matanya beberapa kali, ia melihat sekelilingnya, ia baru ingat kalau ia ketiduran di kamar Adelia saat Adelia akan mengobati lukanya.
Lio tersentak saat melihat Adelia tertidur di lantai. Lio menghembuskan napas kasar, ia mencoba perlahan untuk berdiri lalu mengangkat tubuh Adelia untuk membaringkannya ke kasur.
Lio melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi, sepertinya ia harus pergi sekarang.
Saat Lio akan melangkah pergi pergelangan tangannya malah dipegang oleh Adelia. Lio tersentak saat Adelia menariknya sampai ia terjatuh ke kasur. Lio menahan napasnya saat sadar posisinya sangat dekat dengan wajah Adelia.
Lio kembali dibuat terkejut saat Adelia memeluknya seperti guling. Adelia menempelkan wajahnya ke dada bidang Lio. "Hmm... Gulingnya wangi," gumam Adelia.
Lio sadar Adelia masih tertidur, sepertinya tadi Adelia mengigau. Masalahnya bagaimana sekarang? Ia tidak bisa terus seperti ini dengan Adelia.
Sepertinya Lio masih mengantuk, saat memikirkan cara untuk melepaskan diri dari Adelia ia malah tertidur begitu saja.
"Akhhhh!!" teriak Adelia ketika menyadari kalau ia tidur sambil memeluk Lio.
Lio terbangun mendengar teriakan Adelia itu, ia mengucek matanya. "Ada apa sih?" tanya Lio.
Adelia segera berdiri dari kasurnya, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kenapa gue bisa tidur sambil meluk lo? Apa yang terjadi? Gue nggak ngapa-ngapain lo kan?" tanya Adelia panik.
Lio ikut berdiri lalu mengacak rambut Adelia pelan. "Nggak ada yang terjadi. Lo cuma meluk gue, udah itu aja. Gue mau pergi, makasih udah ngizinin gue nginep di rumah lo," pamit Lio.
"Nggak boleh! Lo harus sarapan dulu, baru gue izinin lo buat pergi. Sekalian nanti gue anterin ke rumah lo sambil gue berangkat sekolah," ujar Adelia.
Saat ia akan membalas ucapan Adelia, Adelia lebih dulu menarik tangannya untuk keluar menuju meja makan. "Gue nggak laper, dan gue bisa pulang sendiri," ujar Lio.
"Adelia, siapa itu Nak?" tanya Desti Mamanya.
"Ini temen aku Ma, maaf tadi malem nggak bilang soalnya Mama Papa udah tidur. Adelia bawa dia kesini gara-gara dia dibegal tadi malem," jelas Adelia.
"Yaa Allah, kamu nggak papa Nak?" tanya Desti pada Lio. Ia menyuruh Adelia dan Lio untuk duduk.
"Saya nggak papa Tante," balas Lio.
Desti melirik luka lebam di wajah Lio. "Nggak papa gimana, itu muka kamu babak belur. Udah kamu istirahat dulu aja di sini ya," tawar Desti.
"Ma, aku mau mandi dulu deh, terus siap-siap pergi sekolah," sahut Adelia. Adelia segara ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Desti duduk di samping Lio. "Kamu bener-bener nggak papa? Mau Tante bawa ke rumah sakit nggak?" tanyanya dengan wajah khawatir.
Lio tersenyum tipis, baru kali ini ada yang begitu perhatian padanya. "Saya nggak papa Tante, Tante nggak perlu khawatirin saya," balas Lio.
Desti menghembuskan napas kasar. "Ya sudah, kamu sarapan dulu ya," Desti menyodorkan nasi goreng pada Lio, Lio menerima lalu memakannya dengan lahap.
Adelia sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Ia tersenyum saat melihat Lio sedang mengobrol dengan Mamanya.
Adelia duduk di samping Lio. "Papa mana Ma?" tanya Adelia.
"Masih tidur kayanya, biar Mama bangunin buat nganterin kamu sama Lio," Desti beranjak pergi untuk membangunkan Bram.
Adelia sarapan dengan lahap, bahkan ia sampai tidak sadar kalau Lio sedang memperhatikannya.
Dengan refleks Lio menyelipkan anak rambut Adelia ketika anak rambut itu mengganggu Adelia saat Adelia makan.
Adelia melirik Lio. "Makasih," ucapnya sambil tersenyum. Ia kembali melanjutkan makannya.
Lio berniat menaruh bekas piring makannya di wastafel, saat ia mengarah ke wastafel, piring yang sedang ia pegang tanpa sengaja jatuh dari tangannya.
Ia menatap tangannya yang tampak gemetar, tangannya tiba-tiba terasa sakit. Sepertinya luka tadi malam belum sembuh.
Adelia segera berdiri mendekati Lio. "Lio lo nggak papa?" tanyanya dengan panik.
Lio terkejut saat menyadari kalau Adelia menginjak pecahan piring itu. "Lo gila!" Lio segera menggendong Adelia ala bridal style.
Adelia bingung kenapa tiba-tiba Lio menggendongnya, apa ada yang salah?
Lio mendudukkan Adelia di sofa dekat meja makan. Lio mendorong pelan dahi Adelia menggunakan telunjuknya. "Lihat kaki lo, otak lo taro dimana sampai nginjek pecahan piring itu," ujar Lio merasa kesal.
Adelia segera melihat kakinya, ia terkejut saat melihat beberapa pecahan piring menancap di kakinya, dan kakinya berlumuran darah. "Nggak, nggak!"
"Lo kenapa?" tanya Lio. Ia kebingungan ketika Adelia terus histeris, Adelia bahkan sampai menangis.
Lio duduk di samping Adelia lalu memeluknya erat. "Tenang Lia," ucap Lio lembut.
"Tante!" panggil Lio.
Saat mendengar panggilan Lio Desti segera menghampiri Lio. "Yaa Allah, kamu kenapa Adelia?!" teriak Desti.
Adelia terus menangis di pelukan Lio. "Lia nggak mau liat banyak darah Ma, sakit," ucap Adelia.
"Ayo kita ke rumah sakit, Mama ambil kunci mobil dulu ya," Desti segera berlari untuk mengambil kunci mobilnya.
"Percaya sama gue, lo nggak bakal kenapa-napa Lia. Maaf ya, gue emang pembawa sial," ujar Lio pelan.