👑{CHAPTER 8}👑

3.3K 197 17
                                    

Happy Reading ❤

Maaf ya kalau banyak typo 😁❤

👑

Keesokkan harinya Lio ditarik paksa ke kamar Axel oleh Petra agar meminta maaf pada Axel. "Buruan minta maaf anak bangsat!" kesalnya.

"Minta maaf buat apa Pa? Dia yang mulai duluan, Lio nggak mau minta maaf," tolak Lio.

Petra menghembuskan napas kasar lalu menjambak rambut Lio. "Buruan minta maaf atau Papa sebarin vidio Ibu kamu," bisik Petra pada Lio.

"Jangan Pa! Oke, Lio bakal minta maaf sama Axel," ujar Lio pasrah.

"Maafin gue Axel," ucapnya.

Petra memukul kepala Lio. "Minta maaf apa itu? Hah! Minta maaf yang bener! Berlutut di depan Axel terus minta maaf sama dia!"  suruh Petra dengan emosi.

Lio menghembuskan napas kasar, ia menuruti kemauan Papanya. Ia berlutut di depan Axel yang sedang berada di atas kasurnya. "Gue minta maaf Axel,"  ucap Lio.

Axel tidak bisa menahan senyumnya, ia segera menutup mulutnya dengan satu tangannya, ia sangat senang melihat Lio berlutut di depannya.

"Udahlah Lio, gue udah maafin lo kok. Ini juga salah gue, maaf gue udah ngomong kasar tentang Ibu lo kemarin," balas Axel, ia tersenyum tipis sambil menepuk bahu Lio.

Petra tersenyum melihat kebaikan Axel yang mau memaafkan Lio, Petra mengelus pelan rambut Axel. "Kamu emang anak Papa yang terbaik, Papa bangga punya anak kaya kamu Axel," ucapnya.

Lio tersenyum miris, ia tidak pernah sekalipun mendengar kata-kata itu keluar untuknya. Kapan ia juga bisa mendengar kata-kata itu dari mulut Papanya?

👑

Keesokan harinya sepulang sekolah Lio mampir ke rumah Adelia untuk menengok keadaannya. Lio disambut baik oleh Desti, ia merasa senang saat Lio menengok Adelia.

"Mama!" panggil Adelia dari dalam kamarnya.

"Biar aku aja Tante yang ke kamar Adelia," ucap Lio.

"Ada apa Lia?" tanya Lio saat masuk ke dalam kamar Adelia.

Adelia sedikit terkejut dengan kehadiran Lio. "Lo ngapain ke sini?" tanya Adelia.

"Gue pengen nengok lo aja, lo butuh sesuatu?"

"Hmm... Gue bosen di dalem kamar terus, tapi kaki gue masih sakit buat jalan, tadinya gue mau minta tolong Mama buat bantuin gue jalan sampe ruang tamu," jelas Adelia.

"Hmm, kalau gitu..." Lio mendekati Adelia lalu berdiri membelakangi Adelia, setelah itu ia sedikit membungkukkan badannya. "Naik Lia," ucap Lio.

"Ekh, apaan sih, nggak usah Lio. Gue berat kalau digendong, mending bantu gue jalan aja," ujar Adelia.

Lio menghembuskan napas kasar, ia kembali berbalik menghadap Adelia. Adelia tersentak saat Lio menggendongnya ala bridal style secara tiba-tiba. "Lo ngapain?!" teriak Adelia.

"Diem atau gue jatuhin lo," ucap Lio dingin. Ia melangkah keluar kamar Adelia menuju ruang tamu.

Adelia memperhatikan wajah Lio. "Kenapa muka lo makin banyak lebamnya? Lo berantem lagi? Atau dipukulin lagi? Ini pasti sakit kan Lio," lirih Adelia sambil mengelus pipi Lio.

Lio hanya diam sampai akhirnya ia menurunkan Adelia di sofa ruang tamu. "Pikirin keadaan lo sendiri baru pikirin keadaan orang lain," ujar Lio.

Lio mengambil plastik besar yang berisi snack-snack yang telah ia beli untuk Adelia. "Ini buat lo," ujar Lio sambil menyodorkan plastik itu.

Adelia melihat isi di dalam plastik itu. "Gue nggak bisa makan ini, gue harus diet, gue nggak cantik kalau gendut," ucapnya.

Lio bisa melihat mata Adelia yang berbinar-binar ingin memakan snack itu. "Lo ngomong apaan? Lo udah cantik dengan jadi diri lo sendiri. Apa gue perlu suapin lo buat makan snacknya?"

"Boleh," balas Adelia dengan senyuman lebarnya, padahal ia hanya bercanda tapi Lio benar-benar memasukkan snack ke dalam mulutnya, dan bodohnya ia tidak menolak.

"Lio, bisa tatap mata gue?" ucap Adelia tiba-tiba.

Lio mengerutkan dahinya tidak mengerti, tapi ia tetap menuruti ucapan Adelia. Lio dan Adelia saling menatap cukup lama, sampai akhirnya Adelia tersenyum.

"Kemarin temen-temen sekelas gue dateng kesini buat ngejenguk gue dan mereka bilang kalau gue nggak boleh deket-deket sama lo karena lo jahat, tukang bully orang, dan katanya lo pernah berantem sama orang sampai orang itu meninggal," cerita Adelia.

Adelia melirik Lio yang terdiam, ia bisa melihat tatapan sedih Lio. Mungkin Lio bertanya-tanya kenapa bisa mereka percaya dengan apa yang mereka nggak lihat secara langsung.

Lio terkejut saat Adelia memeluknya. "Pasti berat kan Lio karena selama ini nggak ada yang percaya sama lo. Lo hebat Lio, lo hebat," ucap Adelia sambil menepuk-nepuk punggung Lio.

"Apa lo percaya sama gue? Kalau iya apa alesannya?" tanya Lio.

"Entah, gue percaya aja kalau lo orang baik. Jadi jangan ngerasa sendiri lagi Lio. Ada gue yang bakal terus percaya sama lo walaupun orang-orang terus ngomong hal yang buruk tentang lo. Lo nggak sendiri lagi Lio," ujar Adelia.

Lio tersenyum tipis, selama ini ia tidak benar-benar punya teman karena semua orang menjauhinya karena rumor yang tidak benar itu. Sampai sekarang pun ia tidak mempunyai teman.

Orang yang mau mendekatinya dan berteman dengannya hanya ingin memanfaatkan kekayaannya saja, tidak ada yang benar-benar tulus ingin berteman dengannya. Lio pernah memergoki mereka bicara hal yang buruk tentang dirinya di belakangnya.

Orang-orang takut mendekatinya, saat ia bilang kalau rumor itu tidak benar tidak ada satupun orang yang percaya dengan ucapannya.

Bahkan dulu sampai ada kakak kelas yang memukulinya sampai ia masuk rumah sakit karena mengira kalau ia yang telah membuat temannya babak belur, sejak saat itu Lio berlatih karate.

Karena rumor-rumor itu pula Petra jadi malu mengakui Lio sebagai anaknya di depan umum. Lio benar-benar membenci orang yang telah menyebarkan rumor-rumor itu.

"Makasih Adelia," ucapnya pelan, Lio membalas pelukan Adelia, tanpa sadar air matanya menetes. Tidak apa-apa kan? Ia hanya merasa lelah dengan semua ini.

👑

Gimana part ini menurut kalian? Komen ya, aku seneng kalau kalian komen 😁❤

17 Juni 2021

AdelioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang