Jaemin terdiam sembari memasukan beberapa keping keripik itu kedalam mulutnya, pemuda yang kini terduduk di atas bangsal itu terus terfokus pada cemilannya yang kini mulai menipis.
"Kenapa tidak bilang pada Ayah, hm?"
Jaemin menoleh ke arah Siwon yang kini terduduk di kursi dekat bangsal lalu mengambil keripik yang bungkusnya masih ia tahan dengan tangan kanannya, Jaemin berdecak sebal.
"Kenapa aku harus bilang? Itu membuat hatiku sakit." Sahut Jaemin cepat sembari menutup kemasan keripiknya.
Siwon mendongak, menatap Jaemin kesal.
"Kenapa di tutup?" Tanya Siwon begitu Jaemin memasukkan bungkus keripik itu di bawah selimutnya.
"Nanti habis." Jawab Jaemin cepat, wajah pemuda itu terlihat sangat kesal.
Siwon tertawa, lalu mengelus surai coklat itu dengan lembut.
"Haishh... Kau tidak boleh makan makanan seperti itu, kau harus makan sayur agar cepat pulih." Jelas Siwon, harap-harap Jaemin bisa mengerti.
"Hanya sedikitt... Sedikitt sekalii... Begitu saja tidak boleh." Kesal Jaemin.
Siwon terkekeh pelan, lalu mengecup singkat pipi kiri Jaemin.
"Baiklah, tapi... Ada satu syarat, baru ayah akan mengizinkannya." Kata Siwon sembari menatap putra bungsunya penuh harap.
Jaemin melebarkan matanya, "Apa?"
Siwon terkekeh, lalu mengangkat kedua tangannya di hadapan putra bungsunya.
Jaemin yang paham apa yang di maksud ayahnya itu menjadi menghela nafasnya panjang, pemuda itu kembali mengambil keripiknya lalu membuka bungkusnya.
Siwon tersenyum begitu Jaemin mulai mengambilkannya, senyum Siwon meluntur begitu Jaemin hanya memberikan satu keping keripik di atas telapak tangannya.
"Astaga.... Anak ayah benar-benar tidak pelit, baik hatiiii sekaliiiii....." Geram Siwon, jujur ia gemas sekaligus kesal.
Jaemin tersenyum, lalu kembali mengambil satu keripik yang berada di atas tangan ayahnya itu dengan pelan. Siwon membelakkan matanya begitu Jaemin memotong satu keping itu menjadi dua, setengahnya ia simpan, setengah lagi Jaemin kembalikan pada telapak tangannya.
Tanpa rasa bersalah Jaemin kembali menutup bungkus keripiknya, lalu menyembunyikannya dari sang ayah.
"Karena ayah mengataiku, maka keripiknya di kurangi setengah. Jika ayah tidak kunjung memakannya, aku akan mengambilnya dan memakannya." Jelas Jaemin.
Siwon terdiam, lalu memakan setengah keping keripik itu dengan cepat. Sedangkan si bungsu malah tertawa terbahak-bahak.
"Padahal kau sudah berumur 18 tahun (umur Korea), tetapi kau tetap saja bayi di mata Ayah. Bagaimana? Sakit hatinya sudah sembuh?" Tanya Siwon sembari tersenyum.
Jaemin mempoutkan bibirnya, "Ayah terlalu menghibur, kenapa Dokter Lim harus punya suami?" Tanya Jaemin kesal.
Siwon tersenyum, jujur ia juga kecewa. Tidak tahu mengapa, tapi rasanya melihat Yoonah seperti melihat Yoona. Sentuhan dan perhatiannya terhadap Jaemin benar-benar sama, itu yang membuat Siwon benar-benar mengira Yoonah adalah Yoona, tetapi anggapan itu hilang begitu saja.
"Karena ia tidak mau menjadi Ibumu."
"Akhh... Hatiku semakin sakit..." Sahut Jaemin histeris sembari memegangi dadanya dengan matanya yang terpejam.
Siwon tertawa, lalu mengelus dada Jaemin pelan. Jaemin mempoutkan bibirnya kembali, kini ia beraegyo secara sengaja.
Siwon menatap Jaemin datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Meet Mom
Fanfiction❝Panggil aku Ibu, Nak.❞ °Start 03.01.20 [END] copyright 2020 by fielitanathh •Sequel: After Meet Mom [END]