19

13.8K 1.5K 87
                                    

"Gawi Bawi Bo!"

"Argh!!"

"Gawi bawi bo!"

"Gawi bawi bo!"

"Gawi bawi bo!"

"Gawi bawi bo!"

"Hahh!! Kenapa Dokter Lim selalu menang!!" Erang Jaemin sembari mendekatkan pipinya pada Yoona.

Yoona terkekeh pelan sebelum akhirnya kembali mendaratkan ciumannya tepat di pipi kanan Jaemin, pemuda itu nampak menautkan bibirnya sebal.

"Ayo main lagi." Ajak Yoona dengan tawa renyahnya.

"Tidak mau, pipiku kebas." Rengek Jaemin, Yoona tertawa lalu memeluk pemuda itu dengan gemas.

"Jadi.... Kalau kalah...."

Jaemin mendengus lalu mengangkat tangan kirinya yang terinfus itu pada Yoona, Yoona terkekeh lalu mengambil suntik yang sudah ia siapkan sejak tadi.

"Katakan selamat tinggal padanya untuk yang terakhir kalinya." Ujar Yoona menatap Jaemin dengan teduh.

Jaemin tersenyum cerah, "Aku tidak akan di suntik lagi." Ujar pemuda dengan nada antusiasnya.

Yoona mengacak rambut Jaemin lalu mengecup singkat puncak kepala Jaemin, "Anak pintar tidak boleh sakit lagi..." Ujar Yoona mulai melanjutkan aksinya.

Dia melakukan ini karena Jaemin menolak untuk di suntik tadi, tak menyangka Jaemin mengiyakan ajakannya untuk bermain batu kertas gunting dengan syarat ia harus mendapatkan ciuman Yoona saat ia kalah main. Siapa yang mendapat ciuman terbanyak ia harus di hukum.

Jaemin menatap tangannya dengan tatapan penasaran begitu Yoona mulai menyuntiknya, "Jadi... Dokter Lim tidak menemaniku malam ini?" Tanya Jaemin lirih begitu merasa nyeri di tangannya.

Yoona mencabut suntiknya lalu menyimpannya, "Kenapa begitu?" Tanya Yoona sembari mendekatkan wajahnya di wajah Jaemin, memandang wajah tenang pemuda itu dengan teduh.

"Aku hanya mencium sebanyak dua kali, sedangkan Dokter Lim bertubi-tubi. Aku kalah, aku sudah di suntik sekarang." Jelas Jaemin dengan nada suaranya yang nampak melambangkan jika pemuda itu sedang kecewa sekarang.

Yoona tertawa gemas, "Kata siapa, hm? Aku selalu menemanimu ketika malam hari. Tidak ada alasan untuk tidak menemanimu, mau aku di hukum atau tidak, aku akan menemanimu."

Jaemin tertawa lalu memeluk pinggang Yoona, mendongak menatap wajah wanita itu lekat. Yoona terkekeh pelan, ia mengelus rambut Jaemin dengan lembut selagi mata bulat pemuda itu memandangnya dengan binar terang.

Yoona terkekeh, lalu menangkup pipi Jaemin dengan gemas. Jaemin terdiam, mata bulatnya itu terpancar tulus ke arah Yoona.

"Kenapa Dokter memandangku seperti itu?" Tanya Jaemin kebingungan.

Yoona terkekeh pelan, "Bagaimana perasaanmu jika suatu saat kau tidak memanggilku 'Dokter'?"

Jaemin mengernyitkan kedua alisnya, "Memangnya memanggil apa? Haruskah aku memanggilmu 'Nuna'?" Tanya Jaemin penasaran.

Yoona terkekeh pelan, "Bagaimana mungkin kau memanggil 'Nuna'?" Tanya Yoona keheranan, sepertinya pemuda itu benar-benar sudah menganggapnya sebagai orang lain sekarang.

Kedekatan mereka seakan di anggap Jaemin seperti ikatan kakak beradik.

Jaemin merolingkan matanya sambil berfikir keras, "Lalu apa? Bibi?" Tanya Jaemin lagi.

[✓] Meet MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang