"Panggil aku Ibu, nak..."
Jaemin masih terisak dengan air matanya yang deras mengalir, apa maksudnya? Ia benar-benar bimbang sekarang.
Yoona mengusap pelan air mata Jaemin dengan ibu jarinya, "Panggil aku Ibu, aku adalah Ibumu. Im Yoona, yang melahirkanmu, menjadi alasan utama kesedihanmu, dan orang yang sudah meninggalkanmu... Aku adalah... Yoona yang bodoh." Jelas Yoona tak kuasa menahan isakkannya, pancaran mata yang penuh linangan air mata itu sungguh membuat hati Yoona sangat nyeri.
Jaemin masih mengantupkan bibirnya, pemuda itu terdiam dengan air matanya yang terus mengalir.
"Kau mungkin sangat heran kenapa.... Kenapa aku tiba-tiba berkata demikian..." Seru Yoona menahan sesak di dadanya.
Yoona mengusap air matanya dengan kasar, lalu kembali memandang wajah itu dengan tampang sungguh-sungguh.
"Tanyakan... Tanyakan semua yang ingin kau ketahui, putraku... Kau rindu padakukan? Sekarang, mari kita lepas segalanya sekarang." Lanjut Yoona dengan parau.
Jaemin tak kuasa menahan isakannya, pemuda itu mengepalkan tangannya sebelum akhirnya menumpahkan tangis kerasnya di hadapan Yoona.
Tangis yang selama ini Jaemin pendam sendirian, rindu yang selama ini Jaemin tahan, keduanya tumpah dan seakan terasa terobati.
"Ibu...."
Tangisan Yoona semakin menjadi begitu pemuda itu merengekkan namanya dengan nada paraunya, Yoona meraih punggung Jaemin lalu memeluknya dengan erat.
Pemuda itu masih menangis keras, sedangkan Yoona tak kuasa menahan perasaan aneh yang terus menjadi begitu ia dekat dengan pemuda itu.
"Ibu..."
Yoona semakin mengeratkan pelukannya, "Iya, sayang.... Ini ibumu..." Lirih Yoona lembut.
Ceklek!
"Hey... Ada apa ini?"
Mata Jaemin mendongak, netra elangnya menangkap kedatangan sang ayah dengan matanya yang masih berkaca-kaca.
"Akhh.... Sayangnya Ibu..." Gemas Siwon sembari berjalan ke arah bangsal, lengannya terentang untuk memeluk keduanya dengan erat.
Yoona terkekeh pelan dalan tangisnya, wanita itu melepas pelukannya lalu mengusap wajah Jaemin yang di penuhi dengan air mata dan keringat itu dengan lembut.
Siwon meraih bahu putra bungsunya begitu menyadari jika tangisan Jaemin semakin menjadi, "Sudah... Jangan menangis, kau sudah bertemu Ibumu sekarang. Jangan membuatnya ikut menangis juga, em?" Pinta Siwon gemas.
Yoona tersenyum hangat sembari menyeka air matanya, tangannya terulur untuk mengusap rambut yang terasa lembut itu dengan pelan.
Jaemin yang tidak bisa mendefinisikan keadaan hatinya kini hanya terus terisak tanpa mengatakan sepatah kata apapun, ia merasa bahagia.
Jaemin memejamkan matanya yang pedih, tangisan itu mulai mereda dengan tangis sendunya yang mulai menggantikannya.
Yoona tersenyum, ia senang, tetapi ia merasa bersalah telah mengundang tangis keras putra bungsunya yang kini tampak lemas kehabisan tenaga.
Yoona duduk di tepi bangsal, lalu meraih leher Jaemin dan mendekapnya dengan lembut. Jari-jari Yoona terulur untuk mengusap air mata itu dengan pelan.
"Uljima..."
****
Yoona melepas stetoskopnya dengan senyum hangatnya, wanita itu mengancingkan kancing piyama Jaemin dengan pelan, takut jika pemuda itu akan terusik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Meet Mom
Fanfiction❝Panggil aku Ibu, Nak.❞ °Start 03.01.20 [END] copyright 2020 by fielitanathh •Sequel: After Meet Mom [END]