disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata.
.
.
.
.
.
SUHO
Junmyeon melepaskan headset dari kedua telinganya. Ia menggumamkan potongan lagu yang barusan didengarkannya, lalu berhenti di tengah-tengah. Ia mengantongi ponselnya berikut headset tersebut.
Ia sempat termangu mendapati refleksi jari-jarinya pada piano hitam berkilat tersebut. Ia menatap kosong pada jari-jarinya yang sudah begitu dekat dengan tuts. Kemudian, Junmyeon pun perlahan menekan kunci pembuka.
Lalu, ia memainkan Night Dream dan menyanyikannya dengan pelan. Menghayatinya, mengubah lagu yang awalnya bergenre pop-dance itu menjadi balada dengan suara lembutnya.
Samar-samar di antara lagunya, Junmyeon mendengar pintu dibuka. Ia masih memainkan lagu tersebut, tetapi menoleh, mendapati Jongdae datang dengan sebuah tas kain besar. Barangkali isinya adalah makanan dan minuman pengisi lemari esnya. Ia belum sempat belanja, dan Jongdae selalu tahu apa yang ia perlukan. Konsentrasinya sedikit pecah begitu ia melihat buah favoritnya menyembul di bagian atas tas tersebut.
"Lanjutkan saja. Sori, bukan maksudku mengganggu." Jongdae menaruh tas tersebut di atas meja.
Junmyeon benar-benar menghentikan permainannya, beranjak dari bangku pianonya. "Aku lapar." Ia tersenyum, lalu mengambil apel dari tas tersebut. "Thanks."
"Apa kerja manajermu? Setelah menjemputmu dari bandara, dia langsung pulang?"
"Aku memberinya libur," jawab Junmyeon sambil mengunyah apelnya. Ia kembali pada bangku pianonya. Ia menekan tuts dengan satu tangan, melanjutkan lagu yang putus barusan, tetapi dengan lebih santai. "Kasihan juga dia, ikut keliling untuk fanmeet bukan perkara gampang. Dia kelihatan capek."
Jongdae mengangguk-angguk. Diam-diam dia mengamati permainan Junmyeon. "Ini Night Dream, ya? Yang dibawakan grup BLUESHADE?"
"Iya."
Jongdae mengernyit. "Kau mengidolakan mereka sekarang?"
"Aku bahkan tidak hafal nama anggotanya. Lagunya menarik. Coba kaucermati liriknya."
Jongdae pun mengeluarkan ponselnya, mencari lagu tersebut di laman penyedia musik lokal. Sebelum mendengarkan lagunya, terlebih dahulu dia mengecek nama-nama penulis liriknya. Begitu menemukannya, senyuman cerah Jongdae mengatakan segalanya. "Aku mengerti."
Junmyeon cuma tersenyum. Ia melemparkan biji apel ke tempat sampah di ujung ruangan dengan tepat. "Aku memang naif, Jongdae-ah."
"Julian Charleson, RUDDY, Baron Shuu, Irene Bae. Selain yang memakai nama pena RUDDY ini, aku sering melihat nama-nama yang lain sliweran di artis-artis yang satu agensi dengan BLUESHADE. Tampaknya mereka memang suka karya-karya orang-orang itu."
"Tapi Irene Bae? Dia bisa berada di mana saja. Koneksinya luar biasa," puji Junmyeon dengan nada santai.
"Karya-karya Irene Bae memang bagus, sih. Beberapa lagu yang turut ditulisnya masuk dalam radarku."
"Kan," tukas Junmyeon, seolah-olah ia sudah menegaskan hal itu beratus-ratus kali sebelumnya. "Lirik-lirik Irene Bae memang cocok sekali untukku." Junmyeon menekan tuts tanpa arah dan nada yang pasti. "Ini subjektif, tapi kurasa dia memang dilahirkan untuk menulis lirik."
"Selera orang berbeda-beda," ucap Jongdae diplomatis, "tapi lagu-lagu yang memuat namanya ... memang patut diperhitungkan. Banyak lagu yang betah bertengger di chart, kan?"
"Benar." Junmyeon mengangguk-angguk. "Andaikan saja kutahu bagian mana saja yang dia tulis."
Jongdae tertawa kecil. "Kau harus berkenalan dengannya, Junmyeon-hyung. Mungkin dia bersedia menulis lagu untukmu suatu saat nanti."
"Aku sudah berkali-kali membicarakannya dengan agensi, tapi tampaknya mereka punya penulis favorit mereka sendiri."
"Padahal genre Irene cocok-cocok saja dengan genremu, kurasa." Jongdae pun akhirnya memutar lagu yang tadi dimainkan Junmyeon.
"Semoga saja kami berjodoh." Junmyeon menyunggingkan senyum. "Suatu saat nanti. Aku benar-benar ingin menyanyikan lagu buatannya. Kalau bisa, buatan dia seorang." Ia mengawang-awang, semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
secret garden
FanfictionJunmyeon, dengan nama panggung Suho, terlihat telah menggapai semua harapan-harapan masa mudanya: karir solois yang mapan, kemampuan bermusik yang mumpuni dan sangat dinikmatinya. Namun ia masih punya mimpi: seorang penulis lagu yang berada di luar...