SUHO
Junmyeon mengakhiri lagu yang ia nyanyikan dengan sebuah improvisasi, membiarkan audiens diam dan mendengarkan. Aplaus yang nyaring dan histeria terdengar setelah musik berhenti, dan Junmyeon menurunkan mikrofonnya.
Lelaki itu memandang kerumunan dengan sebuah senyuman, kemudian ia membungkuk dalam-dalam, begitu lama, hingga histeria itu bukannya berkurang, malah bertambah ditambah dengan fanchant mengelu-elukan namanya.
Cahaya dari panggung menyoroti audiens, Junmyeon dapat melihat wajah mereka secara bergantian, sekilas, dari satu euforia ke euforia lainnya, dari satu tangisan ke senyuman luar biasa puas yang lainnya.
Mereka semua mengelu-elukannya, membanggakannya, dan berharap banyak tentang kebahagiaan darinya. Junmyeon tercenung sesaat mendapati betapa besar kekaguman dan cinta yang tercurah padanya saat ini.
Mereka mengaguminya karena suara? Oke, baik. Karena penampilan? Junmyeon bisa memaklumi. Karena dirinya menjadi penyemangat di dalam hari-hari gelap mereka, menjadi dukungan utama di kala sedih, menjadi inspirasi?
Tentu, Junmyeon bahagia dan senang dengan alasan-alasan tersebut. Faktor-faktor yang membuatnya terus berjalan di jalur yang telah ia pilih sejak bertahun-tahun yang lalu ini.
Namun apakah mereka semua tetap mencintainya jika mengetahui siapa dirinya di balik semua ini? Bahwa dia tidak kapabel dalam melakukan banyak hal, kecuali menyanyi? Bahwa dia bisa saja merasa jenuh dan kosong, dan terkadang tidak ingin melakukan apa yang biasanya ia lakukan ini? Bahwa dia juga menginginkan kehidupan yang santai, bebas, dan tidak terikat dengan ikatan-ikatan emosional dengan para penggemar?
Ikatan emosional dengan penggemar terkadang terasa seperti beban untuknya. Ia harus terus membuat mereka bahagia, karena bagi sebagian orang, dirinya adalah satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup mereka yang berat. Ia harus memenuhi ekspektasi mereka, karena dirinya adalah bagian dari harapan hidup. Ia tidak boleh mengecewakan mereka, karena mereka akan puas dan bahagia jika ia hanya melakukan hal-hal yang baik.
Junmyeon mempertahankan senyumannya, tetapi hatinya terluka. Ada fakta bahwa kita tidak dapat membahagiakan semua orang.
Bahkan, diri kita sendiri.
Junmyeon pun mundur, kembali membungkuk untuk terakhir kalinya. Seiring meredupnya lampu sorot, ia menghilang ke balik panggung.
Ia melepaskan perlengkapan tampilnya, seorang kru pun menghampirinya.
"Mereka meneriakkan encore."
"Aku tahu." Junmyeon melepaskan in-ear-nya. "Terdengar dari sini."
"Tidak ada dalam rencana setlist, tapi kau boleh melakukannya," kru itu mempersilakan.
Junmyeon menggeleng. "Tidak usah. Aku sedang merasa ... tidak bisa melakukannya."
Terjadi kontak mata yang canggung antara Junmyeon dan kru tersebut. Kru itu terlihat begitu ingin bertanya, kata-katanya tertahan di ujung lidah. Junmyeon menatapnya tanpa berkedip, membuat sang kru akhirnya menyerah, mengembuskan napas panjang dan mengangguk. "Aku mengerti. Beristirahatlah. Terima kasih atas penampilanmu hari ini. Bos mungkin akan menemuimu di ruang ganti, atau mengajakmu makan setelah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
secret garden
FanfictionJunmyeon, dengan nama panggung Suho, terlihat telah menggapai semua harapan-harapan masa mudanya: karir solois yang mapan, kemampuan bermusik yang mumpuni dan sangat dinikmatinya. Namun ia masih punya mimpi: seorang penulis lagu yang berada di luar...