hollow

197 44 3
                                    

SUHO

Di mata penggemarnya, mungkin ia seperti bintang. Junmyeon bisa mengetahuinya. Ia dilihat seperti seorang yang memiliki segalanya. Suara emas, kehidupan yang menyenangkan, orang-orang yang bersedia memberikan banyak hal untuknya, uang sebagai jaminan hidup yang enak dan layak. Ia dikelilingi cinta kasih yang begitu melimpah.

Pandangannya pada barisan penonton menjadi nanar. Air matanya membuat semua orang menjadi satu-kesatuan, mengabur dan Junmyeon pun tidak dapat menahannya. Ia menekan ujung matanya dengan ibu jari. Para penggemar semakin nyaring memanggil-manggil namanya.

Ia mengakhiri fanmeeting itu dengan membungkuk dalam-dalam.

Rasanya dejavu sekali. Junmyeon menghindari kontak mata dengan semua staf yang berada di belakang. Ia segera menuju ruang gantinya, dan mengurung diri cukup lama di toilet.

Serangan kesepian ini sering sekali mengganggunya belakangan ini, terutama ketika tur atau fanmeet yang masih berlangsung di sela-sela waktu seperti ini, sebelum rilis lagu berikutnya. Dari luar, ia memang terlihat memiliki segalanya. Lingkaran pertemanan yang sehat, pekerjaan dan ketenaran yang stabil, reputasi yang bersih, pendukung-pendukung yang setia padanya—tetapi di sisi lain, Junmyeon benar-benar merasa kosong.

Ia merasa ingin tenang, walaupun sebenarnya tidak ada gangguan berarti dalam hidupnya. Ia merasa takut, seperti takut kehilangan banyak hal yang ia miliki, tetapi sebenarnya tak ada ancaman berarti yang bisa ia kenali. Ia merasa kesepian, padahal ia memiliki segalanya. Perasaan-perasaan aneh yang menghantui itu tidak bisa ia ketahui datang dari mana, dan mengapa bisa seperti itu. Malah barangkali bisa dikatakan ia tidak tahu apa yang sedang ia rasakan. Mungkin karena kelelahan, jadwal yang terlalu padat, atau hanya sedang melalui fase tertentu.

Junmyeon pun keluar tak lama kemudian. Masih merasa bingung harus melakukan apa. Di saat-saat seperti inilah ia sangat mengandalkan manajernya untuk jadwal-jadwal berikutnya yang harus ia jalani.

Ia ingin mengontak Jongdae, tapi barangkali akan merepotkan pemuda itu. Dia masih kesulitan mengolah data tesisnya. Seluruh staf kali ini baik-baik dan ramah sekali, tetapi Junmyeon tak punya energi untuk bersosialisasi dengan mereka.

Lelaki itu meraih ponselnya.

Sebuah pesan muncul di barisan pemberitahuan di layar depan:

setelah fanmeet, apa kau punya jadwal? aku memasak di rumahku.

Junmyeon langsung menjawab: aku ke sana, tunggu sebentar.

Ia masih punya seseorang. Perlahan, senyumannya terkembang.

secret gardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang