pearl

276 50 1
                                    

IRENE

Sekali lagi, Juhyun bermimpi tentang kebun apel emas dan pepohonan yang rimbun.

Ketika ia terbangun, ia hanya mengingat detil-detil besarnya, sebuah gambaran mayor dari mimpi tersebut. Apel, emas, pohon. Yang pertama kali diraihnya saat duduk adalah jurnal kecil yang tergeletak di atas meja kecil di samping lampu tidurnya. Ia membuka lembaran-lembaran penuh coretan, yang beberapa di antaranya penuh lipatan dan kumal. Ia menuliskan beberapa larik di bawah sebuah paragraf di halaman terakhir.

Setelahnya, baru ia mengecek ponselnya, memastikan agendanya hari ini, dan mengecek surel-surel yang berkaitan dengan pekerjaan.

Ada rapat dengan timnya hari ini, dan Juhyun pun memulai harinya.

. . .

Di meja rapat, salah satu anggota timnya menyodorkan sebundel kertas yang berisi beberapa proposal sekaligus.

"Apa ini?"

"Beberapa proposal untuk kerja sama dari beberapa agensi. Agensi besar semua."

Juhyun membaca sekilas semua proposal itu. Sebagian dari yang mengajukan adalah yang sudah pernah bekerja sama dengannya. Ia mengangguk-angguk. "Kalau atasan menyetujui, aku akan bilang 'ya' pada semuanya. Aku sedang banyak ide. Aku ingin bekerja sama dengan banyak orang."

Temannya tersenyum kecil. "Kau akan melanjutkan sagamu? Atau ada yang baru?"

"Masih tentang taman rahasia." Juhyun membalas senyuman itu penuh arti. "Menyenangkan sekali rasanya bisa membuat cerita tersembunyi yang bahkan penyanyinya sendiri pun bisa luput mengamati."

"Tapi aku tahu," celetuk temannya.

"Karena kuberitahu."

Sang teman tertawa kecil. "Proyek menarik. Andai semua orang tahu, Juhyun-ah, mereka akan semakin memujamu. Kau akan dianggap sebagai penulis lirik terbaik di generasi ini."

"Buat apa?"

Temannya menatap Juhyun tidak percaya. "Buat apa katamu? Terkenal, dipuji banyak orang, banyak dikontrak, banyak royalti, banyak uang. Kau akan disorot di mana-mana, kau akan seterkenal artis-artis itu."

Juhyun cuma tertawa. "Untuk musik pop negara kita, aku yakin lebih dari delapan puluh persen pendengar cuma peduli siapa penyanyinya. Jarang sekali mereka mengamati siapa penulis liriknya, kecuali artis idola mereka terlibat. Buat apa juga jadi spotlight, kalau ternyata aku akan selalu kalah dengan grup-grup atau solois besar yang membawakannya?"

Temannya mengangkat bahu. "Kurasa realita itu ada benarnya juga."

"Makanya." Juhyun meletakkan bundelan kertas itu di atas meja. "Lagipula aku tidak terlalu suka jadi pusat perhatian."

Juhyun pun berdiri, dengan alasan ingin membuat kopi paginya. Mata temannya mengekorinya, mengamati Juhyun diam-diam. Dia ingin sekali bilang bahwa Juhyun punya modal lain untuk jadi terkenal. Ia cantik. Ia adalah mutiara di tengah-tengah industri yang didominasi pria.

Namun Juhyun tak suka dipuji cantik. Percuma saja mengatakan hal itu padanya. Ia lebih suka dilihat sebagai seorang Irene Bae, yang bersembunyi di balik bayang-bayang para artis. 

secret gardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang