SUHO
Junmyeon melepaskan seluruh perlengkapan untuk penampilan panggung pada tubuhnya, dibantu oleh seorang staf. Ia berterima kasih dan tersenyum singkat, membiarkan staf itu berlalu dan ia pun duduk di pojok ruang ganti. Barang-barangnya tidak berantakan sejak awal, jadi saat manajernya membereskan ruangan, ia tidak memberinya banyak tugas. Manajernya pamitan sebentar untuk mencari makanan, dan Junmyeon membiarkannya.
Junmyeon melanjutkan pekerjaannya yang sempat terputus sejak berangkat ke sini tadi pagi: menyusun sebuah daftar putar yang berisi lagu-lagu favoritnya. Jika memungkinkan, ia harap ia bisa membawakan satu-dua lagu di acara radio yang akan ia hadiri, atau mungkin membawakannya di acara-acara musik.
Beberapa menit kemudian, ia selesai menyusun lima belas lagu dalam satu daftar putar. Manajernya belum datang juga. Ia belum ingin mendengarkan lagu tersebut, ingin memberi telinganya waktu untuk beristirahat setelah tampil di panggung yang berisik.
Ia membaca lirik-lirik lagu tersebut dengan cepat, tetapi setelah lagu kelima, ia menyadari sesuatu. Ia sudah terlalu terbiasa berada di dunia musik untuk dapat mencermati segalanya dengan cepat.
Lelaki itu membuka seluruh tab lirik lagu-lagu tersebut dan melihatnya bergantian.
"Let me wander with you ... wander everywhere ... it's a garden of whole love ... wander ...." Mata Junmyeon membelalak. Ia bahkan harus mengecek kredit lagu tersebut untuk memastikan keyakinannya sekali lagi.
Rasa kagetnya berubah menjadi sebuah rasa kagum, tergambar jelas di wajahnya, tatapannya, dan senyumannya.
(Barangkali jika Irene Bae ada di sini, dia akan tersipu-sipu?)
. . .
"Tapi kau yakin?" Jongdae mengangkat kakinya, menyelonjorkannya di sofa, mengubah posisinya menjadi berbaring memenuhi sofa tersebut. "Beberapa lagu itu dibuat Irene bersama penulis lirik lainnya, kan? Memangnya kau yakin seluruh lirik bagian itu adalah miliknya, dan dia membuat sebuah ... apa tadi kaubilang? Cerbung?"
"Saga," Junmyeon berkata dengan penuh kekaguman. "Aku yakin sekali! Lagu yang dibawakan grup Twenty, Who's Calling, itu hanya ditulis oleh Irene Bae sendiri. Aku menemukan sepotong lirik yang agak berbeda dari tema lagu—tetapi hebatnya dia tetap bisa menyambungkannya tanpa terlihat aneh. Jika bagian dari lirik itu digabung dengan lirik-lirik pada lagu lain, semuanya akan terhubung seperti sebuah cerita ... kau mengerti kan maksudku?"
Jongdae mengelus dagu dengan telunjuknya. "Kau harus memastikannya dengan orangnya sendiri, Jun-hyung."
"Aku sudah yakin!" Junmyeon berkata pasti. "Dia jenius sekali! Dia memang dilahirkan untuk menulis lagu."
"Kau subjektif."
"Oh, biar saja—"
"Kalau dia tidak sesuai ekspektasimu, bagaimana?"
"Maka dia tetap hebat, dia menulis lagu, sesuatu yang tidak pernah bisa kulakukan. Aku memang penyanyi, tetapi ada penyanyi yang hanya mampu membawakan dan bukan membuat. Itu aku. Mungkin Irene Bae tidak bisa menyanyi ... atau dia tidak bisa menguasai latihan vokal selevel seorang penyanyi profesional meski dia sudah terlatih soal musik ... lihat, aku tidak bias padanya, kan?"
Jongdae cuma memutar bola mata sambil menahan senyumnya. "Andai saja aku manajermu, Junmyeon-hyung, aku akan memanggilnya sekarang untuk menuliskan lagu untukmu."
Senyum Junmyeon tidak hilang-hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
secret garden
FanfictionJunmyeon, dengan nama panggung Suho, terlihat telah menggapai semua harapan-harapan masa mudanya: karir solois yang mapan, kemampuan bermusik yang mumpuni dan sangat dinikmatinya. Namun ia masih punya mimpi: seorang penulis lagu yang berada di luar...