privacy

204 48 0
                                    

SUHO

"Maaf ya, kita malah jadi makan di sini. Jarang-jarang ada reservasi besar-besaran begitu di tengah minggu, sore-sore begini. Biasanya malam."

"Tapi aku yakin dengan masakan mamamu." Juhyun melepaskan tas tangannya, tetapi bingung sebentar. "Taruh di mana?"

"Di mana saja." Junmyeon melewati ruang tengah. "Anggap saja rumah sendiri. Maaf agak berantakan. Aku baru sempat pulang sekarang, sih."

Juhyun pun meletakkan tasnya di atas sofa ruang tengah, lalu mengekori Junmyeon ke ruang makan. Di atas meja, sudah ada kotak-kotak makan. Kata Junmyeon, mamanya mengabari bahwa dia menitipkan beberapa kotak masakan buatannya ke apartemen pribadi Junmyeon. Junmyeon mengecek penanak nasi, dan cukup kaget ternyata ketika bersinggah ibunya sempat memasakkan nasi pula.

"Kubuka, ya," Juhyun meminta izin. "Masih hangat. Tidak perlu kita panaskan. Makan sekarang?"

"Makan sekarang." Junmyeon mengambil sepasang piring dan mangkuk, serta membuka kulkas untuk mengambil minuman.

Juhyun menarikkan kursi untuknya, dan membantu Junmyeon mengambil makanan itu ke mangkuk mereka masing-masing.

"Mari makan!"

"Selamat makan."

Mereka menikmati makanan dalam keheningan, dan cukup cepat. Selesai makan, mereka kembali ke ruang tengah.

"Kalau kau mau mandi, bisa pakai kamar mandi kamar depan. Handuknya ada di lemari. Kutinggal mandi dulu, ya. Kalau mau nonton, silakan saja nyalakan TV. Lakukan apapun yang kaumau—seperti yang kubilang tadi, anggap rumah sendiri, oke?"

Juhyun mengangguk. "Thanks."

"Kutinggal mandi dulu, ya."

Juhyun tak menjawab, dia membuka tasnya, mengeluarkan jurnalnya, dan bersantai di sofa sambil menulis beberapa potong lirik. Tak berapa lama, dia mulai bosan dan meninggalkan barang-barangnya di atas meja, memutuskan untuk mandi di kamar depan. Malam ini ia memang tidak ada acara, tetapi sampai ke rumah dalam keadaan segar dan bisa langsung tidur cukup menggodanya.

Kamar depan apartemen itu rapi sekali, mungkin tidak pernah ada yang tidur di sana. Tidak ada banyak barang, hanya tempat tidur, lemari, satu rak di samping tempat tidur dan satu sofa kecil. Juhyun menuju lemari, di dalamnya ada handuk, selimut, dan bantal tambahan. Rasanya seperti di hotel saja.

Dia mandi dengan cepat, keluar dari kamar sepuluh menit kemudian.

Junmyeon sudah berada di ruang tengah, melihat-lihat jurnalnya.

"Hei."

Junmyeon mengangkat pandangannya. Tersenyum. "Jadi di sini—"

Juhyun merebut buku itu. "Ada batas-batas pribadi, Junmyeon-sshi. Jangan seenaknya melihat barang-barangku, terutama ini."

"Eh—"

Juhyun lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. "Lain kali, jangan sentuh yang itu."

"Maaf. Aku sungguh minta maaf—"

Juhyun hanya menatapnya sebentar, lalu mengembuskan napas panjang. "Jurnal itu memang hanya berisi potongan-potongan lirik. Ini bukan soal merahasiakan proyek atau semacamnya. Ini tentang area pribadi."

"Aku mengerti. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

Juhyun menelengkan kepala, wajah datarnya membuat Junmyeon sangat was-was. "Sekarang, bisa aku pulang? Trims makanannya. Salam untuk ibumu."

Kata-kata itu seharusnya membuat Junmyeon senang, tetapi cara Juhyun melengos begitu saja di sisinya dan meninggalkan apartemennya tanpa kalimat perpisahan lain membuat hatinya gamang.

secret gardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang