meeting

213 47 4
                                    

SUHO

Junmyeon turun dari mobil dengan terburu-buru. Ia sudah menggunakan mobil yang berbeda dari yang biasa, tidak mengeposkan apa-apa di SNS, tetapi selalu ada saja kamera yang berhasil menangkap kedatangannya di depan gedung agensi tersebut. Ditambah lagi, ia lupa membawa masker.

Ia hanya sempat menoleh satu kali pada penggemar yang menyapanya di sekitar gedung, membungkuk sekilas. Mereka memanggil-manggil namanya, ia hanya tersenyum.

Apa jangan-jangan mereka menginap di depan kantor?

Di dalam, manajernya sudah menunggu di lobi. Junmyeon ingin berlari menghampirinya, tetapi tertahan karena tiba-tiba seorang perempuan menegurnya,

"Tali sepatumu, Junmyeon-sshi."

Junmyeon menoleh padanya, tetapi perempuan itu sudah berlalu, berjalan cepat meninggalkannya. Bajunya putih, selutut, memakai high heels putih pula. Junmyeon mengernyit, tetapi lekas tersadar. Ia membungkuk untuk mengikat kedua tali sepatunya yang berantakan. Ia terlalu tergesa-gesa dari rumah.

Orang itu mengenalnya, tetapi Junmyeon yakin tidak pernah melihat staf itu sebelumnya di kantor. Mungkin staf baru?

Kalau dipikir-pikir, tentu saja perempuan itu mengenalnya. Semua orang mengenalku, pikirnya.

Cantik juga.

Manajernya menghampirinya, menyadari kedatangan Junmyeon. Mereka kemudian berjalan bersama menyusuri selasar. "Aku sudah pesan tiket untuk ke Bangkok. Pemotretan akan dilakukan dua hari, staf majalahnya sudah menunggu di sana. Tapi terlebih dahulu, kau harus ikut rapat untuk planning di Q2 tahun ini."

"Lho, aku juga akan rilis album?"

"Single, tampaknya. Agensi tiba-tiba ingin memberikanmu kesempatan. Tampaknya karena salah satu seniormu akan hiatus dua tahun, jadi mereka ingin mengeluarkan single untukmu. Penyela sebelum penyanyi baru debut. Tahun ini tampaknya akan didominasi girl group."

"Mereka sudah memutuskan siapa saja penulis lagumu. Mereka akan ikut rapat setelah ini."

"Kapan rapatnya?"

Manajernya berhenti sebentar, melihat pada jam tangannya. "Lima menit lagi."

"Waduh!"

. . .

Ruang rapat itu sudah mulai penuh, separuh dari kursi telah terisi. Junmyeon dan manajernya mengambil tempat di dekat kursi utama.

Di ujung lain, Junmyeon menemukan perempuan berbaju putih tadi. Dia mengobrol dengan seorang pria yang dikenal Junmyeon sebagai seorang penulis lirik. Mereka pernah bekerja sama di single pertama Junmyeon beberapa tahun yang lalu. Mungkin perempuan itu staf baru di bagian audio.

Tak begitu lama, pemimpin rapat yang merupakan salah satu manajer di agensi pun datang.

"Selamat pagi. Ah, Junmyeon-sshi, senang melihatmu hari ini." Dia membalas jabatan tangan Junmyeon, yang langsung berdiri untuk menyambutnya. Mereka hanya terpaut usia dua tahun, Junmyeon pernah menjadi juniornya di sekolah. Orang itu adalah keponakan pemilik agensi, membuat karirnya menanjak dengan cepat, tetapi dia berteman baik sekali dengan para artis, satu hal yang membuat orang-orang memaklumi meroketnya karirnya.

Peserta rapat merapikan cara duduk mereka. Ada manajer sebuah girl group dan pemimpinnya, seorang dari bagian pemasaran, kemudian satu solois lain yang baru debut pada awal tahun, lalu dua orang aktris dan seorang manajer grup wanita lainnya. Hanya si baju putih yang tidak dikenal Junmyeon.

Junmyeon pun berbisik pada si manajer sebelum dia memulai rapat, "Anak baru, ya?"

Si manajer mengerutkan dahi. "Dia bakal jadi penulis lagumu, jika urusannya lancar."

"Oh. Siapa namanya?"

"Kukira kau kenal!"

"Ssst," Junmyeon mendesis.

Masih dengan ekspresi yang sama, si manajer berbisik, "Dia Irene Bae."

"Hah?!"

"Ssst," balas si manajer, mengejek Junmyeon sambil tersenyum usil.

"Aku tahu sekali dia! Tapi mana kutahu wujudnya secantik itu!"

"Dia memang tidak suka publikasi. Foto portofolionya di mana-mana saja pakai fotonya waktu SMA."

Junmyeon menoleh ke arah tempat duduk Irene. Irene tampak cuek, sedang mengetikkan sesuatu di tabletnya yang ditegakkan.

"Dia ... menulis laguku ...."

"Baik, terima kasih atas kedatangan tepat waktunya. Bisa kita mulai sekarang?" manajer itu pura-pura tidak mendengarkan Junmyeon.

Junmyeon masih tercengang. Irene melihat ke arahnya, tampaknya sadar diperhatikan. Junmyeon cepat-cepat tersenyum dan mengangguk satu kali.

Irene kelihatan bingung sesaat, tetapi dia pun membalas anggukan itu.

secret gardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang