Prolog

389 23 0
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa VOTE dan KOMEN!

_____________

Rafa Pov's

"Papa pengen kamu menikah sama anak sahabat ayah."

Satu kalimat yang keluar dari mulut Papaku yang aku sendiri tidak tahu itu kabar bahagia atau kabar kesialanku seumur hidup. Aku baru saja pulang sekolah dan langsung menjenguk Papaku yang sudah hampir dua bulan dirawat dirumah sakit. Rasa lelah sepulang sekolah seketika berubah menjadi beban pikiran.  Papaku menderita gagal jantung kronik yang dideritanya semenjak setahun yang lalu dan sekarang semakin parah. Pengobatan satu-satunya hanya dengan tranplantasi jantung. Hal yang aku takutkan adalah pengobatan itu gagal. Aku tidak siap dengan hal itu, apalagi aku sama sekali belum membahagiakanya.

"Tapi Rafa punya pacar Pa, Rafa sayang sama dia." Jawabanku membuat raut wajah Papa berubah seketika. Bagaimana mungkin aku menikah dengan seorang wanita yang aku sendiri tidak tahu wajahnya.

Ya, aku memang mempunyai pacar. Aku sangat sayang sama dia. Bagi aku, dia adalah segalanya dan tidak akan pernah ada yang bakal menggantikan posisinya dihatiku, untuk sekarang dan selamanya. Terkesan lebay, tapi memang itu kenyataanya.

"Papa enggak minta banyak sama kamu, Papa hanya takut operasinya gagal dan gak sempat lihat kamu menikah." Kata yang keluar dari mulut ayah membuatku terdiam.

Aku bisa saja menikahi Pacarku, aku sayang sama dia itu yang membuaku tidak ingin menghancurkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Permintaan papaku benar-benar membuatku sakit kepala.

"Sudah lama Papa berharap kamu bisa menikah sama anak sahabat Papa. Sejujurnya Papa akan tunggu kamu hingga dewasa tapi--, keadaan ini yang membuat Papa takut gabakal bisa melihat kamu menikah."

Kali ini aku benar-benar bingung ingin menjawab apa. Membantah dan kabur bisa saja kulakukan namun aku tidak sejahat itu kepada orang tuaku sendiri.

"Turuti kata Papamu, Mama yakin semuanya akan baik-baik saja. Kamu tenang aja sekolah mu tetap berlanjut dan akad pernikahamu akan dilakukan dalam ruangan ini secara tertutup." Saut ibuku yang duduk didepanku.

Ekspresi kedua orang tuaku sekarang benar-benar membuatku tidak bisa menolak permintaan ayahku. Sepertinya aku akan menjalaninya untuk sekarang, bagaimana selanjutnya biarkan waktu yang menjawab.

"Baik Pa, aku setuju dengan perjodohan ini." Jawabku sebisa mungkin untuk tersenyum. Walaupun berbanding terbalik dengan hatiku sekarang.

"Maaf atas keegoisan papa. Papa hanya takut kalo--"

"Papa pasti sembuh." Kataku memotong perkataannya. Karena aku tahu kemana arah pembicaraannya.

Untuk sekarang sebisa mungkin aku membahagian kedua orang tuaku karena takdir tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

***
.
.
.
.

Prolognya segini aja, langsung cuss kepart 1 guys.. 

Jangan lupa VOTE dan juga KOMEN yahh guyss:v

Salam hangat dari author:)

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang