Part 3

147 19 0
                                    

Jangan lupa komen yahh guyss soalnya typo bertebaran *hehe.

***

Malam menjelang. Suasana kamar yang sedikit tamaram karena langit yang sudah mulai gelap. Sangat hening karena pemiliknya masih tidur dengan pulas.

Rara reflek terbangun karena suara alarm yang memang sengaja dia nyalakan tepat pukul 18.00 wib. Lalu dia mematikan ponselnya dan melihat kesamping yang terdapat Rafa tidur menghadapnya tengah bergelung dengan selimut. Pantas saja dia merasa kedinginan, selimut yang memang hanya ada satu itu diambil alih dengan Rafa seluruhnya. Dia menghela nafas teringat bahwa sekarang statusnya bukan lagi remaja biasa dengan status jomblo melainkan sekarang dia sudah berstatus istri seorang Rafa, cowok yang baru saja dia kenal dan langsung menjadi suaminya. Memang takdir tidak sebercanda itu.

Rara beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan bersiap-siap pergi ketempat dimana dia selalu merasa bahagia dan melupakan semua masalahnya.

Lima belas menit kemudian dia keluar sudah dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya dengan dilapisi kaos putih dan juga celana jeans berwarna hitam namun ada sobekan dibagian lutut. Bukan karena seperti gembel. Namun, itu pure karena style.

"Mau kemana lo?" Tanya Rafa dengan suara serak khas orang bangun tidur melihat Rara yang sudah berpakaian rapi.

Rara melirik Rafa. "Kenapa? Tanya Rara. Dia berjalan ke arah koper dan menyusun asal baju miliknya dan milik Rafa. Dia tidak lupa dengan status nya sebagai seorang istri walaupun sikap dan kelakuannya yang agak brutal Rara adalah tipikal cewek bertanggung jawab dan juga perhatian. Tapi ingat, Rara perhatian kesemua orang. Dia hanya tidak ingin orang lain merasakan apa yang dia rasakan selama ini. Orang tuanya yang hanya selalu perhatian kepada adiknya, adiknya, dan selalu adiknya.

"Gue lapar." Jawab Rafa.

"Ya, terus?"

"Siapin makanan buat gue. Ingat! Jangan lupa sama status lo yang sekarang?"

"Suruh pembantu dirumah ini aja apa susahnya sih, Gue lagi buru-buru." Dengan tergesa-gesa dia menyusun baju didalam lemari. Namun, jauh dengan kata rapi.

"Memangnya lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo."

"Jelas urusan gue, sekali lagi gue ingetin dengan status kita yang sekarang."

"Cuman status kan? Nggak usah dibawa ribet." Rara berdiri dan berjalan kearah pintu. "Oh iya, satu lagi, jangan bilang sama bokap nyokap gue kalo gue lagi cabut ya. Dimohon kerjasamanya." Rara meninggalkan Rafa sendiri dikamar. Dan tujuannya sekarang adalah berkumpul di markas Tenebris. Tenebris adalah bahasa latin yang jika diartikan dalam bahasa indonesia adalah kegelapan atau gelap. Malam ini dia akan melakukan balapan liar hanya untuk bersenang-senang dan melupakan sedikit masalahnya.

Rara menunggu dihalaman rumah. Lima belas menit yang lalu dia sudah menghubungi Dirga temannya sekaligus kaka baginya. Dia dan Dirga sudah berteman dari 2 tahun. Mereka pertama kali bertemu pada saat Rara kabur dari rumah dan secara tidak sengaja mereka berdua bertemu dijalanan. Pada saat itu Dirga tidak sengaja melihat Rara yang hanya menggunakan hotpants dan juga kaos hitam sedang berjalan sendirian dengan tatapan kosong kedepan dijalanan yang benar-benar sepi dan tentu saja rawan kejahatan. Dirga yang notabenenya seorang yang tidak tegaan akhirnya memberi tumpangan. Namun, pada saat itu Rara sendiri tidak tahu ingin pulang kemana, rumah yang tadinya adalah tempat ternyaman untuk pulang menjadi neraka baginya. Semenjak itu untuk pertama kalinya dia bergabung dengan geng yang bernama Tenebris yang berarti kegelapan. Anak Tenebris memberi nama itu sendiri pure karena mereka selalu berkumpul dimalam hari dengan hobi yang sama yaitu balapan liar.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang