part 10

117 16 0
                                    

Waktu menunjukan pukul dua belas malam. Namun Rara belum juga pulang kerumah. Kini Rafa sedang  santai memainkan ponselnya sambil duduk dibalkon kamar. Jujur saja dia khawatir, dia takut jika apa yang terjadi dengan Delila dahulu, terjadi dengan Rara. Hanya saja rasa egoisnya lebih besar menguasai dirinya daripada rasa khawatirnya.


Lagian kalo memang pada akhirnya Albir akan melakukan yang tidak-tidak ke Rara, bukankah itu bagus? Ia akan lebih mudah untuk berpisah dengan Rara, Pikirnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari Dion.

"Halo pak Rafa?"

"Hm."

"Lo lagi dirumah?" Tanya Dion dari telefon.

"Emang kenapa?"

"Gue cabut lagi dari rumah, Ortu gue berantem lagi, gue ke rumah lo ya."

Seketika Rafa terdiam, dia bingung. Bagaimana kalo Dion ke rumahnya dan tiba-tiba Rara pulang. Dion memang salah satu sahabatnya yang kalo lagi ada masalah pasti datang kerumahnya hanya untuk sekedar menginap. dan bermain video game untuk membantu sahabatnya itu melupakan sejenak masalahnya.

"Yon, kerumah Radit aja, atau enggak rumah Dimas. Soalnya gue enggak lagi dirumah." Jelas Rafa berbohong.

"Radit lagi nginap dirumah neneknya, sedangkan Dimas nomornya enggak aktif. Lo dimana? gue susul deh." Mohon Radit.

"Yaudah gue sharelock sekarang." Rafa akhirnya memutuskan untuk membiarkan Dion datang kerumahnya yang sekarang ia tempati. Dia tidak peduli lagi jika pada akhirnya Dion tahu semuanya, lagipula sebentar lagi dia akan berpisah, pikirnya. Rafa juga sudah sangat percaya dengan Dion. Cowok itu tidak bermulut ember atapun suka keceplosan.

_____________________________

Waktu menunjukan pukul satu pagi dan Jakarta masih belum sunyi. Salah satunya  adalah sebuah klub malam di Jakarta. Seorang cewek yang sudah setengah sadar karena telah hampir meminum lima botol alkohol duduk didepan meja bar dengan mata yang sembab. 

"Minta satu botol lagi." Cewek itu meminta dengan mata yang sudah sayup.

"Maaf ka, kaka sudah minum empat botol, kelihatannya kaka juga sudah mabuk berat."

"GUE GAK MABUK! MINTA ENGGAK?! GUE BAYAR KOK!" Bentak Cewek itu karena tidak terima permintannya tidak terpenuhi.

"Rara?!" Teriak cowok yang mengenalinya. Ya, cewek itu adalah Rara. 

Sepulang dari rumah orang tuanya, Rara sempat pergi ke markas dan kumpul bersama anak Tenebris. Hanya saja itu tidak membuat pikirannya tenang. Dia pamit pulang saat jam sebelas malam ke anak-anak yang lain. Namun, Bukannya pulang kerumah, ia malah pergi ke klub malam. Tempat pelarian masalah yang paling membuatnya tenang.

"Gue bilang juga apa, nih anak lagi kumat." Cowok itu memegang kedua pipi Rara dan memukul-mukul kecil wajahnya, agar Rara sedikit sadar atas perbuatannya. "Lo kalo ada masalah cerita ke kita, bukannya malah mabuk kayak gini Ra." Terlihat jelas raut wajah khawatir dari cowok itu.

"Dirga, minggir dulu. Sini biar gue aja yang gendong." Intrupsi Arga.

Ya, itu Dirga dan juga Arga. Dirga tahu betul ada apa dengan Rara. Dari awal Rara datang ke markas dia sudah tahu kalo sahabatnya itu sedang punya masalah. Hanya saja saat dia bertanya, Rara memilih tersenyum dan mengatakan kalo dia baik-baik saja. Satu jam setelah Rara pamit pulang, Dirga menghubunginya, namun tidak ada jawaban. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang