Part 5

139 18 0
                                    

"Turunin gue didepan sana!"

Rafa memberhentikan motornya tepat didepan halte sekolah. Rara langsung turun dari motor dan berjalan meninggalkan Rafa.

"WOI!" Panggilan Rafa membuat langkah Rara terhenti dan membalikkan badannya menatap Rafa yang masih berada didepan halte.

"Udah telat bego! Lu mau kena hukum, apa gimana?"

"Ya emang telat."

"Mending lo ikutin gue buat lompat pagar." Rafa mengajak Rara untuk lompat pagar. Tidak bisa dipungkiri Rafa memang langganan datang telat ke sekolah, namun ia dan teman-temannya memiliki jalan pintas sehingga mereka jarang mendapatkan hukuman.

"Gue lagi malas lompat, lagian gue juga murid baru, Jadi mungkin bakal dimaklumi lah." Sebenarnya Rara ingin mengikuti Rafa hanya saja untuk sekarang dia hanya menggunakan rok terlebih lagi ia lupa menggunakan celana pendek seperti biasanya.

"Terserah, Kalo lo dapat masalah gue ga ikut campur ya." Mendengar perkataan Rafa yang seperti itu membuat Rara ragu untuk melewati gerbang apalagi Mereka berdua baru sampai disekolah pada pukul 8 pagi. Dimana 45 menit yang lalu pelajaran sudah mulai.

Akhirnya Rara memutuskan untuk mengikuti Rafa. Entah bagaimana nanti caranya ia melompat.

_____________

Mereka berdua sudah sampai dibagian tembok belakang sekolah. Yang terdapat satu pohon tinggi dan juga rumput liar dipinggiran tembok.

"Lo yang deluan." Mereka berdua sudah sampai dibelakang sekolah. Rafa menyuruh Rara untuk deluan menaiki pagar dengan tangannya yang ia satukan dan sedikit membungkuk agar Rara dapat menaiki tangannya untuk menggapai pagar yang tingginya sekitar 2 meter.

Rara hanya diam dengan wajah ragu. Sebenarnya Rara sudah biasa menaiki pagar untuk bolos hanya saja sekarang pakaiannya kurang mendukung. Kalo ia menaiki tangan Rafa tentu saja pada saat ia menggapai pagar Rafa akan melihat ke atas dan sudah pasti Rafa dengan tidak sengaja akan melihat pakaian dalamnya.

"Ayo cepet!"

Rara hanya diam dan menatap tingginya pagar dengan membayangkan jika ia naik nanti di pagar itu dan ada Rafa dibawahnya. Rara menggeleng cepat, kenapa dia membayangkan hal seperti itu. Walaupun kini ia sadar bahwa Rafa adalah suaminya dimana kalo itu terjadi wajar-wajar saja. Toh, kan sudah halal.

"Lo ngapain geleng-geleng, cepetan naik! Sebelum ada yang liat."

"Gue cuman pakai celana dalam doang." Cicit Rara sambil menunduk.

Rafa yang mendengar itu membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih." Rafa menjawab, masih dengan tertawa kali ini sampai bahunya tergoncang dan tangannya menahan perut. Bukan karena perkataan Rara melainkan wajah Rara yang kini merah seperti tomat membuat wajah Rara sangat lucu baginya.

"Lo kok ketawa sih, jangan mesum pikiran lo!" Ini pertama kalinya Rara melihat Rafa tertawa puas seperti itu karena selama mereka saling kenal Rara hanya pernah melihat wajah datar, dan wajah pada saat Rafa marah saja.

"Pipi lo merah anjir!" Lagi-lagi Rafa tertawa. Namun, kali ini tawanya mulai mereda karena melihat wajah Rara yang berubah menjadi kesal.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang